In Depth

COWOK MANLY JANGAN MALU NONTON FILM BARBIE, TEMUKAN PEMAHAMAN AKAN DIRI LEWAT FILM BARBIE

Para pria ‘Jantan’ jangan ragu buat nonton film Barbie lagi ya, banyak banget lho ternyata yang bisa kalian petik lewat film ini utamanya dalam hal eksistensi seorang pria

title

FROYONION.COM - Film Barbie sukses meraih posisi tertinggi dalam daftar film-film yang paling sukses secara global di box office. Produksi yang dikawal oleh sutradara Greta Gerwig, dilansir dari The Numbers ini berhasil meraup pemasukan bruto mencapai angka US$1,35 miliar dalam waktu 18 hari sejak penayangannya.

Dengan itu, film Barbie berhasil menduduki peringkat kedua sebagai film dengan pendapatan terbesar di kancah internasional untuk tahun 2023. Sejauh ini, film ini yang dibintangi oleh Margot Robbie dan Ryan Gosling telah berhasil memperoleh 44,97% dari total pemasukan saat ini.

Selain keberhasilannya dalam mendongkrak jumlah penonton, sejak penayangan perdananya, berbagai pandangan dari berbagai latar belakang gender muncul dalam merespons film tersebut. Film ini tampaknya terus menjadi perbincangan hangat tak banyak yang mengira bahwa film Barbie mengungkapkan topik yang lebih mendalam daripada yang banyak orang perkirakan untuk kisah boneka ikonik ini.

Siapa yang menyangka film Barbie membawa topik tentang penerimaan diri, kompleksitas emosional, eksplorasi jati diri, isu feminisme dan budaya patriarki, serta hubungan dengan keluarga, sangat dalam banget bukan?

BACA JUGA: REVIEW FILM ‘DEAR JO: ALMOST IS NEVER ENOUGH

Dibalik semua topik itu, film Barbie ternyata juga menawarkan pandangan yang mungkin kontroversial, lho. Apa itu?

Seorang psikoterapis, Nicholas Balaisis memberikan pemahaman tentang bagaimana film Barbie dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai psikologi pria. Yuk kita bahas akan bagaimana film ini membuka tabir maskulinitas dan kecemasan eksistensial seorang pria.

Siapa yang mengira bahwa film masa kecil kita ini bisa memberikan gambaran tentang maskulinitas sedalam ini.

Melalui karakter Ken dan dinamika hubungan antara Ken dan Barbie, film ini mengajak penonton untuk merenung tentang bagaimana pria seringkali merespon kecemasan mereka dengan emosi seperti kemarahan, kebencian, dan hasrat seksual. Dalam konteks ini, ada pelajaran berharga yang bisa diambil oleh setiap pria yang ingin lebih memahami diri mereka sendiri.

KECEMASAN EKSISTENSIAL TIMBULKAN REAKSI EMOSIONAL

Film Barbie menggambarkan bagaimana Ken, karakter pria dalam cerita, merespon kecemasan eksistensialnya dengan cara yang mungkin terdengar akrab bagi banyak pria.

Misalnya saja ketika Barbie memberikan perhatian padanya, Ken akan merasa berarti dan diakui. Sedangkan apabila si Barbie tidak fokus padanya atau mengabaikannya, Ken merasakan rasa malu yang begitu besar dan dalam, hasrat untuk memperoleh perhatian kembali itu kemudian muncul.

BACA JUGA: REVIEW FILM ‘HEART OF STONE’: MENJADI PEREMPUAN PERASA BUKAN BERARTI TIDAK BERDAYA

Hal ini tentu saja relate dengan dunia nyata, dalam kehidupan kita sehari-hari banyak pria yang merasa penting dan juga bernilai jika ia memperoleh perhatian atau diakui oleh wanita. banyak pria mengalami kecemasan terkait dengan penolakan atau kurangnya perhatian dari pasangan atau wanita yang mereka cintai. Perasaan tersebut dapat mempengaruhi harga diri dan rasa identitas pria. Ini juga dapat memicu perasaan marah, frustasi, atau bahkan cemburu dalam upaya untuk mendapatkan kembali perhatian dan merasa diakui.

Dalam pandangan psikologi, respons Ken terhadap kecemasan eksistensial ini mengilustrasikan bagaimana pria, mencari pengakuan dan validasi dalam hubungan sosial. Ini juga menunjukkan pentingnya memahami kompleksitas emosi dan respons emosional dalam konteks hubungan dan psikologi pria secara umum.

MASKULINITAS DAN DOMINASI

Maskulinitas sendiri dipandang sebagai sesuatu yang terbentuk sebagai hasil dari konstruksi sosial. Laki–laki dapat dianggap sebagai sosok yang maskulin tergantung berbagai faktor penentu seperti ideologi, ekonomi, politik, etnik, agama, sosial budaya, golongan, adat istiadat, sejarah hingga kemajuan teknologi dan pengetahuan.

Film ini juga menggambarkan bagaimana Ken mencoba mengatasi perasaan malu dan ketidakpastiannya dengan mengubahnya menjadi tindakan dominasi maskulinitas yang lebih klasik.

Jika perhatian Barbie tidak dapat diperoleh, Ken merasa perlu mendominasi dan memerintah atas orang lain atau lingkungannya agar diakui.

Hal ini merefleksikan bagaimana dalam masyarakat, pria sering merasa perlu untuk memperlihatkan tanda-tanda dominasi atau kekuatan dalam upaya untuk mengatasi rasa ketidakpastian atau perasaan tidak berharga.

BACA JUGA: MAKNA LIRIK LAGU HINDIA - CINCIN, BAHAS ISU KRUSIAL DALAM PERJALANAN CINTA DUA INSAN

Namun. pandangan ini mengajarkan bahwa solusi semacam ini tidak akan membawa kebahagiaan jangka panjang dan sejatinya hanya mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih mendalam.

KETIKA CEMAS SELALU LARI KE SEKSUALITAS

Film Barbie juga menunjukkan bagaimana Ken merespon kecemasan eksistensialnya dengan merujuk pada seksualitas.

Ketika Ken merasa kesepian atau merasa tidak diakui, ia cenderung mengarahkan perhatiannya pada keinginan seksual dan mencoba menghubungkan perasaan negatifnya dengan pengalaman seksual yang menyenangkan.

Ini mencerminkan fakta bahwa banyak pria merasa kenyamanan dan perasaan kuat saat mengalami hubungan seksual.

Tentu saja ini bukan hal yang bijak, jika seks dijadikan satu-satunya guna meredakan eksistensial. Sebab, hal ini bukan memberikan pemecahan masalah secara berkelanjutan, namun hanya akan mengatasi masalah yang ada di permukaannya saja.

PERAWATAN DIRI DAN PENERIMAAN DIRI LAKI-LAKI

Film Barbie juga memberikan contoh positif tentang perawatan diri dan penerimaan diri bagi pria. Ketika Ken menghadapi kesulitan dan kesepian, ia belajar untuk merawat dirinya sendiri melalui proses yang lebih dalam dan reflektif.

BACA JUGA: CUMA MODAL KAYA DAN TERKENAL BISAKAH KITA NYALEG?

Tentu saja ini adalah langkah penting menuju penerimaan diri dan penemuan nilai di luar persepsi orang lain.

Film Barbie menyajikan pandangan yang menarik tentang psikologi pria, kecemasan eksistensial, dan respons emosional yang mungkin sering terabaikan dalam pembicaraan tentang maskulinitas.

Meskipun film ini mungkin ditujukan untuk penonton perempuan, pesan yang disampaikan memiliki nilai yang luas dan dapat membantu pria memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.

Mulai dari penanganan kecemasan hingga perawatan diri dan penerimaan, film Barbie memberikan gambaran yang unik tentang kompleksitas psikologi pria dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anandita Marwa Aulia

Hanya gadis yang suka menulis