In Depth

IMPOSTOR SYNDROME: KETIKA ORANG PENUH PRESTASI MALAH KURANG PERCAYA DIRI

Kenapa ya orang yang punya banyak achievement tapi masih ngerasa nggak PD? Hati-hati bisa jadi kamu terkena Impostor Syndrome.

title

FROYONION.COM - Civs, kalian pernah nggak, sih, ngeliat temen kalian yang kalian rasa dia jago dalam satu bidang tapi malah ngerasa nggak pantes untuk dapet apresiasi atas apa yang dia capai?

Atau lebih sederhananya deh, temen kalian itu bahkan nggak berani buat ngasih opini tentang sebuah topik yang dia kuasai? Atau jangan-jangan kamu sekarang lagi ngerasa kayak gitu?

Di situasi ini, aku nggak ngomongin soal temen-temen nyebelin yang humble bragging ya, tapi emang dia ngerasa nggak pantes aja buat dapet spotlight dengan kasih opini berbobot dia.

Kondisi seperti ini ternyata nggak cuma terjadi di temen-temen deket kalian, Civs. Fenomena ini dikenal dengan yang namanya Impostor Syndrome.

Kalau beberapa waktu lalu kita sering denger istilah impostor dari game Among Us, yaitu karakter villain yang akan berpura-pura untuk jadi orang biasa dan mengalahkan pemain lain. Orang yang memiliki impostor syndrome juga berpura-pura tapi jatuhnya seperti membohongi diri sendiri.

Dikutip dari verywellhealth, orang yang memiliki sindrom ini akan cenderung merasa insecure dan juga merasa dirinya “penipu” ketika dia mendapatkan perhatian atau apresiasi saat membagikan pengetahuannya kepada orang lain. Orang-orang ini merasa apa yang dia dapatkan tidak lebih dari sekedar keberuntungan dan kebetulan saja.

BAHAYA IMPOSTOR SYNDROME

Impostor syndrome tentu akan memengaruhi orang itu secara personal, karena jika kita terus berfikiran bahwa kita ini masih tidak pantas untuk mendapatkan sesuatu yang sebenarnya pantas untuk kita dapatkan. Hidup kita akan sulit untuk berkembang.

Contohnya, rasa insecure ini menghalangi kita untuk melamar pekerjaan di tempat kerja impian kita, padahal secara kemampuan dan kualifikasi kita masih mungkin lolos dan diterima. Namun, karena impostor syndrome sudah menguasai kita jadinya kita mengurungkan niat kita untuk mencoba.

Selain bahaya untuk diri sendiri, aku melihat impostor syndrome juga ambil bagian dalam fenomena-fenomena banyak opini kurang bermutu yang berseliweran di media sosial saat ini.

Seperti yang dibahas dari salah satu artikel di froyonion.com soal Dunning-Krugger Effect, sebuah fenomena saat orang-orang inkompeten memiliki rasa percaya diri yang berlebih sehingga dengan mudahnya mengeluarkan opini-opini “sok tau” mereka tanpa data yang benar. 

Hal ini bisa juga disebabkan karena orang-orang yang benar-benar punya keilmuan itu tidak berani bersuara, jadinya suara-suara yang beredar hanya opini tanpa data yang jelas. Menurut kamu gimana, Civs?

Oh iya, sebagai tambahan, menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), impostor syndrome ini tidak tergolong penyakit mental. Namun, sindrom ini tetap bisa membauat orang menjadi gelisah, stress, bahkan depresi.

TANDA-TANDA IMPOSTOR SYNDROME

Kalau diliat dari dampak di media sosial yang saat ini makin meresahkan, sepertinya kita perlu mengetahui tanda-tanda dari impostor syndrome berikut:

  • Takut dianggap sebagai penipu jika mengungkapkan sebuah gagasan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang dibaca.
  • Ketika mendapatkan pujian dari orang lain atas pencapaian kita, kita menganggap itu hanya bentuk keramahan orang lain. Bukan sebagai pengakuan bahwa kita memang mampu.
  • Selalu merasa gelisah berlebihan, sehingga tidak jarang mempersiapkan segala sesuatu secara berlebihan dan akhirnya membuat kita mengurungkan niat untuk melakukan sesuatu karena merasa belum siap.
  • Sulit percaya pada orang lain karena tidak mampu menilai sesuatu secara obyektif.

PENYEBAB IMPOSTOR SYNDROME

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Clance dalam “The imposter phenomenon in high achieving women: Dynamics and therapeutic intervention” diungkapkan bahwa impostor syndrome terjadi karena faktor sifat individulingkungan keluarga, budaya, dan membandingkan diri.

  • Sifat individu, orang yang memiliki kecenderungan perfeksionis akan rentan terkena impostor syndrome.
  • Lingkungan keluarga yang terlalu menekan juga dapat menyebabkan seseorang jadi tidak bisa menghargai sebuah kesuksesan atau kegagalan, sehingga mereka tidak mampu bersikap bagaimana menghadapi keduanya.
  • Budaya, kebaisaan di suatu daerah turut memicu sindrom ini karena biasanya ada budaya-budaya yang memberikan penghargaan lebih pada kesuksesan di bidang tertentu tapi kurang menghargai kesuksesan di bidang lainnya.
  • Membandingkan diri, jika terlalu sering membandingkan diri dengan pencapaian orang di atas kita. Kita akan rentan mengalami impostor syndrome karena sulitnya untuk menghargai pencapaian kecil yang sudah kita raih.

CARA MENGATASI IMPOSTOR SYNDROME 

Impostor syndrome bukanlah penyakit mental, dan sindrom ini sangat umum terjadi di banyak orang. 

Kalimat ini sebaiknya kita jadikan pegangan sehingga kita tidak perlu terlalu takut dalam menyikapi impostor syndrome. Namun, agar hidup kita bisa terasa lebih tenang, ada beberapa cara yang bisa kalian coba agar terhindar dari sindrom ini, Civs!

Antara lain:

  • Buat goal yang realistis, ini akan menghindarkan kamu dari rasa kurang percaya diri dan merasa tidak mencapai apapun.
  • Hindari kompetisi-kompetisi yang toxic, kalau kita mau lihat lebih dalem ya, banyak banget kompetisi toxic yang sebenernya bisa kita agar mengurangi dampak buruk dari impostor syndrome yang sedang kita rasain. Cari lingkungan yang supportive dan bisa membantu kita untuk tumbuh.
  • Tidak perlu menggantungkan rasa percaya diri pada pengakuan dari eksternal, sadar diri itu baik tapi kalau kita menggantungkan kemampuan kita hanya dari pengakuan orang lain. Akan selalu ada orang-orang yang mungkin membuat kita makin tidak percaya diri.
  • Memahami cara mengukur kemampuan secara obyektif.
  • Menerima pujian dengan senang hati bukan berarti sombong.

Dari dua fenomena ini Duning-Krugger effect dan juga impostor syndrome kita bisa mengambil kesimpulan kalau sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Sebagai manusia, kita perlu menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna, belum mengerti tentang sesuatu itu wajar, pun mengerti tentang sesuatu itu juga bukan hal yang perlu kita sembunyikan.

Semoga kita bisa jadi pribadi yang mempunyai kepercayaan diri pada level yang ideal sehingga kita bisa membagi gagasan kita dengan yakin namun tetap memiliki ruang  untuk keraguan agar mau terus upgrade diri. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Kusuma Agung

Temen Meja Sebelahmu yang seneng belajar