Gen Z adalah orang-orang yang terlahir antara 1995-2012, yang merupakan generasi termuda di dunia kerja saat ini. Seperti karakteristik lainnya yang cukup berbeda dengan Gen X dan Gen Y, ternyata aspirasi karir Gen Z juga berbeda.
FROYONION.COM - Dari satu generasi ke generasi selanjutnya, terdapat perbedaan karakteristik dan perilaku dasar. Sudah jadi rahasia umum bahwa Gen X atau baby boomers adalah orang-orang yang meletakkan karir menjadi sentral dalam hidupnya sehingga sangat loyal pada perusahaan tempatnya bekerja, sedangkan Gen Y (millennials) cenderung lebih mudah berpindah tempat kerja dengan motivasi kenaikan gaji, dan Gen Z (post-millennials) lebih berorientasi pada pencapaian dan meaningful work.
Menyusul pendahulunya dalam berkecimpung di dunia kerja, Gen Z (post-millennials) yang terlahir di antara tahun 1995-2012 mulai masuk ke dunia kerja sekitar tahun 2017. Dengan adanya beberapa generasi berbeda dalam satu tempat kerja, perusahaan mengalami berbagai perbedaan dan konflik dalam hal gaya belajar, gaya komunikasi, serta tujuan. Karena itu menjadi penting untuk memahami karakteristik masing-masing, agar perusahaan dapat mengakomodasi kebutuhan setiap generasi.
Berdasarkan hasil studi pada tahun 2021, ada beberapa pandangan dari Gen Z yang mempengaruhi aspirasi karir mereka yang dapat kita pahami.
Salah satu studi yang dilakukan di tahun 2018 menunjukkan bahwa Gen Z menyukai pertumbuhan karir lintas disiplin. Dibandingkan dengan Gen Y yang suka berpindah-pindah perusahaan, Gen Z menyukai perpindahan divisi meskipun masih dalam satu perusahaan. Pertumbuhan karir mereka tidak hanya dinilai berdasarkan tingkat jabatan atau pun gaji yang terus bertambah, tapi apakah skill mereka bertambah atau tidak? Mereka suka “mencicipi” hal baru, role baru dalam pekerjaan, dan bertemu orang baru. Pada intinya, mereka suka melakukan eksplorasi.
Secara teori, ada tiga jangkar yang dapat membantu seseorang memutuskan perkembangan karirnya, yakni talent-based, needs-based, dan values-based. Gen Z cenderung termasuk pada kategori needs-based. Gen Z menginginkan lingkungan kerja yang mendukung work-life balance, karena kebebasan dan fleksibilitas memberikan hal yang mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan psikologis.
Selain masih juga mempertimbangkan besaran gaji, Gen Z secara umum lebih tertarik pada karir yang membutuhkan mereka bekerja dengan orang lain. Gen Z mengutamakan kolaborasi dibandingkan kompetisi.
Gen Z melakukan personal branding dengan teknologi, untuk membantu membentuk reputasi positif yang dapat menarik peluang kerja lainnya. Perkembangan media sosial membantu Gen Z menyusun portofolio, sehingga mereka banyak menginvestasikan waktunya untuk berkarya di media sosial, yang menjadi platform Gen Z dalam menyisipkan nilai-nilai pribadi dalam virtual resume. Nilai-nilai yang tercermin dalam jejak digital, diharapkan membuat perusahaan yang memiliki nilai yang sama akan tertarik untuk merekrut mereka.
Ada beberapa faktor yang membentuk kecenderungan Gen Z dalam pertimbangan karir ini, yang terbagi menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik.
1. FAKTOR INTRINSIK
Ada beberapa faktor yang berperan di sini, seperti attitude, self-concept, relationship, dan motivation. Gen Z memiliki sikap percaya diri, mengenal dirinya sendiri termasuk kelebihan dan kekurangannya, serta gigih dan ulet yang membentuk konsep diri positif. Konsep diri yang positif ini membuat mereka nyaman bekerja sendiri, namun di sisi lain juga ingin bekerja sama dengan orang lain untuk memperluas network.
Gen Z menghargai hubungan kerja yang dekat dan professional. Selain penting untuk mengembangkan network, Gen Z juga menghargai semangat kerjasama dalam tim dan suasana yang menyenangkan. Selain bekerja dalam timnya, Gen Z juga senang berkolaborasi dengan rekan kerja dari divisi lain.
Dalam sebuah studi, lebih dari 75% partisipan dari Gen Z termotivasi dengan pekerjaan yang berdampak, yang membuat mereka merasa telah melakukan hal-hal yang berarti bagi kemanusiaan. Kesadaran ini muncul dari konsep diri yang tahu akan kelebihan mereka, sehingga mereka perlu menggunakan kelebihannya untuk tujuan yang lebih tinggi. Di sisi lain, Gen Z juga termotivasi dengan apresiasi dari rekan kerja atau supervisor.
2. FAKTOR EKSTRINSIK
Faktor ekstrinsik membentuk sikap Gen Z dari luar dirinya, yaitu lingkungan, keluarga, dan organisasi. Dari sisi lingkungan, Gen Z disebut juga dengan digital natives, generasi pertama yang menggunakan teknologi sejak masa kecilnya untuk belajar, bersosialisasi, dan bekerja, sehingga tidak heran Gen Z juga memiliki ekspektasi untuk bekerja dengan teknologi.
Faktor kedua adalah keluarga, di mana Gen Z menyaksikan orang tuanya bertahan melalui krisis di masa lalu, sehingga secara tidak langsung membentuk kepercayaan dirinya bahwa badai apapun pasti bisa dilewati, namun Gen Z meyakininya dengan sikap yang lebih rileks.
Faktor ketiga adalah lapangan pekerjaan yang menarik Gen Z, biasanya perusahaan yang menawarkan perkembangan teknologi terkini, dengan budaya kerja yang fleksibel, serta gaji yang tinggi. Perusahaan besar seperti Google, Amazon, dan Microsoft adalah “idola” Gen Z, di samping dampak yang diberikan pada umat manusia. Gen Z percaya bahwa kualitas pekerjaan mereka akan maksimal ketika menemukan perusahaan yang memiliki nilai yang selaras.
Ketika Gen X menghargai loyalitas terhadap perusahaan, dan Gen Y cenderung mengejar kenaikan gaji, Gen Z berorientasi pada pengembangan karir dan kesempatan baru yang dapat dijadikan eksplorasi. Gen Z percaya diri mereka dapat mencapainya dengan tiga hal, learning, mentoring, dan growth.
1. LEARNING
Gen Z tertarik pada metode belajar informal, yang bersifat mandiri dan kooperatif. Pembelajaran mandiri berarti tiap individu belajar sesuai dengan ritme masing-masing, dengan memaksimalkan interaksi antar anggota tim. Kombinasi antara belajar mandiri dan kolaborasi inilah yang mendukung networking. Gen Z suka belajar hal baru, melakukan hal baru untuk mendukung karir mereka. Salah satu pihak yang mereka harap dapat membantu adalah atasan atau supervisor.
2. MENTORING
Gen Z menunjukkan keinginannya untuk berkembang dengan merujuk pada orang-orang yang mereka anggap sukses dan berusaha meniru tindakannya. Biasanya mereka menjadikan orang-orang di sekitarnya sebagai role model, bisa dari anggota keluarga atau guru. Hal ini membuat salah satu indikator Gen Z dalam menentukan pilihan karirnya adalah supervisor atau atasan yang dapat dijadikan mentor.
3. GROWTH
Definisi yang dimaksud dengan growth atau pertumbuhan adalah bertambahnya kompetensi profesional dalam pekerjaan. Lebih jauh lagi, Gen Z menyukai pertambahan keterampilan yang bersifat lateral, dengan kata lain menambah skill di bidang lain, bukan di bidang yang sama. Hal ini membuat mereka yakin mereka akan menjadi lebih adaptif jika memiliki berbagai skills berbeda, sehingga Gen Z menghargai perusahaan yang memberi ruang untuk mereka eksplorasi bidang lain selain divisinya.
Nggak bisa dipungkiri, kehadiran Gen Z dalam dunia kerja juga memberi udara segar buat generas-generasi sebelumnya. Bukan nggak mungkin kalau values yang dibawa sebagian besar Gen Z ini bisa ditularkan ke Gen Y, bahkan Gen X. Seperti yang kita lihat sekarang, udah banyak juga Gen Y yang mengutamakan fleksibilitas dibanding nominal gaji. Semoga perubahan yang dibawa Gen Z ini bisa mengubah tempat kerja jadi lebih positif ya. (*/)