In Depth

KENAPA LEBIH SUSAH MOVE ON DARI GEBETAN DARIPADA MANTAN?

Move on dari mantan memang salah satu langkah tersulit setelah kita putus berhubungan. Tapi bagaimana agar bisa move on dari gebetan?

title

FROYONION.COM - Pernahkah kamu mengalami kesulitan untuk melupakan seseorang yang tidak pernah menjadi pasanganmu atau yang lebih dikenal dengan sebutan gebetan? Kamu mungkin berpikir bahwa sulitnya move on dari mantan adalah masalah yang lebih besar, namun faktanya, sulitnya move on dari gebetan bisa jadi lebih rumit dan berbahaya daripada sulitnya move on dari mantan.

Sebagai manusia, kita cenderung menempatkan orang-orang yang kita sukai pada pengharapan yang tinggi. Terkadang, kita memiliki harapan dan impian yang besar terhadap seseorang tanpa mempertimbangkan kenyataan yang sebenarnya. Hal ini bisa terjadi terutama pada gebetan, yang seringkali hanya menjadi objek fantasi tanpa kenyataan yang jelas.

Sebaliknya, ketika kita berada dalam hubungan yang lebih serius, kita mungkin lebih realistis dalam menilai pasangan kita. Kita melihat kelebihan dan kekurangan mereka, dan menerima mereka apa adanya. Ketika hubungan berakhir, kita mungkin merasa sedih dan kecewa, namun kita juga menerima kenyataan bahwa mereka bukanlah orang yang cocok untuk kita.

Namun, ketika berhadapan dengan gebetan, kita cenderung melihat mereka sebagai sosok yang ideal tanpa melihat kekurangan atau masalah yang mungkin ada. Kita mungkin berharap bahwa mereka akan menjadi pasangan yang sempurna untuk kita, bahkan tanpa mengetahui apakah mereka memiliki perasaan yang sama atau tidak.

Inilah mengapa sulitnya move on dari gebetan bisa menjadi masalah yang lebih besar daripada sulitnya move on dari mantan. Kita seringkali terjebak dalam fantasi dan harapan yang tidak realistis, dan sulit untuk melepaskannya.

SAINS TEMUKAN ALASANNYA

Sulitnya move on dari gebetan dibandingkan mantan dapat dijelaskan dari perspektif ilmiah dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhi keterikatan emosional seseorang terhadap pasangan atau gebetan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keterikatan emosional adalah adanya interaksi interpersonal yang intens dan berulang-ulang. Dalam hubungan gebetan, terkadang seseorang lebih sering berinteraksi dengan gebetan secara intens dan berulang-ulang, seperti melalui obrolan atau media sosial, tanpa adanya keterikatan resmi seperti dalam hubungan pacaran. Hal ini dapat memicu keterikatan emosional dan menyebabkan seseorang sulit untuk melepaskan perasaannya terhadap gebetan.

Selain itu, teori psychological attachment atau teori ikatan emosional dapat menjelaskan sulitnya move on dari gebetan. Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan bawaan untuk membentuk hubungan ikatan emosional yang sehat dengan orang lain. Ketika seseorang memiliki gebetan, ia mungkin merasa bahwa gebetan tersebut dapat memenuhi kebutuhan ini, dan sulit untuk melepaskan gebetan tersebut karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi.

Lebih lanjut, dalam hubungan yang lebih serius seperti pacaran, biasanya terdapat komitmen dan kepercayaan yang lebih kuat di antara pasangan. Namun, dalam hubungan gebetan, tidak ada keterikatan resmi yang membatasi harapan dan fantasi seseorang. Hal ini dapat membuat seseorang cenderung lebih banyak fantasi dan harapan yang tidak realistis, sehingga sulit untuk melepaskan perasaan mereka terhadap gebetan.

Perlu dicatat bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang unik dan sulitnya move on dari gebetan tidak selalu berlaku untuk semua orang. Hal ini tergantung pada keadaan dan konteks hubungan individu. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan perasaan dan kesehatan mental kita sendiri dalam proses move on dari gebetan atau mantan.

DAMPAK BURUK 

Sulitnya move on dari gebetan bisa menimbulkan masalah emosional yang serius. Ketika kita terus-terusan berharap bahwa gebetan akan merespons perasaan kita, kita bisa menjadi terobsesi dan memfokuskan semua perhatian dan energi pada mereka. Hal ini bisa mengakibatkan kita mengabaikan kesehatan emosional kita sendiri, dan mungkin membuat kita merasa sedih, kesepian, dan bahkan depresi ketika harapan kita tidak terwujud.

Lebih lanjut, bisa mempengaruhi kemampuan kita untuk menemukan pasangan yang sebenarnya. Ketika kita terus-terusan memikirkan gebetan, kita mungkin mengesampingkan peluang-peluang lain yang muncul. Kita mungkin tidak mau membuka hati untuk orang lain yang mungkin lebih cocok untuk kita, karena terobsesi dengan gebetan.

Hal yang paling parah adalah hubungan kita dengan teman atau keluarga menjadi tidak seimbang. Kita mungkin terus-terusan curhat tentang gebetan, sehingga membuat orang di sekitar kita bosan dan jengah. Hal ini bisa membuat kita merasa kesepian dan sulit memperoleh dukungan yang kita butuhkan ketika membutuhkannya.

TRIK MOVE ON 

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memudahkan proses move on dari gebetan?

Pertama, kita harus mengakui bahwa sulitnya move on dari gebetan adalah masalah yang nyata. Kita harus memahami bahwa harapan dan fantasi yang kita buat terhadap mereka mungkin tidak realistis, dan bahwa kita harus menerima kenyataan yang sebenarnya.

Kedua, kita harus memperkuat kesehatan emosional kita sendiri. Kita harus mengambil waktu untuk memulihkan diri dan merawat diri kita sendiri, baik fisik maupun mental. Kita bisa melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti olahraga, menulis, atau melakukan hobi yang kita sukai. Hal ini akan membantu kita melepaskan tekanan dan memperkuat kesehatan mental kita.

Ketiga, kita harus membuka diri untuk peluang baru. Kita harus berani mencari teman atau pasangan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Kita tidak boleh mengesampingkan peluang-peluang baru hanya karena terobsesi dengan gebetan.

Keempat, kita harus menetapkan batasan yang jelas terhadap diri kita sendiri. Kita harus menghindari memikirkan gebetan secara terus menerus dan mengekspresikan perasaan kita terhadap mereka. Kita harus mencari dukungan dari orang-orang di sekitar kita, seperti teman atau keluarga, dan tidak membebani mereka dengan terus menerus curhat tentang gebetan.

Kelima, kita harus memperbaiki cara pandang kita terhadap gebetan. Kita harus memandang mereka sebagai manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan, bukan sebagai sosok yang sempurna. Kita juga harus mengakui bahwa gebetan mungkin tidak merespons perasaan kita, dan bahwa kita harus menerima kenyataan itu.

Move on dari gebetan memang tidaklah mudah, namun dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, kita bisa melepaskan obsesi dan fantasi kita terhadap mereka. Kita bisa memperbaiki kesehatan emosional kita dan membuka diri untuk peluang baru. Ingatlah bahwa hidup terus bergerak maju, dan bahwa kita tidak harus terus bergerak bersamanya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.