In Depth

BELAJAR BERKOMUNIKASI SUPAYA ORANG TIDAK SAKIT HATI DARI BUKU OH SUHYANG

Kalau kata dosen dan pakar komunikasi Oh Suhyang, sepandai-pandainya berkomunikasi, pasti ada masa di mana orang lain merasa sakit hati karena perkataan kita. Lantas, apa yang perlu diperbaiki dari cara berkomunikasi kita, ya?

title

FROYONION.COM - Kamu pernah merasakan tidak, sedang asik-asiknya ngobrol dengan teman, orang tua, atau pacar, tiba-tiba mereka marah karena salah satu perkataan atau perilaku kita? Padahal, kamu tidak bermaksud membuat mereka marah atau sakit hati. Ternyata, hal itu wajar terjadi, lho.

Menurut dosen dan pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan, Oh Suhyang. Sampai saat ini manusia masih memiliki kekurangan buat memahami perkataan orang sekitarnya, walaupun mereka adalah ahli berkomunikasi. Hal itu terjadi, karena berbagai faktor psikologis yang melekat pada manusia. Lantas, bagaimana cara mempelajari cara berkomunikasi yang baik, supaya terhindar dari peristiwa yang awkward begitu?

PAHAMI SITUASI LAWAN BICARA

Setiap orang baik kamu dan yang lainnya, pasti pernah merasakan masa-masa yang kurang mengenakan, bukan? Bahkan, tidak jarang juga bisa membentuk trauma yang mendalam. Sehingga kamu bisa saja bereaksi berlebihan, jika ada orang lain membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan hal buruk tersebut dan bisa bikin suasana lebih canggung.

Nah, supaya reaksi tersebut tidak terjadi saat kamu berbicara dengan orang lain. Hal pertama yang perlu kamu perhatikan adalah, situasi orang tersebut. Kamu bisa lihat dari raut wajahnya, apakah orang tersebut terlihat lelah atau tidak. Jika lelah, bisa saja dia baru saja mengalami sesuatu yang menguras energi.

Sebenarnya, kamu boleh saja bertanya. Tapi, sebaiknya jangan ditanyakan pada detik awal bertemu. Melainkan, kamu harus menciptakan suasana nyaman, santai, juga menyenangkan. Setelah lawan bicara rileks, kamu bisa tunjukan sikap empatimu dengan bertanya dengan nada pelan dan perlahan.

Setelah situasi berlangsung lebih santai, kamu bisa menggunakan pertanyaan seperti ini:

'Tadi aku perhatiin, kamu keliatan capek ya? Apa kamu nggak apa-apa? Kamu mau cerita?'

'Eh, wajah kamu keliatan capek banget kayaknya. Jajan yuk? Jajan yang enak-enak!'

Jika ternyata kamu sudah berada di fase di mana kamu melakukan kesalahan sehingga lawan bicara merasa kesal. Oh Suhyang telah memberikan saran dengan berkata: ‘Setelah mendengarkan penjelasan kamu, aku jadi nggak enak. Jadi, maksudku…’

GUNAKAN PADUAN KATA YANG LEBIH POSITIF

'Eh, jangan pake warna kuning deh! Kamu jadi keliatan gendut banget.'

Bagaimana perasaan kamu ketika membaca contoh perkataan di atas? Mungkin sebagian dari kamu merasa kesal atau juga merasa itu adalah kritik yang justru bagus jika langsung diutarakan. Terdapat dua kubu yang bisa membentuk dua kejadian yang berbeda. Kalau lawan bicara tersebut merasa kesal, tentu hubungan antara kamu dan lawan bicara bisa renggang.

Berbeda dengan orang lain yang menganggap itu adalah cara yang bagus dalam mengekspresikan sesuatu. Justru, dia akan sangat berterima kasih saat kamu memberi komentar yang baik padanya. Tapi, bakal semakin bagus lagi kalau kamu bisa menambahkan kritik yang membantunya memutuskan suatu hal. Misal, gunakan warna hitam supaya bentuk badan terlihat samar.

Dalam bukunya, Oh Suhyang pun mengatakan bahwa satu kata dalam dialog dapat mengubah persepsi dalam pikiran orang lain. Untuk menghindari salah paham, gunakan kata-kata secara hati-hati dan pahami sudut pandang orang lain saat mengatakannya. Kalau kamu merasa kata-kata di atas tidak terlalu baik dikatakan, mungkin kamu bisa modifikasi katanya seperti:

'Kamu tahu nggak, sekarang lagi tren banget warna hitam lho. Kamu nggak mau coba kombinasikan sama hitam gitu? Biar keliatan elegan kayak cewek-cewek di medsos. Aku juga nanti mau coba.'

PERHATIKAN LOGAT

Kalau kamu bertemu dengan orang lain yang bukan berasal dari kota tempat kamu tinggal, mungkin kamu bakal terkejut dengan logat bicara mereka. Terkadang, logat tersebut bisa mengakibatkan orang lain sakit hati padahal niatnya tidak begitu.

Kalau kamu bertemu dengan orang lain yang belum kamu kenal dengan baik, ada baiknya untuk memperhatikan logat bicara pada saat ngobrol dengannya. Kamu bisa bertanya pada temannya mengenai tempat tinggalnya dan bagaimana cara dia berbicara dengan orang lain. 

Jika kamu menemukan orang yang biasa berbicara pelan, kamu bisa sesuaikan dan juga sebaliknya. Atau supaya lebih aman, kamu bisa menggunakan logat yang sesuai dengan tempat di mana kamu dan dia tinggal sekarang ini. 

HINDARI KALIMAT BERTELE-TELE

Oh Suhyang menyebutnya dengan 'Efek 15 Detik', yang artinya orang lain akan fokus mendengarkan kamu berbicara dalam 15 detik saja. Jika 15 detik tersebut serasa menarik untuknya, mereka akan mendengarkan. Sebaliknya, jika membosankan, dia akan meninggalkan kamu.

Biasanya, 'Efek 15 Detik' ini sering digunakan oleh para tim promosi atau marketing yang bertugas untuk memberi informasi mengenai suatu produk kepada orang lain. Dibutuhkan keterampilan yang tepat dalam menarik perhatian orang lain dalam waktu singkat dengan informasi yang harus tersampaikan. Dengan begitu, hal yang perlu diingat adalah hindari kalimat bertele-tele.

Dalam bukunya, Oh Suhyang juga menjelaskan bahwa salah satu pembawa acara talk show, Larry King. Menyebutkan bahwa salah satu prinsip yang digunakan para pembicara hebat adalah 'KISS', merupakan singkatan dari 'Keep It Simple, Stupid.'.

Hal ini juga bisa kamu gunakan saat kamu menjelaskan sesuatu atau meminta maaf kepada orang lain. Ibarat rangkuman, kamu bisa jelaskan poin-poin yang mengungkap semua peristiwa yang mau kamu utarakan. Jangan lupa untuk menatap orang tersebut dengan serius. Jangan lupa permintaan maaf secara tulus terlebih dahulu sebelum menjelaskan sesuatu, kalau kamu berniat untuk meminta maaf. 

SEGERA BERHENTI BILA TIDAK DITANGGAPI

Salah satu buku terkenal yang disebutkan dalam buku Oh Suhyang yang berjudul The Analects, memberikan jawaban bagaimana cara berteman dengan baik: ‘Bicaralah dengan tulus dan bawa mereka ke arah yang benar. Namun, jika ia tidak mendengarkan, hentikan segera dan jangan mempermalukan diri sendiri.’

Waktu ngobrol dengan orang lain, pasti nggak sedikit membicarakan tentang nasehat satu orang ke orang lain. Mungkin kamu juga setuju, bahwa orang memberi nasihat itu pasti niatnya baik. Tapi sayang, niat tersebut tidak seluruhnya tersampaikan pada orang yang diberi nasihat.

Bisa jadi karena bahasa yang digunakan terlalu menyakiti, dia merasa nasihat itu tidak berguna, nasihat yang diberikan tidak nyambung dengan masalah yang ada, dan masih banyak lagi.

Kalau kamu berada dalam fase tersebut, kamu bisa langsung berhenti berbicara sejenak. Setelahnya kamu bisa meminta maaf jika nasihat tersebut membuatnya merasa tidak nyaman dan bawa topik lain yang jauh dari masalah tersebut.

Ada baiknya sebelum kamu mulai 'menasehati', gunakan kata-kata pujian atau apresiasi bahwasannya dia telah melakukan sesuatu dengan baik dan penuh pertimbangan. Hal tersebut bisa membuat lawan bicara kita merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan kamu.

Dari lima saran di atas, masih ada lebih dari 30 cara berkomunikasi yang efektif supaya orang nggak sakit hati dalam buku Oh Suhyang berjudul Seni Berbicara Tanpa Bikin Sakit Hati. Buku ini disajikan dengan bahasa yang ringan dan konflik yang relate dengan kehidupan sehari-hari. 

Bahkan, Oh Suhyang pun tidak jarang menjelaskan mengenai berbagai metode berdasarkan hasil penelitiannya dengan para klien yang meminta bantuan kepadanya, lho. Alhasil, metode yang diberikan sudah pasti akurat untuk banyak orang, bisa jadi kamu juga. Kamu bisa beli buku tersebut, di toko buku online dan offline di sekitarmu, ya! Selamat membaca. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anisa Fitri Maulida

Penulis yang senang 4M: Melamun, Menangis, Melamun, Menangis