In Depth

5 KEBIASAAN BURUK YANG PERLU DITINGGAL DI DUNIA KERJA 2023

Tahun 2023 masih pake pola pikir dan cara kerja sama seperti tahun lalu? Lemah!! Saatnya membangun positive attitude untuk karier dan hidup lebih baik…

title

FROYONION.COM - Selamat tahun baru teman-teman semua! Gimana hari-hari awal di tahun 2023? Masih dengan kegalauan yang sama? Waduh, kalau soal cinta-cintaan, nyerah deh, itu mah enggak ada obatnya kayaknya. Tapi, kalau soal dunia pekerjaan, ubah-ubah yuk, biar tahun ini maju, enggak mengalami kebangsatan yang sama seperti di tahun 2022. 

Mungkin selama ini lo nggak sadar, apa yang sering lo lakukan selama kerja bikin nggak nyaman orang sekitar lo. Dengan dalih kesehatan mental, tapi bikin mental orang lain sakit, makes sense nggak sih kalau gitu?

So, mumpung tahun baru, mari kita sama-sama membangun positive attitude kerja di 2023. Apa aja nih kebiasaan kerja yang kudu kita ubah, Civs?

1. OGAH MENGHIDUPKAN KAMERA SAAT MEETING ONLINE

Semestinya yes, kita kudu memaksimalkan fitur-fitur yang ada untuk membantu proses kerja. Misalnya nih, ketika Google Meet atau zoom meeting, lo masih suka matiin kamera enggak? 

Kalau misalnya punya alasan urgent, ya nggak masalah sih. Tapi, kalau lo matiin kamera hanya karena mager, itu bukan alasan profesional sih. Apalagi rekan kerjamu atau calon klien menghidupkan kamera, itu kan namanya nggak adil.

Btw, ini sering terjadi ketika proses wawancara antara HR dengan kandidat, di mana kandidat menghidupkan kamera, sedangkan HR-nya enggak menghidupkan kamera samsek. Nah, buat lo yang baca tulisan ini dan kebetulan lo bekerja di departemen rekrutmen, kurang-kurangin dah kebiasaan kayak gitu. 

2. TIDAK MEMASANG FOTO PROFIL WHATSAPP

Buat kaum yang ogah memasang foto profil di WhatsApp atau si nge-hide foto profil ke nomor-nomor tertentu atau ke nomor yang nggak dikenal… Oke deh kalau lo menggunakan format ginian untuk seseorang dengan alasan pribadi. Tapi, ketika lo sedang approach seseorang untuk kerja sama, dan lo nggak memasang profil foto? Apakah itu ideal untuk dilakukan?

Secara momen lo mengirimkan pesan ke orang tersebut, dia kagak tahu tampang lo itu bijimane. Seenggaknya dengan ada foto profil, dia punya bayangan kalau penampakan lo itu seperti apa. Pun, misalnya kalian sudah terkoneksi di LinkedIn, kemudian, obrolan berlanjut di WhatsApp, idealnya pasanglah foto, supaya ketika chit-chat dia enggak hanya memandang kehampaan.

3. NGE-READ DOANG, TAPI ENGGAK BALES

Dengan alasan personal, yang dibaca notif-nya aja, sedangkan pesannya diabaikan. Ini sering terjadi pada kaum-kaum yang mematikannya centang biru WhatsApp-nya. Kesehatan mental, sibuk, sengaja ngelama-lamain untuk membalas karena merasa nggak penting, atau lari dari “keharusan” membalas?

Oh ya, ini sering dilakukan HR ke kandidat yang sudah menjalani proses wawancara, tes, yang kemudian dijanjikan yes atau no akan dikabarin, ternyata HR seperti gebetan juga yang hobinya nge-ghosting. Yuk, di 2023 ini kurang-kurangin ghosting-in anak orang—entah itu urusan asmara ataupun urusan pekerjaan.

Kalau lo memang enggak sreg dengan kandidat tersebut dan setelah wawancara dan tes plus segala macamnya itu, deseu nggak masuk kriteria lo, have some guts-lah untuk bilangin kalau dia tidak diterima. 

IMHO, budaya ghosting ini jelek banget lho, kalau dengan alasan “tidak membalas” adalah jawaban, apa jadinya dunia bila seluruh umat manusia melakukan hal yang sama seperti ini? BTW, ini tidak hanya berlaku ketika proses perekrutan saja ya, tapi juga kerja sama dengan klien.

4. MUDAH MEMBATALKAN JANJI

Ketika dunia belum dikuasai digital dan janji pertemuan dilakukan dengan memegang omongan saja, betapa setianya manusia dengan kata-kata. Lha sekarang, karena mudahnya komunikasi, kite-kite jadi kurang memegang janji. “Ah…gampang kok, tinggal di WhatsApp aja kalau dimundurin…” begitu kira-kira. 

Yuk bisa yuk, enggak jadi orang yang gampang membatalkan janji, mengundurkan rencana, dengan alasan yang sebenarnya enggak urgent-urgent banget.

5. MENILAI ORANG HANYA DARI PENAMPILAN

Kalau lo pernah lihat video TikTok yang baru-baru ini FYP tentang seorang cewek yang mendapat perlakuan buruk di gerai kosmetik kenamaan di salah satu mall andalan di Jakarta, Konon die mendapat perlakukan enggak menyenangkan karena penampilannya yang seadanya.

Ceritanya dia nyamperin gerai kosmetik tersebut, karena mau beli lipstiknya yang harga ratusan ribu itu. Seperti biasa yes, sebelum membeli, dianya nyoba-nyoba dulu. Tapi, karena penampilannya B aja dan mungkin nggak terlihat “mahal”, penjaga gerai enggak memperlakukan dia dengan baik, malah dijutekin. 

Manusiawi memang untuk lihat orang dari penampilan, tapi lebih manusiawi lagi kalau kita tidak memandang orang dari penampilannya. Intinya, kurang-kurangin sikap snob. Kita hanyalah debu dan tanah yang pada akhirnya akan kembali ke tanah. Dih, kok jadi reliji gini yak!

Intinya tuh ya, kita enggak pernah tahu dengan siapa kita akan berkolaborasi dan bekerja sama di masa depan, jadi memperbaiki attitude dan manner itu penting. Jangan cuma skill doang yang diasah, inner beauty juga perlu diperbaiki. 

Siap menjemput karier cemerlang di 2023? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ester Pandiangan

Penulis buku "Maaf, Orgasme Bukan Hanya Urusan Kelamin (2022)". Tertarik dengan isu-isu seputar seksualitas.