Mengidolakan selebritas berlebihan ternyata sebuah kelainan, loh! Namanya, Celebrity Worship Syndrome. Apa aja sih ciri-cirinya? Terus gimana biar terhindar dari sindrom ini?
FROYONION.COM - Mempunyai sosok idola dalam kehidupan ini merupakan hal yang wajar, terutama di usia remaja dan dewasa muda yang masih butuh role model. Ada yang mengidolakan grup band, boyband, idol group, aktris, aktor, klub sepak bola, atau sebagainya. Memilih siapa yang menjadi idola atau panutannya seperti itu adalah hak setiap orang.
Namun, tahukah, Civs, pada batas tertentu kita bisa saja terlalu mengidolakan mereka, bahkan bisa masuk kategori memuja mereka, loh! Misalnya, saat lo sangat mengidolakan seorang public figure, lo dengan suka rela memberikan segalanya untuk mereka. Terus, ketika idola lo melakukan sesuatu atau punya kehidupan privasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi lo, lo bisa menghujatnya habis-habisan.
Sifat memuja sosok idola yang berlebihan itu ternyata sebuah kelainan, Civs! Dalam istilah psikologi dikenal dengan nama Celebrity Worship Syndrom atau CWS. Disadari atau tidak, sindrom ini bisa terjadi pada siapa saja.
Lalu, apa saja sih ciri-ciri CWS itu? Pada artikel kali ini, gue ingin berbagi tentang apa itu CWS dan bagaimana seharusnya kita mengidolakan seorang idol. *Disclaimer: ini adalah opini gue yang juga sama punya sosok idola.
Sebelum membahas tentang bagaimana mengidolakan seorang idol, kita harus kenal lebih jauh tentang Celebrity Worship Syndrome atau CWS. Dilansir dari Psychology Today, CWS dideskripsikan sebagai gangguan obsesif-adiktif yang membuat seseorang menjadi terlalu terlibat, tertarik, hingga terobsesi dengan detail kehidupan personal idolanya.
Sebenarnya, setiap orang yang terkenal bisa menjadi objek dari obsesi penggemarnya. Namun, kebanyakan dari mereka yang menjadi objek CWS adalah orang-orang dari dunia selebritas, seperti aktris, aktor, penyanyi, dan lainnya.
Dilansir dari Tempo, CWS mirip seperti hubungan parasosial, yaitu hubungan sosial secara sepihak dan tanpa timbal balik. Istilahnya, lo rela melakukan apa pun untuk idola lo, padahal mereka gak peduli juga sama apa yang lo alami, bahkan mungkin mereka gak tau kalau lo ada di dunia ini.
Hubungan parasosial seperti itu cenderung negatif. Ketika sudah ada di tahap yang parah, hanya akan menghasilkan pola perilaku yang obsesif, kompulsif, dan adiktif.
Celebrity Worship Syndrome ini ada tingkatannya. Dilansir dari Psychology Today, tingkatan tersebut diukur berdasarkan Celebrity Attitude Scale dan menghasilkan 3 tingkatan.
Pertama, tingkat entertainment-social, yang merupakan tingkatan terendah dalam CWS. Tingkatan ini ditandai oleh terlibatnya penggemar dengan interaksi sosial yang melibatkan idolanya. Misalnya, ikut serta dalam komunitas penggemar (fandom). Tingkatan ini dinilai masih wajar, karena selain bisa mendukung idola, lo juga bisa punya teman baru dan berkegiatan yang positif bersama komunitas.
Kedua, tingkat intense-personal. Pada tingkatan ini, seorang fans sangat termotivasi dengan idolanya, hingga menunjukkan kekagumannya. Misalnya, dengan memberi nama anak dengan nama idolanya atau meniru style idolanya. Hal ini masih bisa dibilang wajar masih menunjukkan kekagumannya secara berlebihan.
Namun, pada tingkatan ini juga fans bisa menunjukkan kekagumannya secara berlebihan. Misalnya, merasa harus mengabari idolanya atau menyapa mereka setiap pagi di media sosial. Pada tingkatan ini mungkin tidak ada salahnya, karena tidak merugikan orang lain juga.
Ketiga, tingkatan paling tinggi dan harus diwaspadai, tingkat borderline-pathological. Pada tingkatan ini, seorang fans sudah tidak bisa mengontrol aktivitas dan perasaannya, sehingga terobsesi pada idolanya.
Tingkatan ketiga ini harus diwaspadai karena bisa jadi merugikan orang lain dan idolnya sendiri. Obsesi yang berlebihan itu bisa menimbulkan sifat posesif yang irasional dan menuntunnya pada perbuatan negatif. Misalnya menguntit, stalking, mengurusi kehidupan privasi dari idolanya sendiri, sampai tidak rela kalau idolanya disukai oleh orang lain.
Fans yang mengidap CWS pada tingkatan yang parah dapat berakibat buruk pada kehidupannya. Dilansir Newport Academy, banyaknya durasi dan konsentrasi yang diluangkan seorang fans untuk idolanya dapat membentuk hubungan imajiner, sehingga ia hanya terjebak di suatu realitas yang semu. Hal itu akan berpengaruh terhadap relationship dengan orang-orang di kehidupan nyata.
Ketika sudah terjebak pada realitas yang semu itu, ia akan cenderung menghindari aktivitas sosial yang bertatap muka dengan keluarga atau temannya. CWS juga dapat mengakibatkan kesulitan dalam membangun hubungan romantis dengan orang lain. Dia cenderung akan membanding-bandingkan pasangannya dengan idolanya, bahkan tidak peduli sama sekali dengan lovelife karena menganggap kehadiran idolanya sudah cukup baginya.
Selain itu, CWS yang parah dapat menimbulkan berbagai gejala lainnya. Di antara gejala tersebut adalah depresi, gangguan kecemasan, gangguan keterampilan, kurangnya penerimaan diri, hingga penurunan keterampilan kognitif.
Agar kita tidak terjerumus ke dalam sindrom Celebrity Worship, kita harus mengetahui batasannya. Batasan dalam mengidolakan seseorang mungkin bisa subjektif, karena setiap orang punya standar tersendiri ketika menjadi fans. Namun, yang terpenting adalah kesadaran bahwa lo sudah mencapai batasnya atau belum.
Kesadaran ini bisa mulai diterapkan di dalam pikiran ketika lo memutuskan untuk mendukung seorang idola. Misalnya, kesadaran bahwa idola lo adalah manusia biasa yang punya kehidupan pribadinya sendiri.
Apa pun yang mereka perlihatkan di media sosial atau di hadapan fansnya adalah apa yang ingin mereka perlihatkan. Maksudnya, idola lo pasti punya kehidupan privasi yang gak akan lo ketahui dan mungkin itu tidak sesuai dengan ekspektasi lo.
Misalnya, image yang idola lo saat ini tunjukkan adalah image “orang baik-baik” sesuai standar lo, tapi bisa saja di balik itu ada perilaku atau kebiasaan tidak baik yang tidak lo ketahui. Ketika mengetahuinya, maka sadarlah bahwa lo tidak punya hak atas kehidupan pribadi mereka.
Ketika itu memang tidak sesuai dengan ekspektasi lo, lo bisa memutuskan untuk tetap mendukungnya dengan suportif atau berhenti mendukungnya. Jangan justru menuntut mereka seolah-olah lo berhak “menyetir” kehidupan mereka. Jika memang ada kesalahan yang idola lo buat, ingatkan dengan bahasa yang suportif, alih-alih menghujat mereka. Ingat, mereka pun punya perasaan dan bisa depresi!
Selain itu, kita pun harus punya kesadaran bahwa idola kita tidak akan pernah bisa digapai. Seperhatian apa pun dia di media sosial, dia tetaplah manusia yang tidak bisa lo gapai dan dapatkan.
Meskipun ada saja yang berawal dari fans dan berakhir menjadi pasangan, tetapi itu hanya sepersekian persen kemungkinannya. Maka dari itu, tidak perlu rasanya kita terlalu terlibat dengan mereka, apalagi hingga menghabiskan waktu hanya untuk menunggu update-an mereka dan menjauhkan diri lo dengan kehidupan nyata.
Ketika kesadaran itu sudah meresap di dalam diri lo, maka lo akan mengidolakan mereka dengan sehat. Yang terpenting, aktivitas ngidol lo tidak akan merugikan diri sendiri dan idol yang lo idolakan.
Mengagumi seorang idola sebagai panutan tentu tidak selamanya mengarah ke perilaku negatif. Bahkan dengan mengidolakan seseorang, bisa membuat lo lebih termotivasi dalam menjalani hidup, mengantarkanmu untuk kenal orang-orang baru di komunitas fans, dan lainnya. Namun, ketika kekaguman itu berubah menjadi obsesi berlebihan, barulah akan menuntunmu ke arah yang negatif.
Ingatlah, jadikan aktivitas ngidol sebagai kegiatan yang menyenangkan. Dukung idol dengan sewajarnya dan jauhi kegiatan tubir yang membuang waktu, tenaga, dan emosi. Jadi, selamat mengidolakan idola lo dengan sehat dan suportif, ya! (*/)