Jatah mantan bikin lo jadi sulit ‘move on’ dari mantan. Mulai dari sepik-sepik bales story, sampai ke mengirim pesan menggoda.
FROYONION.COM - Menonton "Kuch Kuch Hota Hai" alih-alih bikin gue memahami cinta, malah bikin gue menyadari bahwa hidup bisa sangat absurd; bahwa keputusan manusia kepada manusia lainnya bisa sangat tidak adil. Film itu juga membahas pasangan sebelumnya alias mantan.
Inti ceritanya: Rahul mendapatkan semua gadis cantik dalam film itu. Anjali yang dulu bergaya tomboi, suka main basket, dan jarang berdandan; bertemu kembali dengan Rahul yang dulu menganggapnya teman doang. Di perjumpaan itu Anjali tampil beda. Gayanya lebih feminin sekarang. Rambutnya panjang dan lurus mirip model iklan sampo, juga memakai sari dengan udel yang diangin-anginkan.
Seketika Rahul salah tingkah. Begitupun Anjali. Keduanya sibuk membetulkan rambut mereka yang sudah rapi. Dari kegugupan itu, jelaslah ada aliran listrik yang mengikat mereka.
Singkat cerita, Anjali sebetulnya akan menikah dengan entahlah siapa. Tokoh "entahlah siapa" itu diperankan oleh Salman Khan. Tokoh yang bila diingat-ingat kembali, sial betul nasibnya. Bahkan gue rasa penjahat di film Hollywood yang tampil cuman buat ditembaki, nasibnya jauh lebih mujur.
Bagaimana tidak di hari pernikahannya, ternyata Anjali, calon istrinya itu, lebih memilih menghambur ke pelukan Rahul. Ia bahkan menikahkan keduanya, di pesta pernikahan yang telah dipersiapkannya untuk Anjali. Memang bajingan betul Rahul ini, sudah merebut calon istri orang, menikah pun diongkosin oleh si mempelai pria sebelumnya.
Dan lo tahu apa yang lebih aneh dari itu? Kita, ya kebanyakan kita, bersorak untuk bersatunya cinta keduanya. Sementara itu tokoh "entahlah siapa" tadi, lenyap tertumpuk narasi kisah cinta Rahul dan Anjali.
Gagasan semacam ini gue jumpai lagi di film lainnya. Seperti di film "Ada Apa dengan Cinta? 2" dan "Toko Barang Mantan". Bersama narasi semacam ini selalu ada tokoh "entahlah siapa" tadi, yang hadir buat dicampakkan.
Narasi semacam ini memang ada di realitas hidup masyarakat kita, meski hadir dengan beberapa variasi yang agak kurang ajar, seperti yang dikonfirmasi oleh tweet berikut:
Tweet ini membahas soal "jatah mantan" yang dilakukan beberapa orang sebelum menikah. Orang yang mereka ajak untuk having sex adalah mantan mereka yang rasanya sulit untuk diikhlaskan. Bahkan ada yang membiarkan mantannya untuk "tembak dalam" dengan pertimbangan: kalaupun pada akhirnya "jadi", tuh anak sudah ada bapaknya–yaa walau mungkin bukan bapak biologisnya.
Tweet tersebut mengundang banyak komentar. Banyak yang menyayangkan perilaku semacam ini dan menganggap pelakunya sebagai manusia tak punya akhlak. Beberapa membagikan kisah serupa yang pernah dialami oleh kenalan mereka. Bahkan lucunya ada pula yang berkomentar bahwa patriarki adalah solusinya, melupakan fakta bahwa yang terlibat di sini tak hanya perempuan melainkan laki-laki juga.
Sewaktu menunggui mendiang ibu di rumah sakit, kabar kematian pasien berseliweran seakan tiada putusnya. Saat itu gue merasa heran, betapa banyaknya orang meninggal di sana. Bahkan gue sempat mengira manusia bakalan habis hari itu juga, punah tak bersisa.
Namun, pikiran itu segera lenyap ketika gue pulang ke rumah. gue masih bertemu dengan tetangga yang itu-itu saja dalam keadaan hidup dan bugar. Kematian seolah berjarak ribuan mil jauhnya. gue tak mendengarnya, apalagi mengkhawatirkannya.
Cerita gue barusan setidaknya punya situasi yang sama dengan keresahan yang ditimbulkan tweet tersebut beserta komentar-komentarnya. Di zaman sekarang, ketika trust issue menjadi hantu bagi kebanyakan orang, sulit rasanya untuk tidak menjadi overthinking setelah membaca tweet tersebut.
Orang-orang yang pernah patah dan dikhianati, jadi semakin takut untuk menjalin komitmen apalagi menikah. Mereka yang mulanya belajar untuk membuka diri, bisa jadi menutup diri kembali rapat-rapat. Perihal jatah mantan ini jelas akan melukai harga diri mereka, jika mereka sampai jadi korbannya. Tidak ada yang suka dibohongi. Bahkan gue yakin, pelakunya pun tidak ingin mengalaminya.
Akan tetapi, sebetulnya kita tak perlu kelewat overthinking dengan itu. lo yang telanjur membaca tweet tersebut bahkan menyelaminya hingga ke komentar-komentarnya; bisa dibilang seperti gue yang sedang berada di rumah sakit. lo bakal mengira semua orang sebangsat itu; seperti gue yang mengira manusia bakal habis.
Ini hanya soal di mana lo berada. lo tengah berada di pusat badai, maka tak heran lo berpikir berlebihan. Jika lo sudah lepas dari itu, bertemu dengan lebih banyak orang, meluaskan pergaulan, lo akan mendapati bahwa di dunia ini masih banyak orang-orang baik. Tak semua orang sebangsat itu kok.
Perihal jatah mantan sebelum nikah ini jelas bakal merugikan banyak pihak, apalagi bila sampai ketahuan–ya, semoga ketahuan. Pihak keluarga dari kedua belah pihak tentunya juga akan menjadi korban. Mereka bisa jadi bahan cibiran.
gue rasa tak ada cara ampuh untuk menghindari ini selain berpikir sebagai orang waras. Jatah mantan adalah kegilaan. Jika ada orang yang mau-maunya melakukan itu, berarti ada yang salah dengan hitung-hitungan mereka.
Kenapa begitu? Biar gue jelaskan.
Jika misalnya orang itu memberi jatah mantan gara-gara dijodohkan dengan orang yang tidak ia cintai; dan sebagai kenangan terakhir ia memberi jatah mantan, mesti diakui itu tindakan yang berani. Karena bila sampai ketahuan akibatnya bisa fatal. Bisa dibilang merupakan keputusan yang high risk.
Ini membuat gue heran, kenapa orang berani ngasih jatah mantan sebelum nikah, tapi tidak berani untuk bersikeras menikahi mantan yang dicintainya itu. Padahal sama-sama berisiko. Mbok yaa, kalau berani itu jangan nanggung, sekalian gitu loh: kawin lari. Dari sini kelihatan, orang itu salah perhitungan.
Bisa juga karena sebetulnya ia tak yakin kalau mantannya bisa jadi suami atau istri yang tepat. Aneh kan ya, nafsunya sama mantan, tapi nikahnya sama orang lain. Enggak mashook blas.
Bisa juga karena apa-apa saja masih ngikut orang tua, masih bergantung pada orang tua, ia tak berani "melawan" orang tuanya secara terang-terangan. Karena jika sampai ia tidak menurut, ia bisa kehilangan semua fasilitas dari orang tuanya.
Sebetulnya tak tepat jika dibilang melawan. Lebih tepat rasanya, memperjuangkan hubungannya, meyakinkan orang tuanya bahwa orang yang ia cintai adalah orang yang tepat.
Gue punya beberapa kawan yang menikah meski dapat tentangan dari pihak keluarga. Toh pada akhirnya mereka hidup aman-aman saja kok. Bahkan pihak keluarga yang dulu menentang akhirnya mendukung, ya meskipun butuh waktu dan usaha.
Buat lo yang laki, cara inilah yang mestinya lo tempuh ketimbang mengharap jatah mantan. Mengutip iklan, gue mau bilang, "Ini baru namanya LAKI."
Kalau tak mampu mengambil keputusan berani itu, cobalah move on. Ini lebih baik ketimbang "main belakang". gue kira move on jauh lebih bermartabat daripada mencurangi orang lain, toh memang tak ada orang yang suka dicurangi.
Untuk bisa move on, langkah pertama yang mesti ditempuh adalah perbanyak berolahraga. Jangan hanya meringkuk di pojok kamar sambil ngedengerin lagu galau. Dengan banyak bergerak, aliran darah jadi lancar. Itu membantu otak memproduksi hormon-hormon baik bagi tubuh guna melawan stress akibat patah hati.
Langkah kedua, jika lo sulit mengikhlaskan mantan, tutup segala akses lo pada mantan. Jangan mengintip sosmednya, hapus nomor wa-nya jika perlu, pokoknya lo harus jauh-jauh dari mantan untuk sementara. Jika sesudahnya kalian mau berteman, itu hak lo. Namun, saat patah hati, langkah ini perlu dilakukan.
Di sini gue bilang mengikhlaskan karena otak kita didesain untuk mengingat, bukan melupakan. Jadi yang bisa kita lakukan adalah membuat kenangan bersama mantan jadi tak ada "rasanya" saat diingat kembali.
Langkah ketiga, banyak-banyaklah curhat soal patah hati lo. Kunjungi psikolog jika perlu. Jika lo pintar menulis, tuliskan saja soal kesedihan lo. Ini akan membantu lo mudah mengikhlaskan mantan.
Langkah keempat, geluti hobi lo lagi dan bertemu dengan orang-orang baru. gue tak menyarankan lo menjalin hubungan baru saat masih patah hati, masih belum "bersih" dari kenangan mantan, karena akan rentan membuat lo menjadikan pasangan lo yang baru sebagai pelarian belaka. Berteman dengan orang-orang baru akan memberi lo gairah, juga mungkin sudut pandang baru soal hubungan.
Itulah saran yang bisa gue berikan untuk memudahkan lo move on dari mantan. Mari bersepakat bahwa jatah mantan adalah kebodohan. Lalu ingat kata Kasino dari trio warkop DKI: "Bodoh kok dipelihara. Kambing dipelihara bisa gemuk." (*/)