In Depth

KONSEP INTIMATE WEDDING JADI BARANG MEWAH BUAT ANAK DESA

Bagi lo yang tinggal di kota kecil atau desa, nikah dengan konsep intimate wedding itu berat banget rasanya. Mungkin adalah suatu kemustahilan, sebab nikah di desa menuntut kawula muda yang menginjak masa pernikahan untuk membuat pesta pernikahan besar-besaran dengan nggak hanya satu malam.

title

FROYONION.COM - Satu keresahan gue sebagai anak perempuan dan anak tunggal satu-satunya di keluarga gue yang notabene hidup di desa dengan adatnya yang masih kental adalah konsep pernikahan apa yang akan gue gunakan.

Buat gue dan keluarga nikah adalah hal yang sepantasnya berkesan karena ini adalah momen menikah seumur hidup. Tapi, makna berkesan dari gue dan keluarga ini cukup dibilang berbeda.

Seperti yang kita semua pahami, bahwasanya orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya tak terkecuali di hari bahagia mereka. Orang tua pasti akan memberikan segala daya dan upaya untuk membuat pesta ala princess Disney yang wahhh banget.

Salah satu perempuan dari desa bernama Ardea yang gue minta mendapat dia setuju bahwa nikah di desa dengan konsep intimate wedding itu sulit apalagi jika lo adalah anak tunggal. Lo pasti dituntut nikah dengan konsep super mewah.

“Orang tua itu biasanya kan mikir ini anakku satu-satunya masa nggak besar-besaran. Mereka juga pasti mikirin omongan tetangga juga,” kata Ardea saat diwawancarai Froyonion (1/15).

Sebenarnya tidak ada masalah dengan wedding dream ala-ala tersebut. Namun, terkadang realita kehidupan tidak akan sama dengan ekspektasi, bukan?

Biaya nikah bak putri kerajaan tentulah sangat mahal, lo bakal merogoh kocek begitu dalam untuk mewujudkan wedding dream dengan konsep sedemikian rupa.

BACA JUGA: NIKAH MUDA : DIBAYANGIN ENAK DIJALANIN SUSAH, PARA GEN Z MAU MAJU APA TAHAN DULU NIH?

Alhasil seiring bertambahnya umur gue, konsep pernikahan yang sederhana adalah impian terbesar gue kalau gue nikah nanti.

Sebenarnya, konsep pernikahan ini sudah menjadi tren sejak pandemi muncul hingga sekarang. Awalnya konsep pernikahan ini dipilih kembali untuk membatasi jumlah pertemuan sesuai protokol yang diberlakukan.

Tapi, tapiii nih Civs, mengadakan intimate wedding bukanlah hal mudah bagi gue yang hidup di kampung. Mungkin ada juga nggak sih yang senasib sama gue?

Menyelenggarakan pesta pernikahan yang sederhana tampaknya bukanlah perkara yang gampang. Ide nikah sederhana tak jarang kandas di tengah jalan karena berbenturan dengan kemauan generasi tua dan adat.

Perlu gue tegaskan bahwa arti nikah sederhana ini bukan soal rendah-rendahkan budget nikah, namun lebih kepada jumlah tamu yang akan diundang serta banyaknya rentetan ritualnya.

Menurut paham gue intimate wedding adalah konsep acara pernikahan yang lebih intim di mana hanya dihadiri oleh beberapa orang terdekat dengan durasinya singkat.

NIKAH JADI AJANG ADU GENGSI ORANG TUA

Namun, konsep nikah ini tak jarang jadi mustahil di beberapa orang karena orang tua yang cenderung kolot. Ada banyak orang tua yang malah mengedepankan gengsi untuk mengadakan pernikahan sederhana karena takut kena gunjingan tetangga.

Tak dapat ditepis bahwa di Indonesia sendiri menikah adalah ajang adu gengsi orang tua. Tampaknya hal inilah yang membuat makna pernikahan menjadi sedikit meleset. Esensi pernikahan berangkat dari niat yang bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal dan berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Pokoknya sah secara secara agama dan negara menurut gue itu adalah makna yang sebenarnya.

Pesta yang dibuat sederhana juga dibilang tidak pantas. Kalau bisa yaa semua orang harus diundang, mulai dari orang sekampung, keluarga jauh juga harus dikasih wora-wora. Soalnya, jika tidak demikian pasti bakal jadi bahan ghibahan seumur hidup.

BACA JUGA: MARAKNYA PENGAKUAN GENERASI SEKARANG YANG ENGGAN MENIKAH, APA PENYEBABNYA?

Apalagi jika orang-orang disekitarmu adalah sekumpulan emak-emak yang suka ngerumpi dan tidak mau mengerti keadaanmu. Jangankan tetangga, keluarga besar pun bisa jadi oknum yang cukup ngeselin lho, Civs.

Kolotnya generasi tua ini juga bakal tercermin dari mulut-mulut tetangga yang akan bilang. “Kok nikahnya diem-dieman gitu sih pasti hamil duluan deh.”

Pernyataan-pernyataan nan menyebalkan ini tentu saja bakal banyak lo dengar kalau lingkungan lo ga support. Padahal daripada mikir yang negatif seperti itu sebenarnya ada banyak alasan logis yang membuat banyak orang tertarik dengan konsep intimate wedding. Jika saya hal itu benar biarin saja lah yaa, toh hal ini merupakan ranah privasi dan tidak seharusnya orang lain mencampurinya.

Dengan tekanan yang sedemikian rupa tak dapat dipungkiri bahwa orang tua bakal menyarankan untuk mengundang semua orang untuk datang ke nikahan anaknya. Undangan dengan jumlah ratusan atau bahkan ribuan tak dapat dihindari.

Padahal menurut hemat gue, nikah sederhana dengan mengundang orang-orang terdekat bisa lebih khidmat nggak si? Karena memang kita mengundang orang-orang yang kita memang kenal saja.

Oh ya baru-baru ini lo liat ngga nikahannya anak Presiden, Kaesang Pangarep yang notabene mengundang semua orang, bahkan dia sendiri sampe nggak kenal siapa undangan tersebut. Sampe ada tuh si Kaesang membuat cuitan soal masalah tersebut.

“Saya tidak kenal 99% yang datang ke resepsi pernikahan saya tapi terima kasih,” tulis kaesang dalam akun twitter pribadinya @kaesangp.

Selain masalah itu, dari segi biaya tentu saja menikah dengan banyak undangan akan membuat kantong lo bengkak, Civs. Biaya konsumsi juga pasti bakal membludak walaupun pilihan menunya tergolong sederhana. Walaupun nantinya, hidangan yang disajikan terlalu biasa aja, pasti akan jadi bahan gunjingan lagi. Oleh sebab itu, daripada nanti uangnya dipakai buat konsumsi yang tidak enak mending dibuat sedikit tapi semuanya berkesan.

BERBENTURAN DENGAN ADAT

Selain segala keruwetan antarmanusia tersebut, masalah lain yang juga menyebabkan intimate wedding jarang terwujud karena berbenturan dengan adat. Oh, ya di sini gue nggak punya maksud untuk mendiskreditkan adat.

Toh, nantinya juga punya cuan lebih sebenarnya pengen banget nikah menggunakan adat. Namun, masalahnya nikah dengan konsep pernikahan adat yang biasanya bisa sampe 3 hari 3 malam ini juga butuh ongkos yang tidak sedikit. Dibandingkan dengan konsep modern tentu menikah dengan adat akan lebih menguras isi dompet. Ini berlaku buat seluruh adat yaa, bukan adat tertentu saja.

Ritual pernikahan dengan konsep adat ini bisa dibilang sangat banyak dan tidak dapat selesai dengan waktu sehari saja. Karena gue berasal dari Jawa akan gue contohin upacara pernikahan adat Jawa yang dilakukan dua kali di rumah masing-masing mempelai. Di kediaman wanita biasanya akan diadakan akad nikah dan temu manten. Sementara itu, di rumah laki-laki akan ada acara ngunduh mantu.

Bayangin deh, Civs berapa kira-kira biaya yang lo harus korek dari tabungan lo. Bandingan dengan acara nikah modern di negara-negara maju yang hanya butuh durasi beberapa jam saja. Pemberkatan, makan-makan dan selesai.

BACA JUGA: NIKAH BEDA AGAMA: BUKAN CUMA PERSOALAN CINTA BELAKA, TAPI JUGA HUKUM AGAMA DAN NEGARA

Disini gue juga mewawancarai beberapa orang yang dalam waktu dekat akan menikah dan melihat bahwa sebenarnya banyak anak muda yang ingin menikah dengan sederhana namun terhalang dengan keadaan yang ada.

Via contohnya seorang cewek yang nantinya pengen juga menikah dengan sederhana meluapkan opininya bahwa nikah dengan konsep sederhana memang sulit karena tak jarang menimbulkan pro dan kontra. Ia menegaskan bahwa memang acara sekali seumur hidup namun yang seharusnya dipersiapkan bukan hanya acara mewah di hari pernikahan saja, namun kehidupan setelah menikah.

“Sebenarnya si. pro kontra kan, kita sebagai anak pengen sederhana yang penting sah tapi orang tua yang selalu mengedepankan adat padahal ngga pake itu juga nggak masalah. Mungkin maksud orang tua itu emang udah adat turun temurun jadi kita sebagai anak harus nurut,” ujar Via saat dihubungi oleh Froyonion.

“Toh sekarang kita realistis aja lah ya memang nikah itu sekali seumur hidup dan pasti kita punya wedding dream, tapi kehidupan yang sesungguhnya itu setelah nikah yg lebih penting buat dipersiapkan,” sambungnya.

Tak berbeda jauh, Galang seorang cowok yang gue minta pendapat soal hal ini juga setuju banget dengan konsep intimate wedding. Ia mengatakan tidak usah mendengarkan omongan orang disekitar sebab menurutnya menikah dengan mewah bukanlah suatu keharusan. Sebab, sebagai seorang laki-laki kehidupan setelah nikah lebih penting karena dia adalah tulang punggung keluarga nantinya.

“Kalau nuruti omongan orang pasti bakal banyak kurangnya. Yang penting setelah nikah nggak punya tanggungan, trus sebagai cowok harus punya tabungan yang cukup sebelum menikah. Bagiku yang penting sebelum nikah komitmennya sudah jelas mau tinggal dimana? Trus mau promil umur berapa juga harus dibahas sebelum nikah,” katanya.

Dengan segala kerumitan itu, menurut gue menikah dengan sederhana di Indonesia adalah sebuah barang mewah. Sebab, tidak semua orang bisa melakukannya karena berbenturan dengan masalah-masalah yang disebutkan di atas. Gue salut sih sama orang-orang yang bisa mengadakan pernikahan sederhana dengan tuntutan yang ada. Kalian punya mental top banget!!!. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anandita Marwa Aulia

Hanya gadis yang suka menulis