In Depth

ATASAN LO SEUMURAN ATAU LEBIH MUDA? INI CARA ATASI CAREER ENVY DI KANTOR

Persaingan kerja itu makin ketat cuy, nggak jarang anak-anak muda harus jadi leader buat mereka yang lebih tua di kantor. Tapi, gimana ya supaya lo nggak jengkel kalau harus di-lead sama mereka yang sepantaran atau lebih muda?

title

FROYONION.COM - Salah satu problematika yang mungkin sering muncul di lingkungan pekerjaan sekarang ini adalah terkait karir seseorang yang nggak bisa kita prediksi.  Di zaman serba canggih sekarang ini, harus lo akui kalau makin banyak anak muda bertalenta dan skillful dalam suatu pekerjaan.

Hal itu bikin seringkali anak-anak muda itu sudah bisa meraih jabatan atau posisi sebagai team leader di suatu divisi. Nggak jarang juga kan, kalau lo ngeliat anak-anak muda itu harus membawahi mereka-mereka karyawan dengan usia yang lebih tinggi atau lebih senior. 

Nah, kondisi itu mungkin bikin lo merasa terintimidasi dan terancam karena mereka yang lebih muda bisa berkembang dengan cepat. 

BACA JUGA: JOB SECURITY: STRATEGI PENTING UNTUK MEMPERTAHANKAN PEKERJAAN LO

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam situs Taylor & Francis Online mengungkapkan kalau ada 75% lebih orang dewasa yang dilaporkan merasa iri dengan rekan kerjanya. Hal ini seringkali disebut sebagai career envy atau jealousy

Nah, kalau dilihat, mereka biasanya merasa cemburu atas sejumlah aspek seperti kehidupan sosial di kantor, penampilan, hingga karir yang mungkin lebih cemerlang. Terdapat juga rasa cemburu terhadap aspek finansial seseorang seiring dengan bertambahnya usia. 

Tapi, masih merujuk pada penelitian tersebut nih. Ternyata rasa cemburu itu ternyata nggak cuma berlaku untuk pekerja dalam usia tertentu saja, tapi bisa secara konsisten lo alami sepanjang rentang hidup lo. 

Makanya penting banget supaya lo punya kendali diri atas pikiran dan rasa cemburu itu supaya nggak mengganggu produktivitas selama bekerja. 

USIA BUKAN FAKTOR UTAMA PEMBENTUK SKILL

Kayak apa yang gue tulis di atas tadi, anak-anak di generasi sekarang ini punya segudang skill yang bisa mereka pelajari dari internet ataupun pergaulannya. Makanya, sebenarnya harus diakui juga kalau usia itu nggak bisa jadi faktor penentu utama untuk mengukur kemampuan seseorang, khususnya dalam berkarir. 

Hal ini mungkin cenderung berbeda kalau lo lihat dari sudut pandang aspek pengalaman. Bisa jadi mereka yang memang berusia lebih tua daripada generasi muda sekarang ini punya pengalaman yang jauh lebih banyak sehingga ketahanan mereka untuk bekerja di suatu perusahaan lebih teruji. 

Banyak faktor yang memengaruhi kemajuan karir seseorang. Maka dari itu, lo harus sadar kalau nggak bisa mengambil kesimpulan orang yang lebih muda atau seusia dengan kita nggak layak untuk mencapai suatu posisi tertentu. Mungkin mereka memiliki nilai tambahnya tersendiri, misalnya skill yang mumpuni atau pengalaman yang lebih baik dalam bidang tersebut. 

BACA JUGA: 4 KEUNTUNGAN PINDAH KERJA YANG NGGAK TERLINTAS DI PIKIRAN LO

GIMANA CARANYA MENGATASI CAREER ENVY

Banyak cara yang bisa lo lakuin buat menyikapi perasaan tersebut sebenarnya. 

Pertama, lo bisa menjadikan keberhasilan rekan kerja itu sebagai pemacu semangat untuk meningkatkan kualitas diri lo. Mungkin lo ngerasa kalau apa yang lo lakuin selama ini di pekerjaan nggak benar-benar oke karena ada rekan kerja lain yang lebih sukses meski umurnya jauh di bawah. 

Coba perluas sudut pandang lo tentang karir itu sendiri. Nggak selamanya mereka yang berada pada posisi atas itu dicerminkan oleh kualitas kerja yang dihasilkan. Banyak faktor pendukung lainnya. 

Maka dari itu, jangan terlalu ambil pusing dengan karir rekan kerja lo. Lebih baik fokus pada pengembangan kualitas diri lo sendiri supaya bisa selalu ngasih yang terbaik di pekerjaan. 

Kedua, jangan ragu untuk meminta pencerahan dan diskusi dengan atas yang lebih muda. Perlu diingat kalau perspektif yang berbeda-beda dalam menjalani pekerjaan itu bisa menjadi saran yang berharga untuk meningkatkan kinerja. 

Dengan memperluas perspektif itu sendiri, maka lo juga bisa membangun hubungan yang bermanfaat di lingkungan pekerjaan. Biasanya nih, kalau menurut gue munculnya toxic work culture di perusahaan itu berawal dari sikap saling enggan diskusi di lingkungan pekerjaan. 

Penyebabnya bisa karena banyak alasan dan salah satunya mungkin karena karyawan yang berusia lebih tua enggan ngobrol sama leader mereka cuma gara-gara usia (sepantaran atau bahkan di bawah). 

Ketiga, mungkin lo bisa mulai stop membanding-bandingkan pencapaian orang lain dengan diri lo. Jangan merasa lo nggak berdaya cuma gara-gara mereka yang lebih muda punya karir lebih cepat atau tinggi. 

Mungkin terdengar klise, tapi menurut gue setiap orang itu punya pencapaiannya masing-masing. Apalagi dalam persaingan di dunia pekerjaan, nggak selamanya kok karir yang cemerlang itu menandakan kesuksesan seseorang. 

Lagian ya, lo harus menyadari hal ini juga nih. Kalau produktivitas itu bisa terganggu kalau lo mengerjakan sesuatu dengan diikuti perasaan negatif, termasuk cemburu dan iri hati. 

Studi dari Department of Economics University of Warwick mencatat kalau karyawan yang senang dan bahagia itu 12% lebih produktif dibandingkan mereka yang bekerja dengan penuh perasaan negatif. 

Makanya menurut gue sih nggak ada untungnya menyimpan rasa cemburu itu terus menerus. Di lain sisi, penting juga buat perusahaan untuk membuat siklus dan lingkungan kerja yang positif bagi karyawan mereka. 

“Companies like Google have invested more in employee support and employee satisfaction has risen as a result. For Google, it rose by 37%, they know what they are talking about. Under scientifically controlled conditions, making workers happier really pays off,” tulis Professor Oswald Andrew dari University of Warwick dalam rangkuman penelitiannya. 

Terakhir, kalau memang lo ngerasa sulit buat bekerja dengan mereka yang usianya lebih muda atau sepantaran mungkin lo bisa mendiskusikan hal itu secara langsung dengan HRD atau mungkin management level. Kasih sudut pandang lo kalau memang merasa ada hal yang nggak adil di perusahaan itu.

Dengan adanya perbincangan itu, maka bos lo mungkin akan lebih dapat memahami situasi dan mengambil keputusan dari sudut pandang yang lebih luas. Tapi perlu jadi catatan nih, upaya ini lo lakuin bukan sebagai bentuk black campaign ataupun menjatuhkan orang, ye! Ingat harus ada tata krama dan tetap dilakukan secara sopan dan profesional. 

Gue sih melihat kayaknya beberapa perusahaan di Indonesia sekarang ini lebih punya lingkungan kerja yang inklusif dan nggak tertutup. Mereka bisa terbuka dengan kritik maupun saran dari bawah, meskipun tetap aja lo perlu buat bikin strategi yang matang sebelum melakukan diskusi ini. 

Jadi sih sebenarnya menurut gue jangan sampai lo kejebak sama career envy, sih. Cuma bikin rugi diri sendiri dan tumbuh kembang lo! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!