In Depth

DONGHUA, ANIME CHINA YANG KALAH SAING DENGAN ANIME JEPANG

Anime sangat erat dengan Jepang. Padahal nyatanya, masih banyak berbagai jenis anime lain, dan salah satunya adalah donghua.

title

FROYONION.COM - Anime buat gua adalah sebuah bentuk hiburan yang mengasyikkan untuk dinikmati. Grafik yang bagus, alur cerita dan tokoh-tokoh  yang menarik, dan juga banyaknya pelajaran hidup yang dapat diambil menjadi salah satu daya jual dari anime

Dan ketika kita berbicara mengenai anime, satu negara yang terlintas di kepala kita pastinya adalah Jepang. 

Jepang nggak bisa dipungkiri menjadi negara yang terkenal karena budaya populernya seperti anime

Tapi tau ga sih lo Civs, kalau nyatanya bukan Jepang doang yang punya anime

Well, ketika gua menyebutkan negara lain punya animenya sendiri pastinya bakal banyak wibu elite yang ke-trigger karena nggak ingin animenya disamakan dengan serial animasi lain di luar sana. 

Padahal kalau merujuk dari definisinya, anime pada dasarnya adalah bahasa serapan yang menyerap kata animation dari bahasa Inggris. Dan kartun sebagai bentuk dari animasi, ya pada dasarnya bisa dikatakan sebagai anime

Kembali ke topik utama, yes nyatanya banyak negara yang memiliki anime-nya sendiri. 

Tapi ada satu negara yang sebenarnya kalau gua liat dari segi animasi memiliki kemiripan dengan anime Jepang, yaitu China. 

Anime China atau biasa disebut dengan donghua memiliki kualitas gambar yang ga kalah dari anime Jepang. 

Tapi dari segi kepopuleran, donghua masih kalah jauh dari anime. 

Dari adanya temuan tersebut, gue mencoba mencari alasan kenapa akhirnya donghua kalah saing dengan anime Jepang padahal dari segi grafik donghua memiliki kualitas gambar yang juga memanjakan mata.

BACA JUGA: JADI SARJANA BERKAT ANIME ONE PIECE, KOK BISA?

SEJARAH DONGHUA 

Sebelum masuk ke pembahasan utama, ada baiknya kita mengenal sejarah dari donghua, Civs. 

Donghua diciptakan pertama kali pada tahun 1918 karena terinspirasi oleh animasi asal Amerika Serikat berjudul “Out of The Inkwell”. 

Tapi perkembangan donghua baru benar-benar terjadi pada tahun 1935 ketika Wan Brothers menciptakan film donghua pertama yang menggunakan suara dengan judul “The Camel’s Dance” dan Wan Brothers pun menciptakan film donghua dengan durasi panjang pertamanya pada tahun 1941 dengan film berjudul “Princess Iron Fan”. 

Kepopuleran film tersebut pun yang akhirnya menginspirasi Jepang untuk menciptakan film anime mereka yang berjudul “Momotaro”. 

Dari sini nyatanya kita dapat menemukan fakta lain, bahwa nyatanya anime Jepang pun mendapat pengaruh dari donghua. 

Kemudian, kesuksesan Wan Brothers dalam menciptakan film donghua pun berlanjut pada tahun 1960 melalui karya berjudul “Havoc in Heaven” yang memenangkan berbagai penghargaan internasional seperti, penghargaan Outstanding Film Award di International London Film Festival pada tahun 1978 dan 13th Special Interest Award  di Czech Republic Karlovy Vary International Film Festival. 

Dari sejarah donghua ini, sebenarnya donghua pun mendapatkan pengakuan dunia melalui penghargaan yang telah mereka capai. Bahkan, negara yang dikenal dengan animenya pun terinspirasi oleh donghua. 

Namun, pertanyaan besarnya sekarang: “Mengapa di era sekarang ini donghua tidak memiliki peminat yang masif sebesar peminat anime Jepang?”

BACA JUGA: HAYAO MIYAZAKI COMEBACK DARI MASA PENSIUN UNTUK BIKIN ANIME ‘HOW DO YOU LIVE?’

ALUR CERITA YANG KURANG BERVARIASI 

Daya tarik sebuah film animasi selain dari grafik adalah ceritanya. Dan ini yang akhirnya menjadikan anime memiliki daya tarik yang besar. Cerita dari anime memiliki cangkupan yang luas, mulai dari cerita fiksi yang ga mungkin terjadi di kehidupan nyata seperti Isekai atau keberadaan pahlawan dengan kekuatan super, sampai ke hal-hal atau fenomena yang sebenarnya terjadi di kehidupan nyata seperti genre slice of life. 

Simpelnya, anime seringkali menggabungkan kebudayaan, hal-hal fiktif, dan fenomena sosial yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Sehingga, para penikmatnya bisa lebih relateable dengan apa yang diceritakan pada anime tersebut. Dan ini yang kurang pada donghua. 

Donghua, memiliki 2 genre utama, yaitu xianxia yang membahas mengenai “pahlawan abadi” dan erat kaitannya dengan kekuatan sihir dan mitologi China. Dan yang kedua adalah wuxia, yang berfokus mengenai “pahlawan bela diri” yang erat kaitannya dengan kesenian bela diri yang berasal dari China. 

Singkatnya, dasar atau premis dari cerita donghua seringkali mengambil rujukan dari kebudayaan China. Dari temuan tersebutlah yang akhirnya membuat  donghua lebih relevan untuk penonton yang memang memiliki pemahaman mengenai kebudayaan China. 

Tentu Jepang pun memasukan bentuk kebudayan Jepang dalam animenya tapi kebudayaan tersebut nggak melulu menjadi main plot dalam animenya

Selain itu, dari apa yang gua ketahui, nyatanya banyak anime Jepang yang memasukan unsur kebudayaan atau fenomena dari berbagai negara lain untuk dijadikan plot cerita sehingga cerita dari sebuah anime lebih bervariasi dan lebih relevan untuk pasar yang lebih luas. 

Di sini, anime Jepang berbeda dari donghua yang seringkali mengambil plot cerita yang hanya di lingkup kebudayaan China saja. Sehingga, cerita yang diberikan kurang bisa dinikmati oleh penonton di luar China. 

Memang, dalam donghua pun memasuki unsur-unsur kebudayaan umum lain dalam ceritanya. Namun, plot utama dalam ceritanya tetap memasukan unsur kebudayaan China yang kental. 

Sementara itu, anime Jepang memasukkan unsur kebudayaan negara lain juga sebagai plot ceritanya sehingga ragam variasi ceritanya pun lebih banyak dan lebih mudah dinikmati oleh penikmatnya. 

Terlebih, dalam pemilihan tema cerita donghua terdapat pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah China. Hal ini pun yang akhirnya menyulitkan donghua untuk memiliki tema cerita yang lebih bervariasi untuk pasar internasional.

BACA JUGA: OFFICIAL PREVIEW EPISODE PERDANA ANIME CHAINSAW MAN TELAH RILIS!

ERATNYA “ANIME” DENGAN JEPANG

Kata anime nyatanya sangat melekat dengan Jepang, dan ini yang akhirnya menjadi tantangan untuk donghua. Meskipun grafik sudah memiliki kemiripan dengan anime, nyatanya ada satu unsur lain yang membuat anime jauh lebih dinikmati dibandingkan dengan donghua, yaitu dubbing. 

Ketika kita menonton suguhan yang memiliki kemiripan dengan anime, tentunya kita akan expect hal yang sama dengan apa yang ada di anime, dan salah satunya adalah bahasa. 

Anime sendiri emang selalu menggunakan dubbing orisinalnya, yaitu bahasa Jepang. Meskipun tersedia dubbing lain seperti bahasa Inggris, Portugis, atau bahasa Indonesia. 

Nyatanya penggunaan dubbing dengan bahasa Jepang masih menjadi pilihan utama para penikmat anime mau lokal maupun internasional. Dan inilah yang akhirnya menjadi alasan orang enggan menonton donghua, yaitu dubbingnya yang tidak menggunakan bahasa Jepang.

Yes, gue tau donghua berasal dari China tentunya menggunakan bahasa China sebagai dubbing adalah prioritas utama penciptanya. Tapi kembali ke eratnya “anime” dengan Jepang, hal ini membuat berbagai serial animasi yang memiliki kemiripan dengan anime Jepang seakan-akan lebih dapat dinikmati dengan dubbing bahasa Jepang. Karena begitu melekatnya pemaknaan “anime” dengan negara Jepang.

Terlebih dengan kemiripan grafik antara donghua dan anime seakan - akan mensetting otak kita untuk berpikir bahwa donghua adalah anime asal Jepang. 

Dan sudah sepatutnya sebuah anime Jepang menggunakan dubbing dengan bahasa Jepang. Dan ketika kita menonton donghua dengan dubbing Jepang, yang kita rasakan seringkali bukanlah menonton donghua, tapi ya anime Jepang karena eratnya “anime” dengan Jepang. Dan inilah yang akhirnya menyulitkan donghua untuk menjadi donghua, bukan sebagai anime Jepang.

DONGHUA SEBAGAI ALTERNATIF TONTONAN 

Mungkin lo masih sulit untuk menjadikan donghua sebagai tontonan utama lo, tapi setidaknya lo dapat mencoba untuk menonton donghua sebagai alternatif tontonan ketika lo mulai bosan menonton anime

Karena gini, sejatinya mau donghua ataupun anime, keduanya ya sama-sama serial animasi yang memiliki plot cerita yang erat dengan kebudayaan dan fenomena sosial yang terjadi. 

Memang sulit rasanya untuk mengalahkan kepopuleran anime di pasar internasional, tapi setidaknya dengan kehadiran donghua dan berbagai serial animasi lainnya dapat menjadi alternatif tontonan dan hiburan bagi penikmatnya. 

Meskipun dari segi cerita dan kebudayaan donghua emang lebih terfokus dengan kebudayaan China, tapi setidaknya hal tersebut dapat menjadi insight atau pengetahuan umum baru buat lo. 

Terlebih, kebudayaan China sendiri menjadi salah satu kebudayaan tertua yang ada di dunia. Jadi selain terhibur melalui tontonan, lo juga jadi punya pengetahuan baru yang bisa lo sombongin di tongkrongan. 

So, buat lo para wibu elite maukah lo mempertimbangkan donghua sebagai tontonan alternatif lain ketika lo sukses namatin semua anime yang ada? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Radhytia Rizal Yusuf

Mahasiswa semester akhir yang hobi menonton anime dan memiliki ketertarikan dalam berbagai budaya populer seperti, anime, J-pop, K-Pop