Di balik kecenderungan untuk bergosip, sebagian orang merasa terhibur dan mendapatkan jeda singkat dari kehidupan sehari-hari melalui gosip. Baca selengkapnya di bawah!
FROYONION.COM - Gosip, atau perbincangan mengenai orang lain merupakan kegiatan umum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa disadari, kita sering kali terlibat dalam sesi gosip, baik saat berkumpul dengan teman, istirahat makan siang di kantor, atau melalui interaksi di media sosial.
Orang cenderung suka gosip karena kebutuhan untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka tentang kehidupan orang lain. Apakah ini hanya kebiasaan atau terdapat alasan psikologis yang mendalam?
Menurut Psychology Today gosip seringkali melibatkan berbagi informasi negatif mengenai orang yang tidak hadir dalam percakapan. Topik gosip biasanya berkisar pada penampilan, pencapaian, atau perilaku seseorang.
Laman Psychology Today juga menyebut beberapa alasan psikologis mengapa orang suka bergosip, termasuk untuk meningkatkan ikatan sosial, sebagai pengalihan isu dari kehidupan sehari-hari, untuk membandingkan diri dengan orang lain, dan untuk mengumpulkan informasi.
Salah satu motif bergosip adalah sebagai bentuk balas dendam. Ketika seseorang tidak menyukai individu tertentu, mereka cenderung mencari orang lain yang juga memiliki pandangan serupa.
Percakapan kemudian fokus pada hal-hal negatif mengenai orang yang menjadi target, menciptakan rasa persatuan di antara mereka yang terlibat dalam gosip.
Adanya kepuasan psikologis juga dapat diambil dari gosip. Dalam kegiatan ini, seseorang dapat merasa memiliki kekuatan atau merasa lega karena merasa tidak seburuk orang yang menjadi bahan pembicaraan.
Orang yang mengetahui informasi rahasia orang lain merasa memiliki kekuasaan dan seringkali memberikan informasi tersebut untuk memperkuat ego mereka.
Salah satu alasan utama mengapa orang suka bergosip adalah untuk memperkuat ikatan sosial. Melalui berbagi informasi rahasia, saling menyusun kepingan puzzle kehidupan pribadi orang lain, dan pertukaran pendapat pribadi, hubungan sosial dapat menjadi lebih kuat.
Gosip memberikan platform untuk menyatukan orang dalam pembicaraan yang mendalam mengenai orang lain.
BACA JUGA: MENGATASI RASA HAUS ATENSI DI ERA MEDIA SOSIAL
Pengalihan isu juga menjadi alasan psikologis mengapa orang suka bergosip. Dalam situasi penat atau stres, gosip dapat menjadi istirahat singkat yang menyenangkan.
Mendengarkan cerita atau drama kehidupan orang lain dapat memberikan hiburan dan memungkinkan orang untuk mengalihkan fokus dari masalah pribadi mereka.
Perbandingan diri dengan orang lain juga menjadi motivasi bagi beberapa orang dalam kegiatan gosip. Dengan membahas kekurangan atau kesialan orang lain, seseorang dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Ini dapat membangkitkan rasa percaya diri dan memberikan validasi terhadap diri sendiri dengan menyadari bahwa ada orang lain yang mungkin menghadapi situasi yang lebih sulit.
Gosip juga dapat berfungsi sebagai sumber informasi. Dari percakapan ini, seseorang dapat belajar banyak mengenai lingkungan sosial, ekspektasi orang-orang, serta norma dan nilai yang ada.
Informasi ini dapat menjadi penting, terutama bagi mereka yang baru beradaptasi di lingkungan baru. Selain itu, gosip juga dapat berperan sebagai bentuk peringatan atau perlindungan terhadap situasi tertentu.
BACA JUGA: TEORI KONSPIRASI YANG MASIH SUBUR DI TONGKRONGAN, LO PASTI PERNAH NGOBROLIN INI
Gosip tidak hanya terjadi dalam kehidupan nyata, melainkan juga melibatkan interaksi di media sosial. Di kolom komentar, contohnya, gosip dapat mencapai tingkat yang lebih parah dan negatif.
Gosip di media sosial sering kali lebih berbahaya karena dapat menyebar dengan cepat dan memiliki dampak yang lebih luas.
Dalam kesimpulannya, gosip mungkin merupakan bagian alami dari interaksi tiap orang, namun perlu disadari bahwa aktivitas ini dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap individu yang menjadi subjek pembicaraan.
BACA JUGA: HARUSKAH KITA MENIRU ORANG LAIN ATAU JADI OTENTIK?
Pemahaman mendalam terhadap alasan psikologis di balik kecenderungan manusia untuk bergosip dapat membantu memahami dan mengelola perilaku ini secara lebih bijaksana.
Untuk itu, penulis sedikit melakukan wawancara dengan sejumlah anak muda mengenai fenomena gosip. Mereka merupakan pekerja kreatif di kawasan Gading Serpong, Kabupaten Tangerang. Mereka adalah Leo (20 tahun), Lia (22 tahun), dan Cindy (23 tahun).
Leo: "Gosip itu kayaknya udah jadi bagian dari kehidupan sosial ya. Kadang-kadang gak sadar udah nyambungin diri kita ke percakapan negatif tentang orang lain. Yang pasti, gosip bisa bikin hubungan antar teman jadi nggak sehat."
Lia: "Iya, betul banget. Seringkali kita gabung sama orang yang gak suka sama orang yang sama, terus jadinya percakapan fokus ke hal-hal negatif. Gak nyadar aja kadang kita ikutan nge-judge orang tanpa tahu cerita sebenarnya."
Cindy: "Gosip tuh gak cuma di kehidupan nyata, kan? Di sosial media juga banyak banget. Kolom komentar aja, sering kali isinya gosip yang makin negatif. Kayaknya makin lama makin parah ya."
Leo: "Dari yang gue lihat sih, kadang ada yang suka gosip buat balas dendam. Kalau gak suka sama seseorang, langsung cari temen yang juga gak suka dan mulai gosip. Kayaknya itu cara mereka nge-'vent' perasaan."
Lia: "Iya, atau mungkin juga karena orang suka merasa lebih baik ketika ngomongin kekurangan orang lain. Jadi kayak pembanding gitu, kan? Jadi merasa, 'Ah, setidaknya gak seburuk itu.'"
Cindy: "Dan gue rasa ada juga yang kayaknya seneng aja ngomongin orang karena merasa punya info rahasia. Kayak, punya kekuasaan gitu karena tahu sesuatu yang orang lain belum tahu. Kadang itu jadi bikin mereka ngerasa superior."
Leo: "Gosip di sosial media itu bisa lebih parah daripada di kehidupan nyata. Komentar-komentar yang isinya gosip bisa langsung nge-trigger emosi orang. Jadi bisa bikin lingkungan online jadi toxic."
Lia: "Iya, dan yang sering jadi korban itu kan orang yang lagi dibicarain. Dampaknya bisa sampe ke mental health mereka. Kita perlu lebih bijak di media sosial, nahan diri buat gak ikut-ikutan gosip negatif."
Cindy: "Tapi di sisi lain, gosip juga bisa jadi sumber informasi, kan? Meski kita perlu bijak, tapi dari gosip kadang kita bisa tau keadaan sosial di sekitar kita. Tapi emang, harus selektif dan gak langsung percaya gitu aja."
Jadi, sebagai fenomena yang nggak bisa kita hindarkan dalam kehidupan sosial, Gosip membawa dampak positif dan negatif. Meski bisa memperkuat ikatan sosial, di era media sosial, gosip juga dapat menjadi sumber toxic. Gimana menurut kalian? (*/)