In Depth

CURSE OF KNOWLEDGE: KETIKA PENGETAHUAN BERUBAH MENJADI KUTUKAN

Apakah kalian pernah merasa kebingungan ketika mencerna informasi dari dosen atau teman sekelas kalian yang terkenal pintar? Atau bahkan kalian sendiri yang merasa ketika sudah menjelaskan sesuatu dengan baik. Namun, orang tersebut tetap tidak mengerti. Kira-kira apa ya alasannya?

title

FROYONION.COM - Hal terpenting dari sebuah tindakan komunikasi adalah tercapainya tujuan dari komunikasi tersebut. Tidak peduli bagaimana penyampaiannya, selama hal tersebut harus efektif dan efisien (tapi ya tetap ikuti etika dan norma yang berlaku dong).

Namun, dalam elemen komunikasi ada istilah bernama noiseNoise sendiri artinya adalah hambatan yang muncul ketika terjadi sebuah tindakan komunikasi. Dampak dari noise sendiri adalah pesan yang ditransmisikan tidak diterima dengan baik oleh sang penerima pesan.

Salah satu yang bisa menjadi hambatan itu adalah pengetahuan. Semakin cerdas seseorang justru akan membuatnya semakin terhambat dalam menyampaikan informasi. 

Kenapa bisa seperti itu? Bukannya semakin tahu seseorang semakin tepat pula penyampaian yang dilakukan? Kok malah menjadi hambatan sih?

CURSE OF KNOWLEDGE

Jawaban dari semua pertanyaan itu dikenal sebagai curse of knowledge. Secara definisi curse of knowledge adalah kondisi bias yang muncul ketika seseorang berbicara/ memberi suatu informasi pada orang lain dengan asumsi bahwa orang tersebut memiliki latar belakang pemahaman yang sama.

Contohnya ketika seorang dosen menjelaskan materi kepada mahasiswanya namun tidak mudah dicerna oleh si mahasiswa. Kondisi ini bisa terjadi karena perasaan bias yang terjadi pada diri sang dosen di mana ia tidak mampu memposisikan diri sebagai si mahasiswa.

Kesulitan yang dialami ketika semakin seseorang memiliki level pengetahuan tertentu sulit untuk membayang atau memposisikan dirinya untuk mengetahui level berpikir orang lain.

Dalam konteks dosen dan mahasiswa, sang dosen rasa kesulitan yang dialami mahasiswa ketika mempelajari sesuatu hal baru.

SUSAH UNTUK MENJADI SIMPEL

Kesulitan yang dialami para pakar atau ahli untuk menjadi simpel sangatlah sulit. Karena semakin banyak referensi yang dimiliki seseorang akan semakin mendukung mereka untuk menciptakan sesuatu dengan lebih kompleks. Tak terkecuali dengan kalimat.

Salah satu yang paling bisa dijelaskan adalah penggunaan sebuah diksi. Sebuah kata/diksi memiliki makna tertentu, ada yang spesifik dan ada yang sifatnya umum. Dengan semakin ahli seseorang tentu akan membuatnya memiliki pemahaman verbal yang cukup di bidangnya. 

Semakin banyak pemahaman verbal seseorang maka akan mendorongnya untuk terus menggunakan diksi yang jauh lebih tepat dan spesifik atau tidak umum.

Inilah yang akhirnya membatasi mereka untuk berinteraksi dengan seseorang yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang sama. Untuk menguji hal ini, bisa kalian lakukan kepada diri kalian sendiri. Misalnya coba deskripsikan secara gamblang tentang jurusan kuliah kalian pada anak SD!

Apakah kalian mampu atau kesulitan? Jika kalian kesulitan, selamat kalian telah mengerti apa itu konsep curse of knowledge.

MENUJU SIMPLICITY

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini. 

Pertama, jadilah simpel. Kalian harus belajar untuk berbicara atau menjelaskan suatu informasi baik tertulis atau tidak secara mudah. Gunakan sebuah diksi yang lebih umum dan dapat dipahami oleh orang lain. Sehingga tujuan komunikasi bisa tercapai.

Kedua, belajar memahami audiens. Ketika kita menyampaikan suatu informasi yang spesifik lihatlah siapa target audiens kita. Dari mulai umur, gender, perilaku, sampai tingkat pendidikannya. 

Hal ini tentu akan memudahkan kita untuk memilih sebuah kalimat agar lebih mudah dimengerti oleh target.

Ketiga, bermain dengan analogi. Penggunaan analogi adalah salah satu bentuk penyampaian informasi agar lebih mudah dimengerti namun tetap logis. 

Cara menggunakan analogi adalah membawa sebuah kondisi kepada kondisi yang lain. Namun, tetap pada akar permasalahan yang sama sehingga kita bisa membawa logika dari masalah tersebut dengan lebih mudah kepada target audiens. 

Dengan belajar menjadi lebih sederhana, akan membuat kita mau mengerti orang lain dan meredakan ego kita sendiri. Karena salah satu alasan dari munculnya curse of knowledge adalah karena kita tidak mau menurunkan ego saat berbicara.

Keinginan untuk diakui karena sangat ahli dalam sesuatu menuntut kita secara tidak sadar melakukan sesuatu menjadi lebih kompleks. Yang padahal bisa saja kita lakukan dengan lebih mudah. 

Makanya salah satu cara terbaik adalah dengan lebih dulu menurunkan ego kita sendiri. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khalid Asmadi

Seorang mahasiswa di jurusan Ilmu Komunikasi, katanya sih suka baca buku filsafat, cuma ga pinter pinter amat. Pengen jago ngegambar biar bisa bikin anime.