Lo sadar gak sih, menjaga privasi di media sosial itu sama pentingnya kayak lo menjaga tubuh lo sendiri? Artikel ini bakal ngebahas alasan kenapa lo harus mulai mindful sama privacy sendiri, cekidot!
FROYONION.COM - Kita semua sudah terlanjur menjadi budak likes dan pengakuan orang lain, begitulah yang gw pahami dari media sosial yang gak pernah terlepas dari berita tentang privasi diri sendiri. Tiap hari ketika lo scroll media sosial apapun, rasanya lo selalu disuguhi dengan konten-konten viral yang berbau kehidupan orang lain.
Dan saat ini, media sosial secara gak langsung ngebikin batasan privasi seseorang itu semakin abu-abu alias buram, karena nggak sedikit orang yang ngejadiin sosmed itu sebagai diary kehidupan dan menganggap itu hal yang lumrah.
Bahkan sisi kehidupan orang lain yang normalnya kita anggap itu sebagai privasi kayak aktivitas berhubungan badan, itu seringkali diceritain di media sosial bahkan sampai difoto, bahkan ada marketnya dan eventnya. Yaa meskipun penyelenggaranya akhirnya ditangkap polisi.
Atau hal-hal yang sering dilakukan oleh anak muda zaman sekarang seperti habis jadian, nge-post. Punya masalah keluarga, jadiin snapgram. Lagi ada masalah di kantor, nge-tweet. Kok bisa sih jempol anak muda sekarang terlalu ringan untuk membagikan banyak hal tentang kehidupannya?
Perilaku banyak nge-share tentang segala kehidupan pribadi yang seharusnya menjadi privasi itu biasa disebut dengan oversharing. Ketika banyak orang yang mengetahui diri lo, akibatnya privasi lo jadi berkurang. Sebaliknya, ketika lo memilih untuk memproteksi diri dan nggak sembarangan ngebiarin orang mengetahui tentang diri lo, yaa lo jadi punya privasi yang lebih banyak.
Jadi sebenarnya, itu hak lo mau nge-share apapun itu atau nggak, mau jadiin publik atau nggak, private atau nggak. Namun ketika lo nggak tau batasannya, bisa jadi sharing sesuatu di sosmed yang awalnya lo pikir "ah gapapa", bisa jadi berubah menjadi harmful alias berbahaya buat lo.
Menurut dari beberapa bacaan yang pernah gw telusuri, seenggaknya ada beberapa alasan kenapa lo punya birahi untuk ngumbar pribadi sendiri, salah satunya yaitu lo lagi butuh perhatian yang tinggi. Ketika lo lagi butuh perhatian yang tinggi atau dalam istilah anak muda itu needy, lo akan sebisa mungkin ngelakuin berbagai macam cara termasuk mengorbankan batasan diri sendiri, yaitu dengan oversharing. Kurang lebih Sharing di sini kayak semacam magnet buat dapetin perhatian atau pengakuan doi.
Dan selanjutnya, alasan kenapa orang oversharing bisa jadi karena memang nggak aware aja alias gak pernah diajarin bahwa sesuatu itu harusnya menjadi privasi atau bukan. Mungkin kalo soal privasi fisik, kita udah diajarin buat make baju yang sopan dan menutup aurat, atau oh ini merupakan bagian anggota tubuh yang gak boleh diliatin ke orang-orang. Jadi perasaan malu dan ingin melindungi anggota tubuh yang dianggap sebagai privasi sudah menjadi naluri buat kita.
Namun, hal yang sama bisa jadi gak berlaku buat privasi dalam hal informasi atau identitas diri, Civs. Banyak diantara kita yang sama sekali nggak diajarin bahwa ada hal-hal tertentu itu seharusnya tidak boleh untuk diumbar. Alhasil banyak dari kita yang dengan polosnya ikutan trend yang dianggap keren seperti tantangan selfie dengan KTP, atau sampai ngasih tau alamat rumah yang menurut kita itu cuman buat seru-seruan malah menjadi berbahaya.
Mengenai sharing sesuatu menurut gw sudah menjadi bagian manusiawi dalam bermedsos. Namun yang menjadi masalahnya ialah ketika lo mungkin nggak tau konsekuensi dari yang lo share, kemudian lo gak bertanggungjawab atas konsekuensi itu. Ditambah lo juga gak ngerti apa batasan diri lo dan dunia luar, nah hal-hal semacam itu akan jadi masalah yang berbahaya.
Dalam artian lain, sharing-nya itu gak ada masalah, namun kesadaran untuk sharing secara wise alias bijaknya yang patut untuk diperhatikan. Nah ketika lo itu gak tau konsekuensi dari privasi yang udah diumbar, besar kemungkinan lo juga nggak tau jenis privasi orang lain yang perlu dihormati.
Itu menjadi salah satu alasan mengapa kita sering nemuin kasus orang yang sering nge-publish privasi orang lain secara bebas di medsos, atau ngedoxing, semua hal itu di spill, diceritain nama lengkapnya siapa, kelakuannya gimana, ceritain sesuatu yang bisa jadi masalah pribadi seseorang yang pada akhirnya malah merugikan kedua belah pihak.
Maka sampe sekarang, gw masih belum setuju atau nggak akan pernah setuju dengan istilah cancel culture, salah satunya kasus Johnny Depp, bahkan kasusnya jadi bertahun-tahun gara-gara cancel culture. Atau kasus James Charles, yang bahkan hampir bunuh diri karena makian netizen, namun ternyata tuduhan kepada James Charles tidak benar. Tuduhan-tuduhan yang seringkali tidak berdasar inilah yang buat cancel culture itu justru banyak mudaratnya.
Untuk mengatasi agar nggak terjadi hal-hal yang demikian, lo harus aware sama privasi sendiri dan orang lain, pahami batasan dan hal-hal apa aja yang bisa dan nggak bisa lo bagikan. Nge-post di sosmed itu boleh dan bisa jadi bagus, namun lo harus tetap sadar dan mindful atas semua tindakan yang lo lakuin di sosmed.
Awareness ini penting banget sih dalam bermedsos supaya gak ada lagi nanti orang yang dirugikan. So, setiap kali lo pengen post atau reply, coba direnungin dulu sih "kenapa sih gw post ini?", "apa ini perlu?", dan yang lebih penting "konsekuensinya apa sih?". (*/)
BACA JUGA: MAU PDKT VIA MEDSOS? COBA TIPS INI!