In Depth

BELAJAR DARI KASUS NUR AFIFAH BALQIS : SEHARUSNYA KORUPTOR MUDA LAYAK DIHUKUMI DENGAN CARA YANG UNIK DAN MILENIAL

Apa prestasi lu di umur 24 tahun?  Nur Afifah Balqis Bilek : Gue memecahkan Guinness World Record Indonesia sebagai koruptor termuda yang KPK tangkap!

title

FROYONION.COM - Korupsi ibarat Nikotin, sekali mencoba, bakal ketagihan. Kalo dalam bahasa filsafat, korupsi bisa diartikan sebagai keniscayaan yang melekat pada diri manusia. Mau dia tua atau muda tentu mempunyai bakat korupsi, tergantung bagaimana ia memanfaatkan peranan akal dan iman untuk berkolaborasi membentengi, atau malah memanfaatkan elite dan partai politik untuk berkolaborasi membekingi. 

Seperti yang baru-baru ini, nama Nur Afifah Balqis menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pasalnya gadis yang berumur 24 tahun ini memecahkan guinness world record Indonesia sebagai Koruptor termuda yang KPK tangkap. Tentu anak tetangganya gak perlu risih, karena ini bukan prestasi yang patut untuk diperbandingkan.

Di usia yang sangat muda, Ia malah menjadi tersangka dugaan suap pengadaan barang dan jasa proyek pembangunan jalan di daerahnya. Menurut informasi yang beredar, Afifah Balqis merupakan Bendahara DPC Partai Demokrat di Balikpapan. Alih-alih sebagai agen perubahan dengan jabatannya malah PW jadi agen korupsi.

Banyak netizen  yang mengecam perbuatan Nur Afifah Balqis dengan berbagai macam sarkas dengan mengatakan "namanya budaya harus dilestarikan sejak dini" hingga ada yang mengutuk  dan menyarankan aparat penegak hukum untuk menghukum mati koruptor muda tersebut, karena dinilai merusak stigma generasi muda sebagai harapan bangsa.

Meskipun mayoritas dari kita secara blak-blakan mengamini hukuman mati bagi para koruptor tersebut, namun gue menolak hukuman mati termasuk untuk para koruptor sekalipun. Bukan karena gue menyuarakan prinsip HAM yang bertentangan dengan hukuman mati bagi siapapun. Alasan gue sederhana, karena kesengsaraan dan penyesalan itu dimulai dengan kehidupan yang menyedihkan bukan kematian.

Mempercepat kematian bukan cara yang tepat diterapkan pada era milenial sekarang. Kalaupun sudah mati, lantas apa? Hanya menunggu doi mendapatkan hukuman di akhirat? Terus semua dosanya ikut kekubur dengan matinya pelaku, lantas bagaimana dengan keluarga pelaku yang tidak terlibat namun menanggung malu? 

Kalau boleh dengan saran, lebih baik pelaku koruptor terlebih masih muda tetap dibiarkan hidup namun diberikan hukuman yang unik dan milenial, biar ada efek jera untuk tidak melanjutkan tradisi jelek seperti korupsi di masa yang akan datang. Berikut usulannya!

DIKURAS SEMUA HARTA PARA KORUPTOR

Tobatnya orang munafik, pasti tetap sebuah kemunafikkan. Meskipun koruptor dihukumi dengan penjara ataupun denda, namun ketika mereka bebas. apalagi masih muda maka akan punya banyak kesempatan untuk kembali mengulangi perbuatan tersebut. Kita bisa melihat banyak kasus mantan koruptor yang kembali terjerat pada kasus korupsi. 

Hal itu berarti hukuman-hukuman tersebut dinilai belum cukup untuk memberikan efek jera. Maka cara yang pas ialah menguras semua harta para koruptor, termasuk mengambil alih bisnis yang mereka jalani dengan bermodalkan uang rakyat. Jika bisa semua hasil dari bisnisnya didonasikan ke lebih yang membutuhkan.

Kalau lu pernah nonton film yang berjudul Vincenzo, mungkin cara itu terlihat udah ga asing lagi. Seorang mafia asal Italia yang memberantas para koruptor muda dan tua dengan cara yang mengerikan. Dia tidak langsung membunuh, melainkan membuat para pejabat tersebut menderita dengan cara membuka semua aibnya, kemudian meng-hack rekening pelaku dan mendonasikan semua saldo rekeningnya ke orang yang lebih membutuhkan, gak sampai disitu aja, ia benar-benar membuat perusahaan para pejabat korup tersebut bangkrut dan hidup dengan menanggung malu.

AKUN KHUSUS BAGI PARA KORUPTOR

Ini cara milenial kedua yang menurut gue dapat memberikan efek jera bagi koruptor muda dan calon koruptor. Akun media khusus ini akan mem-posting semua kejelekkan dan aib koruptor. Baik itu berupa pengakuan para koruptor atau dari pengalaman-pengalaman dia yang menderita pada masa hukuman. 

Kita sudah tahu kalo netizen kita ahli dalam membully dan merusak daya psikis seseorang lewat media sosial, lebih-lebih anak muda zaman sekarang sangat menjaga image dan privasinya. Selain itu juga, dengan akun khusus tersebut, dapat membuat calon koruptor berpikir dua kali untuk melakukan korupsi. 

KANDANG KORUPTOR

Jika jeruji besi yang jauh dari perhatian masyarakat sudah kurang efektif memberikan efek jera bagi para koruptor, bagaimana jika membuat kandang khusus para koruptor seperti kebun binatang yang dapat di ekspos ke khalayak ramai. Kandangnya bisa dibikin dengan gaya milenial berupa kaca transparan yang ditata sedemikian rupa agar terlihat keren.

Ibaratnya kebun binatang, kandang koruptor muda juga harus di tempatkan pada pusat keramaian, seperti di tengah kota atau tempat-tempat straregis lainnya. Para penjaga kandang bisa ngasih space khusus bagi masyarakat yang ingin mengabadikan dalam galeri ponselnya, lebih-lebih kalau koruptornya goodlooking, kan lumayan untuk menambah koleksi. Dan gimanapun juga, di era kekinian sekarang, cekrek sana-cekrek sini dan mem-postingkannya adalah hak segala bangsa.

CUCI OTAK

Kalau dari ketiga hukuman diatas masih kurang dalam memberikan efek jera bagi para koruptor, ada baiknya mempertimbangkan cara terakhir ini. 

Koruptor muda jangan ditempatkan di ruangan yang gelap, namun sebaiknya diletakkan dalam suatu ruangan serba putih dan terang benderang. Gunanya agar koruptor muda dapat membersihkan otaknya agak gak kepikiran lagi buat makan uang rakyat dimasa tuanya.

Program ini hampir sama dengan hukuman ala guru BK. Awalnya akan disuruh menulis ulang semua kesalahannya setiap hari, lalu dirobek kemudian ditulis ulang dalam lembaran yang baru. Lakukan itu sebagai ritual rutin hingga habis masa tahanan. 

Setelah menerima semua perbuatan dan mengahafal setiap kesalahan yang ia lakukan. Biarkan ia berkontemplasi. Sendiri dalam sunyi, pastikan ruangan tersebut tidak dimasuki sedikit suara pun selain detak jantung, kentut dan helaan nafas pelaku. Syukur-syukur ia menjadi sadar dan jera, kalau tidak? Paling berakhir dalam ranjang Rumah sakit jiwa.

Gue yakin kalau hukuman-hukuman semacam ini layak dipertimbangkan daripada dipenjara yang masih ada hiburan dan sosialisasi apalagi dengan hukuman mati dengan cara ditembak atau digantung, hukuman semacam itu sungguh menyebalkan, setelah kegilaan yang mereka pertontonkan ketika menggasak uang rakyat selama ini, namun hanya dihukumi dengan cara yang kuno dan biasa?

Karena itu, para koruptor yang muda layak dihukumi dengan cara yang milenial, unik dan seruu. Ibarat kata-kata anak muda yang lagi mabok amer "hidup hanya untuk seru-seruan". (*/Photo credit: Ye Jinghan via Unsplash.com)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Dewantara

Mahasiswa UI(n) Jakarta, Content Writer, Civillion, Penulis buku antologi "Jangan Bandingkan Diriku" dan "Kumpulan Esai Tafsir Progresif"