Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan kegiatan membuat berita yang umumnya dilakukan oleh masyarakat biasa atau yang bukan berprofesi sebagai Jurnalis. Dampaknya memang besar, tapi kalau tidak dipilih secara cermat malah bisa menjadi media penyebar hoax.
FROYONION.COM - Elon Musk, melalui cuitannya di platform X beberapa waktu lalu mendorong masyarakat untuk lebih banyak menyebarkan informasi melalui jurnalisme warga atau citizen journalism. Tentu bukan tanpa alasan, dorongan kemajuan teknologi dengan ragam platform penyebaran informasi yang terus berkembang secara masif, mendukung kemudahan masyarakat dalam membagikan berita yang bisa membantu sesama bahkan mengubah dunia dengan lebih cepat.
Banyak sekali contoh jurnalisme warga, misalnya video bencana alam, kecelakaan pesawat bahkan informasi yang sifatnya ringan seperti keunikan perayaan hari besar di negara lain juga bisa dikategorikan sebagai jurnalisme warga, selama yang membuat konten tersebut, bukan seorang Jurnalis.
BACA JUGA: TERTANTANG JADI JURNALIS? INI SKILLSET LAIN YANG HARUS DIMILIKI SELAIN JAGO NULIS!
Salah satu keunggulan jurnalisme warga adalah dapat menyebar dengan lebih cepat. Seperti yang Elon Musk katakan, jurnalisme warga bisa dibuat dengan hanya bermodalkan ponsel pintar saja. Selain itu, format penyampaian informasi yang satu ini juga memiliki keunggulan lain yaitu:
Proses produksi dalam jurnalisme warga umumnya sederhana. Tidak memerlukan biaya mahal, baik untuk pengadaan alat atau penyuntingan konten. Apalagi saat ini, sudah banyak aplikasi penyuntingan foto dan video yang dapat digunakan secara gratis, dengan fitur menarik sekaligus mudah digunakan. Oleh karenanya, pengerjaan konten jurnalisme warga memang relatif sederhana, murah dan tidak memakan waktu lama. Media penyebarannya pun dapat diakses secara gratis melalui berbagai platform media sosial.
Penetrasi internet yang tinggi memiliki pengaruh signifikan terhadap aksesibilitas konten jurnalisme warga. Informasi jurnalisme warga yang biasanya dibagikan di media sosial, dapat tersebar dengan cepat. Penyebaran informasi yang masif ini dapat membantu mendorong penuntasan masalah yang sebelumnya tidak terekspos bisa mendapatkan perhatian sekaligus penyelesaian.
Jurnalisme warga memungkinkan partisipasi masyarakat dari berbagai lapisan dan strata sosial serta tidak terbatas usia, gender, jenis pekerjaan ataupun demografi. Hal ini, membuat informasi yang dihasilkan lebih beragam dan memiliki cakupan wilayah yang jauh lebih luas. Selain dapat menambah khazanah pengetahuan, informasi yang bersifat heterogen ini memungkinkan isu-isu yang sebelumnya tidak terjamah, dapat terekspos dan menjadi perhatian.
Keunggulan jurnalisme warga yang lain adalah sebagai media berpendapat bagi masyarakat dari berbagai kalangan dan memungkinkan munculnya ide atau gagasan baru.
BACA JUGA: ERA DIGITAL: MUDAH DAPET INFORMASI TAPI BUAT LO MISKIN ATENSI
Namun dibalik berbagai kelebihannya, jurnalisme warga juga memiliki kekurangan jika tidak dilakukan dengan bijak. Apa saja kelemahan dari jurnalisme warga?
Konten yang dihasilkan oleh Jurnalis Warga biasanya harus dikonfirmasi ulang karena seringkali informasi yang ditampilkan tidak dilengkapi dengan data yang utuh dan narasi yang jelas. Informasi yang tidak lengkap ini, dapat menggiring opini publik ke arah yang tidak objektif.
Tingkat akurasi yang rendah karena seringkali tidak dijelaskan dengan data yang lengkap membuat konten yang dihasilkan jurnalisme warga, rentan dijadikan media penyebar informasi hoax. Misalnya, berita yang sudah terjadi beberapa tahun lalu kemudian disebarkan kembali tanpa ada keterangan waktu dan narasi yang jelas, bisa menggiring opini seolah kejadian tersebut baru saja terjadi dan belum ada penyelesaian lanjutan.
BACA JUGA: LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGHINDARI HOAX DAN MISINFORMASI DI INTERNET
Jurnalisme warga umumnya tidak melalui tahapan penyaringan informasi dan penyuntingan. Penyuntingan atau editing dilakukan untuk kebutuhan estetika sekaligus menyeleksi data yang layak tayang. Meski beberapa media sosial sudah memiliki filter sensitive content untuk video atau foto yang dianggap mengandung unsur sensitif seperti korban kecelakaan, kekerasan atau penganiayaan, sayangnya filter ini hanya sebagai pemberitahuan saja bukan menyunting isi video atau foto yang diunggah.
Ternyata untuk menghasilkan konten jurnalisme warga yang berkualitas, cukup menantang ya. Bukan hanya bermodalkan ponsel pintar saja, tapi juga harus pintar memilah dan mengolah informasi agar konten yang dibuat, dapat bermanfaat.
BACA JUGA: PERPRES JURNALISME BERKUALITAS JADI KUBURAN BAGI PELAKU KONTEN DIGITAL DAN MEDIA INDIE
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jurnalisme warga. Pertama, kamu harus memahami aturan tentang hak dan kewajiban pengguna internet yang tertuang dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Jangan sampai, informasi yang kamu buat dan sebarkan mengandung unsur pencemaran nama baik, pornografi dan SARA.
Kedua, etika. Meski identik dengan kebebasan, seorang Jurnalis warga harus memperhatikan etika dalam pengumpulan informasi baik berupa foto maupun video.
Ketiga, tanggung jawab. Informasi yang dihasilkan dalam jurnalisme warga juga harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan membuat berita bohong, hanya karena ingin viral. Ingat, sanksi sosial bisa lebih kejam dari sanksi hukum.
Jurnalisme warga dapat menjadi media yang mendorong dunia untuk berubah ke arah yang lebih baik, jika dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab. Namun, jika tidak justru bisa menjadi pisau yang dapat merugikan berbagai pihak. (*/)