Saat ini, hampir semua orang menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga, dan rekan kerja. Namun, ada masalah yang mulai muncul di era digital ini, yang disebut WhatsApp Anxiety.
FROYONION.COM - WhatsApp Anxiety adalah istilah yang berasal dari kata WhatsApp dan anxiety (cemas). Secara harfiah, artinya adalah kecemasan yang timbul saat melihat notifikasi dari WhatsApp.
Fenomena ini semakin umum terjadi seiring dengan peningkatan penggunaan ponsel pintar dan WhatsApp dalam kehidupan sehari-hari.
Kamu mungkin pernah mengalami momen di mana ponsel bergetar atau berdering karena ada pesan masuk di WhatsApp, dan perasaan cemas segera muncul.
Pikiran mulai berkecamuk, "Siapa yang mengirim pesan? Apakah ada masalah yang harus segera diatasi? Apa yang akan dikatakan oleh orang tersebut?"
Ternyata, kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami WhatsApp Anxiety sebagai akibat dari tekanan sosial yang ada di platform ini.
Seringkali, kita merasa perlu untuk merespons pesan dengan cepat agar tidak terlihat tidak sopan atau dianggap cuek. Adanya fitur "Dibaca" atau centang biru yang menunjukkan apakah pesan sudah dibuka dan dibaca, bisa membuat tekanan tersendiri.
Tak hanya itu, ada juga kekhawatiran tentang kelancaran interaksi sosial kita. Jika pesan tidak segera direspons, kita khawatir akan kehilangan momen penting atau informasi penting.
Terlebih lagi, banyak orang yang menggunakannya sebagai alat kerja, sehingga tidak responsif dapat berdampak pada kinerja atau hubungan profesional.
Isabella Venour, seorang Mindset & Marketing Coach mengatakan WhatsApp Anxiety dapat memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.
Kondisi ini merupakan bagian dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan media sosial secara berlebihan dan kurang bijaksana.
Nah ada beberapa alasan mengapa WhatsApp Anxiety bisa memperburuk kesehatan mental seseorang antara lain:
Menimbulkan stres
Pertama, karena stres dan tekanan. Ketika seseorang merasa terus-menerus terbebani untuk merespons pesan dengan cepat, ini dapat menyebabkan stres dan tekanan. Mereka mungkin merasa perlu selalu aktif di WhatsApp, bahkan di saat-saat yang seharusnya santai atau beristirahat.
Merasa terisolasi
Nah, kebanyakan orang juga merasa terisolasi loh. Misalnya seseorang tidak dapat merespons pesan atau tidak mendapatkan tanggapan yang diharapkan dari teman atau keluarga, ini dapat menyebabkan perasaan terisolasi dan kesepian.
Merasa tidak aman
Pernah nggak merasa tidak aman? Fitur "Dibaca" atau centang biru di WhatsApp dapat menimbulkan rasa tidak aman, karena orang-orang dapat mengetahui kapan pesan telah dibaca. Ini bisa meningkatkan kekhawatiran akan ditolak atau diabaikan.
Ganggu tidur
Selain itu, notifikasi WhatsApp yang terus-menerus dapat mengganggu tidur seseorang, terutama jika mereka terbiasa memeriksa pesan di tengah malam. Gangguan tidur ini berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
Melansir laman Satu Persen, jika kalian mengalami WhatsApp Anxiety, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya:
Misalnya, menetapkan batasan. Coba untuk menyadari bahwa tidak selalu harus merespons pesan seketika. Tetapkan waktu tertentu untuk memeriksa pesan dan tanggapi dengan tenang.
Bisa juga dengan mematikan notifikasi. Kalian bisa mematikan notifikasi WhatsApp atau menggunakan fitur “Mode Silent” saat sedang fokus bekerja atau beristirahat.
Kalian bisa buat jeda digital. Coba untuk sempatkan waktu untuk melepaskan diri dari ponsel atau media sosial selama beberapa jam dalam sehari. Ini dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas hidupmu.
Terakhir, coba ingat bahwa hidupmu dan kesehatan mental lebih penting daripada seberapa cepat kamu merespons pesan di WhatsApp ya.
Kuncinya adalah mencari keseimbangan antara teknologi dan kesehatan mental. Kita perlu gunakan secara bijak agar tidak menjadi sumber stres atau kecemasan. (*/) (Photo credit: Castorly Stock)