Siapa sih yang tidak pernah makan di burjo? Warung ini menjamur di Solo khususnya area kampus. Tapi, seperti apa asal muasal burjo bisa menjamur di kota Bengawan? Dan apa saja keluh kesah Aa’ burjo dalam mengelola warung mereka?
FROYONION.COM - Burjo merupakan salah satu destinasi kuliner favorit bagi mahasiswa. Alasannya? Banyak!
Sebelum lebih jauh, warung burjo kerap ditemukan di lingkungan kampus karena target pasar mereka merupakan mahasiswa. Bak gayung bersambut, mahasiswa pun juga memilih burjo sebagai tempat makan mereka.
Selain jadi tempat makan, burjo juga menjadi tempat yang enak untuk bersantai dan ngopi sembari membicarakan pembicaraan penting seperti persepakbolaan Indonesia yang tidak berprestasi hingga obrolan siapa pemenang pilpres Indonesia 2024 nanti.
Burjo menjadi pilihan utama karena mereka memberikan penawaran pilihan menu makanan yang beragam, cita rasa yang nikmat, harga yang murah dan bisa dijadikan tempat nongkrong bersama teman-teman.
Burjo merupakan kepanjangan dari bubur kacang ijo. Pada awalnya, burjo memang benar-benar hanya menyediakan menu bubur kacang ijo saja.
Namun, seiring berkembangnya zaman dan permintaan pasar, burjo mulai melakukan inovasi dengan tidak hanya menyediakan bubur kacang ijo saja namun juga menu-menu makanan rumahan atau olahan mie instan yang tentunya murah untuk kantong mahasiswa.
Burjo merupakan warung yang sangat terafiliasi dengan Kuningan, Jawa Barat. Menurut sejarah memang begitu. Mulanya orang-orang Kuningan menjual bubur kacang ijo dengan dipikul sebelum akhirnya membuka warung dan melakukan inovasi pada menu warung mereka.
Lambat laun, ekspansi dilakukan dan burjo menyebar di tanah Jawa seperti Jakarta, Semarang, dan khususnya tanah Mataram yakni Jogja dan Solo. Karena latarbelakang dari Kuningan, Jawa Barat inilah banyak orang yang menyebut pegawai warung burjo ini sebagai Aa’ atau Teteh burjo.
Ya, burjo seolah-olah membuat koloni di wilayah Jogja, Solo, dan Semarang. Warung khas Priyangan ini sukses mengekspansi Mataram!
Secara visual, burjo identic dengan spanduk papan nama dengan paduan warna merah, kuning, dan hijau. Selain itu pemilihan font dan warna cat dinding warung juga seragam.
Salah satu warung burjo di Solo, yakni Warung Burjo SK (Sedulur Kuningan) yang terletak di Jl. Surya Tenggelam, Jebres, Solo dan dekat dengan perguruan tinggi negeri UNS ini merupakan salah satu tempat favorit mahasiswa untuk sekadar mengisi perut, ngopi, bahkan nongkrong.
Ompong (28) merupakan pegawai di warung burjo SK (Sedulur Kuningan). Dia telah 10 tahun di merantau ke Solo meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengadu nasib sebagai Aa’ burjo.
Warung burjo yang dikelola Ompong menyediakan berbagai macam olahan. Di tengah banyaknya burjo yang justru sudah tidak menyediakan menu bubur kacang ijo lagi, burjo SK (Sedulur Kuningan) masih menyediakan menu tersebut.
Selain itu, aneka olahan mie instan macam omlet, mie dok-dok, mie goreng/rebus atau berbagai lauk seperti opor ayam, rica ayam, ayam krispi, nasi orak-arik, nasi telur, nasi sarden, bahkan nasi srundeng juga tersedia di burjo SK (Sedulur Kuningan).
Menurut penuturannya, orang-orang Kuningan sangat terafiliasi dengan burjo karena kebiasaan orang Kuningan untuk mencari uang dan mengesampingkan sekolah sebab sudah menjadi kebiasaan orang Kuningan untuk merantau dan mengadu nasib di bidang kuliner kelas akar rumput.
Ompong sendiri bisa sampai di Solo karena diajak oleh rekannya. Sepengetahuan Ompong, warung burjo pertama di daerah Jebres, Solo adalah Burjo Asri yang sudah berdiri sejak tahun 1980-an dan terletak di Jl. Ngoresan, Jebres, Solo, tepat di samping lampu lalu lintas pintu belakang UNS.
Sebelum bekerja di burjo SK (Sedulur Kuningan), Ompong juga sempat bekerja di Burjo Asri selama dua bulan sebelum akhirnya berpindah-pindah akhirnya menetap di burjo SK (Sedulur Kuningan) 5 tahun terakhir. Burjo SK (Sedulur Kuningan) sendiri berdiri di tahun 2010-an dan dikelola oleh orang Kuningan asli sebelum diurus oleh Ompong.
Menurut penuturannya, sama seperti di Jogja dan Semarang, burjo di wilayah Solo merupakan tradisi turun temurun. Dimana mulanya ikut dengan bos, kemudian saat merasa cukup secara kemampuan memasak dan memiliki modal, mulailah para pegawai ini mendirikan burjonya sendiri.
Burjo SK (Sedulur Kuningan) yang dikelola Ompong merupakan salah satu burjo favorit di wilayah Jebres, Solo. Walau hanya berukuran kecil, burjo SK (Sedulur Kuningan) menawarkan suasana yang hangat karena sorot lampu remang-remang membuat siapa pun yang makan atau nongkrong di burjo SK (Sedulur Kuningan) terasa nyaman dan hangat.
Ditambah dengan desain kursi dan meja yang tidak terlalu banyak membuat burjo SK (Sedulur Kuningan) saat full house pun tidak akan terlalu berisik. Tentunya hal ini menambah kenyamanan untuk mampir di burjo yang satu ini.
Menurut Ompong, mengelola burjo bukan perkara mudah, lebih-lebih saat pandemi Covid-19 menyerang. Omset turun dan adanya ketakutan untuk gulung tikar dan kembali pulang kampung.
Selain itu, berdasarkan penuturan dari rekan-rekannya sesama pegawai warung burjo, banyak yang mengalami kejadian yang tidak menyenangkan seperti mahasiswa yang sering berhutang dan berbohong, makan gorengan 5 bilangnya cuma 2.
Melewati rentang waktu puluhan tahun, burjo bukan lagi sekadar pertaruhan para perantau Kuningan di Solo, Semarang, atau Jogja. Ia telah tumbuh menjadi salah satu tempat yang sangat identik dengan dunia mahasiswa. Dan dapat dikatakan bahwa burjo merupakan markas besar mahasiswa! (*/)