Berkomentar di media sosial adalah hak setiap warga negara, tapi kalau tidak sesuai dengan topik utama, bagaimana? Sah-sah saja atau justru dilarang?
FROYONION.COM – Kamu saat ini pasti main media sosial, bukan? Apalagi di era serba digital yang sangat bergantung dengan smartphone seperti sekarang. Semua berita, tren, bahkan gosip yang belum tentu benar pun sangat berpeluang tersebar dengan cepat. Bahkan kalau beruntung, sang objek pembicaraan masyarakat bisa diundang ke acara TV dan dapat banyak uang. Wah, keren ya?
Kira-kira, kenapa ya media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penyebaran informasi? Kalau menurut Penulis, salah satu faktornya adalah kesadaran masyarakat Indonesia yang semakin melek teknologi seperti Internet.
Menurut Newszoo, saat ini Indonesia menjadi negara keempat dengan pengguna smartphone terbanyak di dunia dengan persentase jumlah penggunanya sebesar 68.1% dari total penduduk. Kalau dilihat dari tabel berikut, jumlahnya hampir berbanding lurus dengan urutan jumlah populasi, ya?
Selain itu, dikutip dari dataindonesia.id, dari ratusan juta orang yang memiliki smartphone di Indonesia, sekitar 77% di antaranya sudah mendapatkan akses internet. Ini tandanya, orang-orang yang memiliki fasilitas tersebut sangat berpeluang besar untuk bisa mengakses media sosial dengan mudah, terutama bagi sebagian kalangan yang senang mencari tahu tentang perkembangan dunia luar.
Mungkin kalau kamu senang dengan tren terkini dan sangat mengikuti berbagai topik yang viral, tidak jarang pasti akan menemukan segelintir komentar yang nyeleneh bahkan cenderung ke arah negatif. Misalnya, komentar yang tiba-tiba bertanya soal rekomendasi obat mata minus di Instagram, atau sekumpulan warganet yang sering berjualan dan meninggalkan link afiliasi.
Bahkan yang akhir-akhir ini sedang sering ditemukan di Twitter, kolom komentar penuh dengan berbagai keluhan provider telepon dan akun @ReplyGPT. Sampai-sampai setiap kali melihat tweet yang muncul di beranda, rasanya sulit sekali mencari komentar yang setopik dengan kepala thread tersebut.
Apakah kamu salah satu yang sering heran dengan hal ini? Sebenarnya bukan tanpa alasan juga, karena balik lagi ke masing-masing persona yang menggunakan media sosial itu sendiri.
BACA JUGA: PUNYA BANYAK AKUN MEDIA SOSIAL, BUAT APA?
Setelah dicari beberapa faktor yang terjadi di lapangan, Penulis akhirnya menemukan beberapa hal yang paling umum dan sering kali menjadi penyebab orang-orang sering berkomentar out of topic, di antaranya:
1. AKUN ‘BUZZER’
Sudah sering mendengar istilah ini di media sosial, bukan? Memang peran ini biasanya memiliki tujuan tertentu. Ada yang diarahkan untuk menaikkan popularitas brand atau tokoh tertentu, atau bisa juga untuk pengalihan isu dan menutupi kolom komentar dari tanggapan-tanggapan yang tidak diinginkan.
Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata ada begitu banyak perkumpulan agensi di luar sana yang memang aktif mencari talent untuk tujuan seperti itu setiap harinya. Secara sistemnya terlihat seperti perekrutan pada umumnya, misalnya ada batas minimal usia, followers, umur akun, dan lainnya. Informasinya tidak jarang hanya melalui mulut ke mulut, iklan, ataupun dengan cara massif dengan menghubungi satu persatu calon talent tersebut.
Tentu saja, tidak mungkin ada mereka jika tidak ada upahnya. Umumnya, para buzzer dibayar mulai dari 500-2.000 rupiah per komentar. Nilai ini bisa kurang atau lebih dari tarif tersebut, tergantung dari kebutuhan pastinya.
Kerjaan sambilan kayak gini emang ‘efektif’ buat alternatif dapetin cuan sambil rebahan. Apalagi modalnya cuman kuota sama smartphone, kerjanya pun bisa dibilang gampang banget dan santai. Gak heran, umumnya job ini diambil sama mahasiswa atau IRT buat nambahin penghasilan.
2. CARI PERHATIAN
Poin ini emang agak sedikit berbeda dengan poin pertama, nih. Kalau sebelumnya ada orang yang sengaja berkomentar out of topic karena latar belakang uang, sedangkan ini murni ‘kurang kerjaan’ dan cenderung pendapatnya tidak berbobot. Pernah menemukan tipe orang dengan komentar seperti ini?
Ciri-ciri orang yang haus akan perhatian biasanya selalu meninggalkan komentar ke arah kontradiktif, sering memprovokasi, menghina, hingga membahas isu SARA. Hal ini memang cukup berbahaya, karena bisa jadi bergesekan dengan hukum.
Mengapa mereka rela melakukan hal yang, mungkin saja, sudah tahu kalau hal tersebut tidak baik? Ya, bisa jadi karena memang sedang mencari atensi sebanyak-banyaknya dari warganet. Makin banyak yang menanggapi komentarnya, semakin senang. Yang penting insight-nya naik!
Saya bisa bilang pertanyaan ini sifatnya abu-abu. Karena di satu sisi, banyak warganet yang terganggu, marah, jengkel nan dongkol dengan kehadiran mereka. Tetapi di sisi lain juga, ada orang yang mencari keuntungan dari komentar seperti itu.
Penulis sendiri memiliki pandangan, siapapun memiliki hak atas berpendapat dan berkomentar pada porsinya. Namun ingat, negara kita memiliki hukum yang mengatur hal demikian. Usahakan untuk tidak melanggar salah satu UU ITE pada Pasal 45 ayat 3 tentang Pencemaran Nama Baik Melalui Media Elektronik.
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak Rp750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)”.
Tapi kita memang harus sadar, bahwa ada ratusan juta pengguna internet di Indonesia. Sulit rasanya mengatur begitu banyak orang untuk berkomentar ‘yang semestinya’ di media sosial. Cara bijak menanggapi komentar seperti itu adalah dengan menegurnya dengan baik. Jika di kemudian hari terjadi hal serupa, kamu dapat memblokir dan laporkan akun-akun yang mengganggu.
Jika kamu menggunakan Twitter, atur tweet yang muncul dengan mengubah pengaturan di menu ini. Dengan begitu, kamu bisa bermain media sosial dengan lebih tenang tanpa harus menahan emosi dengan melihat komentar yang tidak diinginkan tadi.
Kembali lagi ke diri masing-masing dalam memanfaatkan teknologi, karena tidak semua orang bisa memanfaatkan internet untuk hal yang bermanfaat. Semoga kamu bukan termasuk orang yang penulis sebutkan di atas! (*/)