Sudah nggak asing rasanya ketemu teman atau ternyata lo juga bekerja di bidang yang nggak ada kaitannya dengan jurusan kuliah. Herannya, kok justru dapat karir yang lumayan, ya? Apa benar, nih? Selengkapnya, baca di sini, Civs!
FROYONION.COM - Ngomong-ngomong soal fenomena mahasiswa yang ketika lulus kemudian melamar kerja berbeda dengan jurusannya. Dikutip dari kompas.com, Mendikbud Ristek RI, Nadiem Makarim pernah bilang di tahun 2021 bahwa 80 persen mahasiswa di Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. At least, cuma 27 persen lulusan perguruan tinggi yang bekerja sesuai dengan jurusannya.
Belum lagi, sederet informasi mengenai kualifikasi lowongan kerja yang tersebar di internet bahwa perusahaan nggak lagi menetapkan ketentuan hanya menerima kandidat di jurusan tertentu sebagai suatu syarat saklek. Artinya, fresh graduate bukan cuma bersaing dengan sesama jurusan, melainkan bersaing pula dengan jurusan yang lain.
Menanggapi fenomena ini juga seperti tren anak muda Indonesia yang dikemas menjadi konten di media sosial. Lewat akun TikTok kebanggan kita, @wearefroyonion yang membagikan sisi lain karir anggota keluarga Froyonion. Kuliahnya apa, eh kerjanya apa. Begitu, ya?
Tapi, uniknya, mereka yang berani mengambil profesi nggak sesuai dengan jurusannya saat kuliah, rata-rata kok bisa dapat jenjang karir yang lumayan, ya? Apakah ini hanya kebetulan? Atau karena memanfaatkan peran ordal alias orang dalam?
BACA JUGA: KARIER LO BEDA DARI JURUSAN KULIAH? INI YANG PERLU LO KETAHUI
Daripada mikir yang bukan-bukan. Lantas, gue bertanya ke salah satu teman gue bernama Dayen (22). Cewek asal Kota Solo, Jawa Tengah tersebut, belakangan ini tengah menikmati karirnya sebagai penyiar radio di Solo Radio, terlepas dari latarbelakangnya yang ternyata seorang lulusan mahasiswi jurusan sastra Inggris, Civs!
Dayen berkata ke gue kalau tanggapannya mengenai fenomena ini adalah sesuatu yang wajar, kok. Katanya, selagi semua skill yang dibutuhkan bisa dipelajari, dan selalu yakin setiap harapan pasti ada jalan. Ya, sah-sah aja.
“Menurutku, ini sudah menjadi rahasia umum, sih. Aku pun termasuk 1 dari sekian jutaan orang yang kerjanya berbeda dengan jurusan kuliah. Poin pentingnya bahwa skill apapun bisa dipelajari. Kayak Aku yang lulusan sastra Inggris, dan percaya pasti ada jalannya, kok!” ucapnya saat diwawancarai.
Ketika ditanya soal alasan ia memilih berputar setir menjadi penyiar radio, semuanya berawal dari ketertarikannya dengan dunia siaran, dan selayaknya kepribadian Dayen yang seolah sudah melekat dengan karirnya sekarang, Civs.
“Jujurly, aku tertarik menjadi penyiar radio karena sesuai dengan kepribadian, dan passion yang aku punya. Nah, kalau ditanya tertarik dunia sastra atau nggak, sebenarnya belum kepikiran, justru sekarang mau lanjut studi ke ilmu komunikasi,” tambahnya.
Namun, salah satu motivasi Dayen bergabung menjadi penyiar radio di Solo Radio, bukanlah aji mumpung semata karena berdomisili di kota batik tersebut. Namun, lingkungan kerjanya yang nyaman, menunjung tinggi budaya masyarakat yang ada di Solo, dan segala hal lainnya yang bikin dia makin bersyukur.
“Motivasiku pilih Solo Radio karena radionya orang Solo, dan stasiun radio ini adalah jantungnya Kota Solo. Terus, sesuai dengan budaya yang diangkat juga tentang Solo. Lalu, lingkungan kerjanya yang aku rasa juga friendly. Pokoknya bersyukur banget deh bisa bekerja di sini,” terang Dayen
Sama halnya dengan lo yang mungkin saat ini berkarir di bidang yang berbeda dengan jurusan kuliah. Pasti semuanya berawal dari momen di mana lo akhirnya memutuskan untuk mengembangkan kemampuan, dan jadilah bekerja di bidang yang lo pilih. Inilah yang turut melandasi pemikiran Dayen, Civs.
“Menurutku, belajar jadi penyiar radio atau public speaking itu bisa dipelajari dari manapun. Misalnya, semasa kuliah, aku suka banget presentasi depan kelas, terus ikut lomba, ikut event yang bikin aku engage dengan orang lain. Dari situlah karir sebagai penyiar radio terbentuk. Termasuk job selingan menjadi MC, terus voice over talent,” timpalnya.
Selain itu, keberadaan organisasi mahasiswa atau mendaftar sebagai anggota himpunan mahasiswa di kampus, menurut Dayen juga nggak sia-sia, Civs. Buktinya, menjadi mahasiswi yang aktif berkegiatan mengantarnya bergabung menjadi penyiar radio semenjak 2 tahun silam.
“Nih, ya. Aku selalu join himpunan atau organisasi kampus yang selalu ada bidang public relations biar aku selalu engage dengan masyarakat, terus ya pastinya ikut lomba di kampus atau di media sosial, dan akhirnya bergabung juga deh jadi penyiar radio semenjak 2 tahun yang lalu saat aku masih semester 6. Hahaha!” tuturnya sambil tertawa.
Sampai sini. Bagaimana cara biar percaya diri alias pede dengan karir yang telah dipilih?
Dari kacamata Dayen–soal melatih kepercayaan diri, dirinya selalu memasang mindset dengan memahami bahwa pede itu terbagi banyak, lalu didukung dengan portofolio yang kuat, dan slogan lebih baik memulai daripada nggak sama sekali. Jadilah pemacu semangat.
“Ya, balik lagi ke mindset. Pede itu nggak cuma soal karir, tapi pede menjalankan hidup, misalnya kepedulian kita tentang belajar atau mencari pengalaman yang bisa mendukung portofolio. Intinya mulai aja sih, menurutku,” kata Dayen.
Terakhir nih, Civs. Tentu, semua hal yang dikatakan Dayen, kembali lagi saat rekruter melihat seorang kandidat. Bagi lo yang penasaran bagaimana menarik rekruter supaya lo bisa diterima di bidang yang diincar, Dayen juga punya tips simple, nih!
“Cara menarik rekruter, ya mulai dari passion, skill, dan portofolio yang kita tawarkan ke mereka itu bisa kuat. Sampai akhirnya kita keterima, lalu training, dan resmi deh jadi bagian karir yang diimpikan,” pungkasnya.
Gimana, Civs? Ada yang sudah siap-siap mengikuti fenomena ini? Apapun pilihan karir yang lo jalani, tetap semangat, ya! Kalau sekarang belum merasa nyaman, barangkali ini jadi langkah awal lo untuk menapaki jenjang karir yang lebih baik ke depannya! (*/)
BACA JUGA: TIPS MENGGUNAKAN LINKEDIN BIAR LO CEPAT MENDAPATKAN PEKERJAAN