In Depth

CHEAT CODE DAPETIN IDE KONTEN -Feat. HARWINSYAH ARIF

Dalam weekly meeting Froyonion beberapa waktu yang lalu, Harwinsyah membagikan pengalamannya dalam mengolah, merespon, serta mengeksekusi ide untuk membuat sebuah konten. Simak ceritanya, Civs!

title

FROYONION.COMCivs, seberapa sering lo mengalami stuck ketika mencari ide untuk konten? 

Buat orang-orang yang berkecimpung di industri kreatif, kesulitan dalam mencari ide bukanlah sebuah hal yang tabu. Seringkali pikiran kita terisi oleh banyak hal, sampai-sampai kita bingung harus mulai dari mana. 

Biasanya fenomena satu ini dikenal dengan istilah creative block.

Penanggulangan masalah creative block juga berbeda-beda untuk tiap orang, Civs. Tiap individu punya caranya masing-masing guna merangkak keluar dari kondisi creative block.

“Sama kayak menikah; punya anak atau tidak, beli rumah atau mobil dulu ya?” ujar Harwinsyah, Creative Director Froyonion, menganalogikan bahwa proses setiap orang dalam mencari ide konten yang pasti berbeda-beda.

IDE LO NGGAK 100% ORIGINAL

Lalu, ketika kita bisa menyelesaikan masalah itu dan berhasil mencetuskan ide yang brilian, kita pasti merasa puas dan lega kan? 

Tapi, tunggu dulu, Civs, ide yang kita temukan itu nggak selalu menjadi ide yang original.

Ide “original” bisa muncul akibat ide yang datang dari orang lain, kemudian terkoneksi dengan diri kita. (Sumber: Harwinsyah Arif)
Ide “original” bisa muncul akibat ide yang datang dari orang lain, kemudian terkoneksi dengan diri kita. (Sumber: Harwinsyah Arif)

Dari kumpulan referensi yang lo temui selama ini–secara nggak sadar, turut membentuk taste yang terdapat dalam konten yang lo buat, Civs. Jadi, bisa dibilang, ide original itu “nggak benar-benar original, karena tercipta akibat rangkaian ide lainnya yang datang dari luar diri kita. Contohnya dari content creator lain, desain visual dari seniman ternama, dan sebagainya.

BUAT CATATAN IDE YANG MUNCUL

Poin yang bisa diambil dari take di atas adalah ide bisa datang dari mana aja, dan jangan pernah sia-siakan ide-ide ‘gokil’ yang terlintas di pikiran lo, catat dan simpan ide itu di tempat yang lo tahu. Kalo kata Harwin, lakukanlah archiving ide di tempat yang rapi, bisa di buku catatan, bookmarks di browser, atau bikin screenshot folder di gadget lo.

Twyla Tharp, seorang koreografer dan penulis buku ternama New York pernah bilang “One of the biggest fears for creative people is that some brilliant ideas will get lost because you didn’t write it down and put it in a safe place”.

Rupanya, pernyataan ini beresonansi sama Harwin, yang mulai melakukan journaling demi ‘menyelamatkan’ ide-ide yang pernah terlintas di pikirannya. Karena, mungkin aja suatu saat nanti ide itu bisa dieksekusi, di waktu yang tepat, dan momen yang tepat. 

Jadi, buat lo yang sering kesulitan dalam mencari ide konten, cobalah untuk mulai melakukan archiving, Civs. Mana tahu, ide lo dari 3 tahun yang lalu masih cukup relevan dan bisa dieksekusi di masa sekarang.

CHEAT CODE DALAM MENCARI IDE KONTEN

Mencari ide mudah, bukan? BUKAN! Pasti ada momen di mana kita akan stuck.

Hal yang selalu ditekankan dalam membuat sebuah konten adalah penguatan konteks. Karena tanpa konteks yang kuat, konten dengan copy atau visual sebagus apapun bakal terlihat biasa aja, dan sulit diterima dengan baik oleh orang lain.

“Kalau kita bicara soal konteks, ide sebuah konten bisa dimulai dari sebuah keresahan (anxiety), masalah (problems), kemudian keinginan (desire),” jelas Harwin.

Coba untuk gali lebih dalam tentang fenomena maupun isu yang sedang terjadi di sekitar kita. Ubah perspektif, atau coba untuk jejakkan kaki di ‘sepatu’ orang lain.

Ada 3 teknik brainstorming alias cheat code yang bisa lo lakukan ketika lo lagi kesulitan mencari ide.

Pertama, sebuah teknik brainstorming yang udah dikenal secara luas, yaitu mind-mapping.

Teknik mind-mapping, cukup mudah digunakan namun powerful untuk mencari ide konten. (Sumber: Harwinsyah Arif)
Teknik mind-mapping, cukup mudah digunakan namun powerful untuk mencari ide konten. (Sumber: Harwinsyah Arif)

Teknik ini kerap dianggap sepele dan dipandang sebelah mata sama content creator. Namun faktanya, teknik mind-mapping cukup powerful dalam membedah sebuah konteks karena terdiri dari banyak layer dan bisa membuat gagasan ide dalam konten jadi lebih rinci.

Kedua, teknik six thinking hats.

Teknik brainstorming yang dipopulerkan oleh Edward de Bono–psikolog sekaligus penulis buku asal Malta–memungkinkan lo untuk berpikir lebih eksploratif dalam mencari ide konten, karena ada 6 focus area yang bisa lo manfaatkan.

   Enam focus area dalam teknik six thinking hats. (Sumber: Cabre)
Enam focus area dalam teknik six thinking hats. (Sumber: Cabre)

Kelebihannya muncul jika lo bekerja dalam tim, karena ke-6 focus area ini bisa dimandatkan kepada masing-masing anggota tim. Masing-masing area punya objective-nya masing-masing, dan nantinya akan dipresentasikan secara paralel.

Untuk penjelasan lebih lengkap serta contoh pengaplikasiannya dalam brainstorming, lo bisa klik link ini, Civs. 

Ketiga, yaitu teknik golden circle.

Dipopulerkan oleh Simon Sinek, motivator sekaligus penulis buku asal Amerika Serikat yang mampu membeda sebuah konteks dengan visual berbentuk 3 lingkaran yang saling beririsan.

Tiga komponen yang harus lo sadari ketika brainstorming ide konten. (Sumber: Harwinsyah Arif)
Tiga komponen yang harus lo sadari ketika brainstorming ide konten. (Sumber: Harwinsyah Arif)

Komponennya terdiri dari What, How, dan Why. Lingkaran paling dalam dijadikan dasar dari teknik yang satu ini. 

“Mengapa suatu hal jadi viral di internet? Mengapa seluruh orang membicarakan hal ini?”

Karena seringkali, konten yang ada di internet belum memiliki alasan (ataupun konteks) yang cukup kuat dan belum jelas. Dengan menganalisis sesuatu disertai alasan di baliknya, bisa jadi konten yang lo buat nantinya akan jadi lebih relevan dan relateable dengan audience, menghasilkan konten yang ‘berhasil’ mencapai tujuan awal yang berusaha lo raih, Civs.

Dari segala usaha yang lo lakukan demi mencari ide konten yang bagus dan berhasil, yang terpenting adalah lo melakukannya dengan bahagia dan mendapatkan pelajaran dari hal itu.

“Ya lo bikin konten karena suka, lo suka ngejalaninnya, lo suka perasaan ketika pesan yang pengen lo sampaikan itu tersampaikan ke audience,” tutup Harwinsyah.

Jadi, jangan pernah merasa terpaksa ketika membuat suatu konten, Civs. Berproseslah semaksimal mungkin dan disertai perasaan yang senang. (*/)

BACA JUGA: KINUR’S STORY: RESEP BERKIPRAH TANPA IJAZAH DI INDUSTRI KREATIF

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.