In Depth

APAKAH SIBYL SYSTEM YANG ADA DI ANIME PSYCHO PASS BISA DITERAPKAN DI INDONESIA?

Siapa sih yang nggak mau hidup di dunia yang aman, damai, dan sentosa? Pasti semua orang menginginkan hal ini. Sibyl System bisa menjadi suatu tatanan baru agar dunia ini semakin tertata dengan baik, namun apakah ini ini menjadi suatu solusi?

title

FROYONION.COM - Kalau lo belum tau, Sibyl System atau SS ini adalah sebuah sistem yang mendeteksi perilaku kejahatan sebelum kejahatan tersebut terjadi. Sistem tersebut menilai potensi kejahatan seseorang dan apabila melewati batas tertentu, individu tersebut akan ditangkap dan direhabilitasi. Tentunya sistem ini hanya ada di anime Psycho Pass.

Pada anime Psycho Pass, Sibyl System bisa mendeteksi perilaku kejahatan sebelum kejahatan tersebut terjadi.
Pada anime Psycho Pass, Sibyl System bisa mendeteksi perilaku kejahatan sebelum kejahatan tersebut terjadi.

Dominator atau pistol yang mendeteksi koefisien kriminal seseorang ini menjadi senjata yang menentukan kita layak hidup atau tidak. Dengan tiga mode yaitu Non-Lethal Paralyzer (melumpuhkan), Lethal Eliminator (mematikan), Destroy Decomposer (memusnahkan), Dominator akan menentukan sesuai dengan koefisien kriminal kita. 

Jika koefisien kriminalnya di antara 100-299, Dominator berada di mode Non-Lethal Paralyzer. Jika koefisien kriminal di atas 300, maka Dominator akan mengubah modenya menjadi Lethal Eliminator, sedangkan Destroy Decomposer ditujukan untuk target yang lebih keras (seperti baja, besi, drone, kendaraan besar, bahkan teroris yang tubuhnya dibalut oleh bom).

Sistem ini pertama kali dibuat oleh Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan sebagai langkah awal untuk menciptakan suatu peradaban yang stabil dan sejahtera, khususnya masyarakat Jepang. Mereka tidak perlu khawatir lagi akan kesejahteraan mereka, bagaimana keamanan mereka, pekerjaan mereka, psikologis mereka, dan lain sebagainya. 

Hal ini menarik karena setiap dari kita ada yang tidak tau apa keahlian kita, apa yang akan terjadi kepada kita, apa yang akan terjadi di masa depan, dan lain sebagainya. Tidak ada yang menjamin dan bertanggung jawab dengan hal tersebut. Maka dari itu sistem ini diciptakan agar mengatur, mengatasi, dan menjamin semua permasalahan tersebut.

Mekanisme kerja dari SS ini menurut gue cukup unik, karena berbeda dari sekedar kumpulan komputer, teknologi, atau kode pemrograman tertentu. Sistem ini menggabungkan teknologi dan otak manusia, setidaknya membutuhkan 247 otak manusia yang dikategorikan sebagai criminally asymptotic, atau manusia yang bertindak kriminal tapi tanpa gejala, bahkan koefisien kriminalnya hanya 0.

Terus dari mana pemerintahan Jepang mendapatkan otak-otak ini? Yang pasti bukan otak-otak yang dijual di pinggir jalan Civs, melainkan otak para pelaku kriminal yang telah melakukan kejahatan genosida. Kejahatan mereka harus dibayar dengan kehilangan jiwa dan raganya, serta otaknya digunakan untuk menunjang sistem ini. Otak para pelaku ini akan diawetkan, dianalisis, disatukan, dan akhirnya membentuk suatu sistem, semacam collective mind.

Mungkin secara sekilas, sistem ini bukan masalah bagi suatu peradaban. SS memastikan semua kebijakan hingga aksi yang diambil sejalan dengan pedoman dari masyarakat itu sendiri. Karena sejatinya sistem ini dikembangakan dalam rangka memaksimalkan kepuasan masyarakat dan apabila ada penyimpangan, hal tersebut harus dieliminasi dengan cara apapun.

Awalnya gue kira ide System Sibyl ini hanya ada pada anime Psycho Pass dan buku karya George Orwell yang berjudul 1984 saja, namun nyatanya di negara Cina sudah menerapkan ide ini. Dengan kemajuan teknologi yang cukup pesat beberapa belakangan, Cina nampaknya juga mengembangkan teknologi mereka seperti SS.

Teknologi yang diciptakan di Cina sendiri dinamakan The Brain. Lewat  The Brain, pemerintah Tiongkok bisa melihat perilaku rakyatnya melalui CCTV. Mulai dari penduduk yang membuang sampah sembarangan, penduduk yang tidak memakai masker, pelanggaran lalu lintas, dan berbagai penyimpangan lainnya.

Teknologi ini dapat mendeteksi wajah, umur, etnis, bahkan gender juga. Setiap wajah yang terekam akan dicocokkan dengan data penduduknya dan diawasi gerak-geriknya. Siapa yang kita temui, hal apa yang kita lakukan, pelanggaran apa yang kita lakukan dan lain sebagainya, semuanya terekam dalam sistem ini.

Teknologi The Brain secara garis besar hampir mirip dengan System Sibyl, namun yang jadi perbedaan disini adalah tidak adanya Dominator dan sistemnya tidak terbuat dari sekumpulan otak. Mayoritas masyarakat di sana yang melek akan teknologi mendukung penuh dengan adanya sistem ini. Mereka tidak khawatir dengan data mereka yang diketahui oleh pemerintah, dan mereka percaya bahwa pemerintah menjaga dengan sangat baik terhadap data rakyatnya.

Ini menunjukkan bahwa suatu saat nanti sistem ini akan berkembang pesat seiring kemajuan teknologi. Dengan catatan tidak adanya Dominator yang seolah-olah menjadi malaikat pencabut nyawa. Kemungkinan suatu saat nanti di Indonesia juga bisa menerapkan sistem ini (300 atau 500 tahun kemudian, maybe haha).

Kenapa gue bilang seperti di atas? Menurut gue, sistem ini hanya bisa diterapkan di negara maju, baik dari segi ekonomi maupun sumber daya manusia. Sistem ini tentunya hanya dapat berlaku di negara dengan semangat komunisme/sosialisme, karena sistemnya yang begitu mengikat dan dikendalikan penuh oleh pemerintah, sedangkan Indonesia sendiri jauh dari hal tersebut.

Negara yang ingin mengembangkan sistem ini harus sudah matang dulu dalam mengelola negara dan homogenitas masyarakatnya juga harus tinggi. Ini sangat sulit mengingat masyarakat kita yang heterogen. Lo tau sendiri kan masyarakat kita kaya akan suku, ras, adat, agama, bahasa, bahkan pemikiran.

Kembali lagi ke Sibyl System, gue sendiri setuju dengan adanya sistem ini suatu saat nanti, dengan catatan Indonesia sudah mengantongi syarat seperti yang sudah gue sebutkan tadi. Syarat lainnya yaitu tidak adanya Dominator dan sistemnya tidak terbuat dari sekumpulan otak pelaku kriminal. Kita bisa membuat sistem dengan kode pemrograman tertentu oleh otak manusia yang waras dan masih hidup.

Gue sendiri nggak masalah jika gerak-gerik dan data gue diawasi oleh pemerintah, asalkan pemerintahan itu sendiri sudah solid dan SDM di negara kita juga udah maju. Boro-boro data aman, syarat lamaran kerja aja ada yang masih mencantumkan fotocopy KTP, bahkan beberapa hari lalu sempet beli cabai bungkusnya daftar riwayat hidup orang.

Sejatinya, orang yang baik akan berbuat baik dan orang yang jahat akan berbuat jahat (walaupun tidak diperbolehkan), biarlah hal tersebut terjadi. Semua akan terekam dan terdata dalam sistem ini, kejahatan yang diperbuat bisa diadili di ranah hukum. Jadi pekerjaan seperti jaksa, pengacara, sipir, polisi, dan jajarannya tidak akan hilang di muka bumi. Profiler juga justru dibutuhkan untuk mendata tingkah laku para kriminal agar datanya bisa dimasukkan ke dalam sistem.

Kalaupun pekerjaan yang gue sebutkan tadi melakukan penyimpangan seperti menerima suap atau apapun itu, tidak akan bisa lolos juga dari sistem ini karena gerak-gerik mereka juga diawasi penuh oleh sistem ini. Tidak terkecuali dengan orang-orang yang ada di pemerintahan itu juga. Namun, akan sangat sulit untuk menerapkan sistem ini di Indonesia ini karena ya lo tau sendiri kan jajaran pemerintahannya kayak gimana, hehe. (*/) (Photo credit: John Silver on Flickr)

BACA JUGA: KENAPA PENGGEMAR ANIME ALIAS WIBU PINTAR?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dynasti Savira

Investor Reksadana, pro player Blossom Blast Saga, pegiat hidup monoton, dan penikmat seni tapi bukan air. Motto hidup : Semua masalah pasti akan berlalu, iya berlalu lalang.