Banyak mahasiswa Gen Z sekarang lebih memilih kegiatan luar kampus dibandingkan ormawa? Kenapa ya, Civs? Simak selengkapnya artikel berikut.
FROYONION.COM - Kebanyakan akhir-akhir ini kita temui di media sosial kayak Tik-tok, Instagram, hingga Twitter banyak tren anak muda di Indonesia khususnya para mahasiswa Gen Z membahas dan menggaung-gaungkan tentang “dark side” atau sisi gelap dari sebuah organisasi kemahasiswaan atau ormawa.
Tanpa mendiskreditkan organisasi mahasiswa manapun, sebenarnya masih banyak juga yang senang dengan kegiatan organisasi mahasiswa karena beberapa benefit-nya kok, Civs!
Namun, ada juga yang kurang menyukai ataupun nggak menikmati keterlibatan di berbagai organisasi di lingkungan kampus. Malah sebagian bahkan ada yang memilih untuk mengikuti kegiatan organisasi eksternal atau kegiatan di luar kampus. Kaya internship/ magang, community, beasiswa, Program Kampus Merdeka dan kegiatan sejenisnya.
Tapi kenapa sih malah sekarang banyak mahasiswa yang kurang minat untuk join oApa alasan anak muda Indonesia Gen Z lebih suka join organisasi eksternal atau rganisasi kampus (Ormawa) seperti BEM, HIMA, dan sebagainya, Civs?
kegiatan di luar kampus?
BACA JUGA: ORGANISASI KAMPUS VS PENGALAMAN KERJA: LEBIH PENTING YANG MANA?
Menyoal alasan anak muda Gen Z enggan gabung ormawa menurut pengamatan gue adalah karena cara pandang dan mindset mahasiswa sekarang lebih terbuka. Mereka enggan bergabung dengan organisasi mahasiswa yang mereka anggap kurang memiliki manfaat secara signifikan bagi pribadi mereka.
Para mahasiswa Gen Z cenderung nggak peduli tentang stigma atau anggapan menjadi mahasiswa ‘apatis’ atau mahasiswa ‘kupu-kupu’ alias kuliah pulang-kuliah pulang.
Selain itu, disiinyalir ada juga beberapa organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan beberapa partai politik dan mengusung isu-isu “titipan”. Maka dari itu, para mahasiswa menjadi kurang simpatik dan ogah gabung ke dalamnya.
Para mahasiswa Gen Z cenderung nggak mempan dengan idiom-idiom nasionalis dengan alasan maupun dalih-dalih perubahan, social control dan lain sebagainya. Mereka udah lebih paham adanya pihak-pihak tertentu yang punya agendanya sendiri dan malah mengelabui mahasiswa dengan tujuan kepentingan mereka sendiri.
Jika ditilik lebih cermat lagi, Gen Z sebenarnya malah memiliki sense of sensitivity lebih tinggi dan cenderung lebih aware terhadap permasalahan dan keadaan sosial saat ini.
Bersamaan dengan majunya teknologi informasi, anak muda Gen Z menjadi lebih kritis dan kreatif menyampaikan sebuah aspirasi melalui berbagai media, tanpa perlu adanya kecenderungan dari kelompok maupun organisasi manapun. Dan mereka juga nggak merasa harus berdemonstrasi atau unjuk rasa di jalanan dengan arogansi kemudian berlindung di bawah kelompok organisasi.
BACA JUGA: DEAR MABA, MENJADI MAHASISWA KUPU-KUPU GAK SEBURUK YANG MEREKA PIKIRKAN
Adanya anggapan bahwa kebanyakan organisasi mahasiswa itu memiliki sistem yang terlalu ribet dan kebanyakan kaderisasi. Hal ini juga menjadi faktor pemicu mengapa sebagian mahasiswa malas untuk mengikutinya.
Banyak dari teman-teman mahasiswa juga mengeluhkan di sosial media tentang kegiatan atau proker di beberapa organisasi mahasiswa itu yang asal-asalan atau nggak memiliki time management yang baik dan nggak terstruktur. Hal tersebut tentunya juga akan sangat mengganggu fokus perkuliahan.
Meskipun nggak di setiap organisasi kampus seperti itu tapi persepsi sejumlah besar para mahasiswa Gen-Z sekarang soal organisasi kemahasiswaan bisa dibilang udah bergeser. Ormawa dipandang kurang ‘seksi’ atau udah nggak lagi dilirik oleh sebagian mahasiswa sekarang.
Fenomena ini berbanding terbalik dengan kegiatan di luar organisasi mahasiswa seperti internship, program beasiswa, dan lainnya yang dirasa memiliki benefit yang lebih dibandingkan organisasi kemahasiswaan.
Contohnya dari mulai birokrasi atau sistem yang cenderung lebih sederhana dan lebih menjual karena bisa dihitung jadi pengalaman kerja, skill dalam dunia kerjapun juga ikut terasah. Selain itu, networking juga lebih luas. Dan setelah lulus, network yang luas bisa membantu cari kerja yang oke.
Join di organisasi luar kampus, kaya internship/magang atau kerja part-time juga dirasa lebih menguntungkan karena seringkali mendapatkan kompensasi atau uang saku serta bisa juga jadi pengalaman kerja di Curriculum Vitae lo nanti, Civs!
Nah, itu dia mungkin beberapa alasan mengapa mahasiswa sekarang lebih memilih kegiatan di luar kampus dibandingkan organisasi kemahasiswaan. Tapi, menurut lo gimana, Civs? Apa yang sebenarnya perlu dibenahi dari organisasi kemahasiswaan? Komen deh di bawah. (*/)