In Depth

APA IYA MOBIL LISTRIK ADALAH LANGKAH TEPAT UNTUK SOLUSI PERUBAHAN IKLIM?

Perubahan iklim atau bahasa kerennya Climate Change sudah lama menjadi pembahasaan di dunia yang akhirnya banyak penemuan bertujuan untuk mengatasi masalah iklim dalam aspek keramahan lingkungan.

title

FROYONION.COM - Beberapa tahun ke belakang keberadaan kendaraan roda bertenaga listrik kian gencar dan mulai familiar di telinga masyarakat umum, bahkan mulai banyak perusahaan mobil yang sudah memasarkan produk mereka khususnya di Indonesia. Industri mobil listrik yang berkembang pesat belakangan ini terbangun dengan tujuan perhatian terhadap lingkungan.

Namun yang perlu diketahui adalah Industri transportasi mempunyai peran penting dalam kehidupan keseharian kita, dengan bagaimana lingkup perkotaan akan terpengaruh dan terbentuk. Lalu apa maksudnya? 

Menurut Paris Marx kritikus teknologi sekaligus penulis asal Kanada mengatakan bagaimana sebuah mode transportasi akan mempengaruhi “It's how we get around, it's how we get to work, how we get to the shop, how we see the people that we care about,” jadi karena itulah mode transportasi akan mempengaruhi tentang bagaimana bentuk dan struktur jalan, lalu lokasi sebuah pusat perbelanjaan, kantor, rumah dan sebagainya.

SOLUSI ANTI PRODUKTIF

Para produsen mobill listrik dan pemakainya berargumen bahwa dengan adanya mode transportasi seperti ini akan mengurangi tingkat polusi udara karena tidak adanya limbah dalam penggunaan mobil listrik ini. Namun, yang perlu diketahui ialah, bahwa penggunaan baterai dalam mobil listrik sendiri juga memiliki dampak terhadap perubahan iklim dengan kandungan baterai yang terbuat dari mineral seperti litium dan kobalt. Dan yang lebih mengejutkan produksi dalam pabrik pada baterai yang mengandung kobalt dan litium ini memiliki emisi gas atau tingkat limbah yang lebih besar dari dari asap kendaraan pada mode transportasi konvensional.

Dan yang lucunya adalah baterai tidak mungkin begitu saja memiliki listrik dengan sekedar campuran bahan kimia, mereka hanya sekedar penyimpanan tenaga listrik atau distributor saja. Tetap saja akhirnya listrik tersebut mempunyai asal terproduksinya menurut Our World in Data mencatat 86,95% dari total produksi listrik Indonesia tahun 2020 berasal dari bahan bakar fosil.  Dan hanya sekitar 12 sampai 13% penggunaan Listrik bertenaga cahaya atau terbarukan.

Lah, terlihat sangat naïf sekali bukan? Lalu kenapa bisa ya persepsi masyarakat seakan positif menyambut hal ini?

TEKANAN TREN

Nah tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah perusahaan bisa memaksa orang-orang untuk ikut terpengaruh dari alur trend yang mereka ciptakan. Dimana perusahaan mendorong media untuk menyebarkan ide-ide mereka yang nantinya akan disebarkan pada khalayak luas. Masalah ini lah yang akan berlanjut bahwa masyarakat akan terikat pada identitas sosial mereka, perasaan untuk mengikuti dan keinginan menyatu dalam bagian masyarakat secara instingtif mendorong orang-orang untuk ikut-ikutan pada ide-ide trend yang tersebar luas. Yang pada akhirnya akan mempengaruhi persepsi masyarakat. Tekanan sebuah trend menciptakan iklim yang membelenggu individu secara tidak sadar untuk ikut menjadi bagian di dalamnya.

BACA JUGA: REKOMENDASI MOBIL LISTRIK DI BAWAH 100 JUTA, COCOK BUAT LO YANG MOBILITASNYA TINGGI!

DAMPAK MEDSOS

Di era teknologi komunikasi yang makin berkembang proses penyebaran informasi akan jauh lebih massif, masalahnya hal itu tidak sejalan dengan kemampuan masyarakat dalam literasi media sosial. Efek dari tren itu akan menyebar jauh lebih cepat dan dan tidak terfilter karena kecenderungan orang orang untuk membagikan informasi yang mereka sukai, bukan informasi yang benar. Inilah yang menjadikan hal tersebut tidak terfilter dengan baik.

Contohnya seperti yang dilakukan para aktivis internet di Indonesia  yang sempat ramai sekitaran tahun 2017 hingga 2020, yaitu usaha menjaga lingkungan terutama ekosistem kelautan dengan penggunaan stainless straw atau sedotan besi. Menurut argumen mereka bahwa dengan memakai sedotan besi akan menjaga ekosistem laut lebih baik, juga pemakaiannya yang bisa digunakan dalam jangka panjang. Padahal menurut data produksi stainless straw mempunyai limbah produksi yang jauh lebih besar dari sedotan plastik. Yah saya sih lebih baik menjadi tim langsung minum daripada memilih sedotan mana yang lebih layak pakai hehe….

REALISTIS

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa banyak cara yang bisa menjadi opsi untuk menjaga kesehatan lingkungan atau perubahan iklim ini. Sudah banyak penelitian yang menjelaskan bahwa hal hal yang berusaha menjadi alternatif mengurangi emisi karbon seperti berjalan kaki, bersepeda, atau angkutan umum sekalipun, malah memberikan hasil yang di luar dugaan, emisi yang tetap berlebihan dan malah meningkatkan kemacetan. Dalam kondisi ini sebenarnya bukan hanya teknologi dan perindustrian saja yang menciptakan emisi besar, populasi manusia pun ikut mempengaruhi dampak pada aspek kelingkungan. Inilah yang perlu menjadi perhatian besar, yang perlu dilakukan ialah bukan hanya sekedar mendorong sesuatu karena rasa “terkesan atau kagum” perlunya juga mengkritisi ide-ide tersebut agar aksi yang dilakukan tidak kontra-produktif. 

Walau sebenarnya tidak salah menjadikan mobil listrik atau penemuan lain untuk menjadi landasan pada kepedulian terhadap lingkungan, hanya saja bukan berarti itu satu-satunya cara. Jangan sampai kita malah jadi terjebak pada tindakan yang sia-sia, sehingga hal baik yang menjadi tujuan bisa terealisasikan dengan tepat. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khalid Asmadi

Seorang mahasiswa di jurusan Ilmu Komunikasi, katanya sih suka baca buku filsafat, cuma ga pinter pinter amat. Pengen jago ngegambar biar bisa bikin anime.