
Apakah seorang laki-laki mengendalikan atau dikendalikan oleh ‘burungnya’? Perjalanan hidup karakter Ajo Kawir mencoba menangkap kerumitan hubungan sebuah penis dan pemiliknya.
FROYONION.COM - Pernah enggak sih lo, kepikiran tentang apa yang terjadi jika ‘Burung’ lo gak bisa berdiri tegak menjulang selayaknya laki-laki normal?. Perasaan takut, khawatir, insecure dan was-was akan keadaan jelas bakalan terasa ganggu banget. Ajo Kawir adalah bentuk gambaran laki-laki dengan masalah gangguan ereksi itu.
“Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas” menjadi sebuah fenomena baru yang menggemparkan jagad perfilman Indonesia karena bagaimana tidak, Film tersebut sukses menyabet penghargaan Golden Leopard yang merupakan hadiah utama dari sesi program kompetisi Internasional (Concorso Internazionale) dalam gelaran Locarno International Film Festival yang digelar di Swiss.
Film yang diangkat dan diadaptasi dari sebuah buku dengan judul yang sama karya Eka Kurniawan ini membawa sebuah isu yang dibilang cukup sensitif dan sesuai dengan kondisi moral tanah air beberapa waktu ke belakang.
Laki-laki dengan keberanian dan kenekatan yang diluar batas, adalah gambaran sosok tokoh utama dalam cerita ini. “Keberanian berlebihan karena impotensi membuatnya barangkali tidak pernah sekalipun takut mati”, adalah salah satu kutipan dalam dialog di dalam film ini dari gambaran orang ketiga dalam memproyeksikan sosok Ajo Kawir ke orang lain. Seorang pria beringas, gemar berkelahi, jagoan dan kata-kata kasar lainnya yang bisa kalian gambarkan sendiri, ada di dalam diri Ajo Kawir. Tetapi semua kengerian dan kegaharan sosok ini seolah buyar dengan satu fakta bahwa dia mengidap Impotensi sejak kecil yang setelahnya seperti dijelaskan dalam film, penyebabnya ialah trauma di masa kecil karena ia telah “dipaksa” memasukkan kemaluannya ke vagina pelacur yang tengah diperkosa oleh Codet yang diperankan oleh Lukman Sardi, karena ketahuan mengintip kegiatan mereka, Ajo Kawir kecil saat itu tengah bersama sahabatnya Tokek (diperankan oleh Sal Prihadi).
Ajo Kawir yang terdengar dengan kemahsyurannya dalam berkelahi, membuat Paman Gembul ingin menyewa jasanya untuk membunuh salah seorang saingannya yang bernama Si Macan. Selama perjalanannya mengejar si Macan, Ajo Kawir malah berjumpa dengan Iteung. Gadis petarung yang bisa menandingi jurus-jurus berkelahi Ajo Kawir dan siapa sangka melalui pertempuran singkat diantara keduanya, justru menimbulkan benih-benih cinta diantara mereka. Yang jadi masalah?, tentu saja ketidakbisaannya “Berdiri” tentu saja. Sisanya sila nikmati saja filmnya di Bioskop karena “Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas” masih mengudara di bioskop hingga saat ini.
Bersama dengan film-film lainnya seperti “Yuni” dan “Penyalin Cahaya”, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas agaknya merupakan sebuah gebrakan baru dalam dunia perfilman Indonesia yang entah mengapa terasa dekat dengan isu yang ada saat ini. Kekerasan seksual, pemerkosaan, pelecehan, bahkan penganiayaan terhadap perempuan beberapa waktu kebelakang habis di babat oleh Film-film Indonesia yang pelan tapi pasti mulai dilirik oleh Dunia. Keresahan banyak orang termasuk gue sendiri terhadap apa-apa yang tengah terjadi seolah terbayar ketika menonton film ini. Kebencian akan “oknum” (yang entah kenapa kok banyak) seolah tertuntaskan ketika telah selesai menonton. Gambaran Toxic Maskulinity yang selama ini terpaksa dimaklumkan oleh masyarakat seolah sirna dan di luluh lantakkan di dalam film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini.
Membawa isu yang penting, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas harus dan sangat sangat diwajibkan untuk ditonton. Kalian para laki-laki akan diajak bertanya-tanya sepanjang film dengan Treatment film era 80’ an ini. Soal bagaimana laki-laki seharusnya bersikap dan bertindak, bahwa jangan hanya berpikir melalui ‘Kepala’ yang dibawah saja, tetapi juga nalar di otak untuk bisa mengontrol pikiran-pikiran mesum. Mengalihkan Hasrat kepada hal yang lain dan contohlah bagaimana Ajo Kawir bersikap dan bertindak selayaknya laki-laki seharusnya.
Gejolak Romansa antara Ajo Kawir dan Iteung dalam film juga meng-isyaratkan bahwa hubungan laki-laki dan perempuan juga tidak melulu soal “Kemaluan” saja. Ada proses yang tulus bahkan ketika Iteung mengetahui ‘Burung’ Ajo Kawir sama sekali tidak bisa dibangunkan. Proses menerima dan mencintai setulus hati dan jatuh cinta yang unik menjadi nyawa tersendiri di dalam film Garapan Edwin ini.
Selain itu juga film ini merupakan comeback movies dari seorang Ladya Cheryl yang memerankan karakter Iteung setelah selama Delapan Tahun ini seolah menghilang dari dunia perfilman tanah air karena pindah dan telah menetap di Amerika Serikat.
Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas membawa memori yang menyenangkan soal bagaimana film era 80’an dikemas dengan isu yang penting dan terasa dekat dengan keadaan saat ini. Film ini masih sangat bisa kalian Civilion tonton di Bioskop-bioskop kota kamu dengan catatan Usiamu harus sudah 18 Tahun keatas karena banyaknya adegan yang vulgar serta kata-kata yang kurang sopan ditonton orang-orang dengan tautan usia dibawah 18 Tahun.
Jadi, sudahkah anda menonton Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Edwin ini civs? (*/)