In Depth

3 HAL YANG LEBIH DIBUTUHIN ANAK MUDA DIBANDING IKN VERSI AHLINYA

Dengan kondisi Jakarta yang terlanjur mustahil dibenahi lagi, proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) emang penting. Tapi ada 3 isu lain yang nggak kalah penting yang justru lebih urgent.

title

FROYONION.COM - Menurut lo anak muda di kalangan Gen Z ataupun Millennial, proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Baru di Kalimantan gimana? Apakah proyek ini sebenarnya benar-benar dibutuhkan oleh bangsa Indonesia sekarang ini atau sebenarnya cuma jadi ambisi tanpa alasan kuat dari pemerintah? 

Sebagai informasi buat lo, IKN Nusantara bakal digarap di atas daratan seluas 256.142 hektar dan perairan laut seluas 68.189 hektar. Payung hukumnya pun sudah diteken pada 15 Februari lalu dalam UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN. 

Pembangunan sudah dimulai dari 2022 dan diharapkan rampung seutuhnya pada 2045 saat peringatan kemerdekaan Indonesia ke-100 nantinya. 

Nah, biaya pembangunannya diperkirakan bakal mencapai Rp466 triliun. Presiden Joko Widodo pada Agustus kemarin pun sempat menjanjikan kalau hanya akan memakai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 20 persen, sisanya dari investor ataupun metode crowdfunding lainnya. 

Gue pun coba ngobrol dengan ahli ekonomi yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira terkait gimana anak muda harus melihat isu pembangunan IKN ini. 

"Proyek IKN ini bisa jadi beban yang diwariskan lintas generasi. Makanya anak-anak muda perlu mengkritisi proyek yang sebenarnya belum urgent," kata Bhima saat berbincang, Selasa (6/12).

BACA JUGA: KENAPA BANYAK PEKERJA MEMILIH PINDAH DARI KOTA BESAR?

Menurut Bhima, sebenarnya dana yang bakal digunakan buat menggarap proyek IKN itu bisa digunakan untuk beragam kebutuhan produktif yang lebih urgen sekarang ini. Apalagi yang bermanfaat bagi anak muda karena mereka yang paling berpotensi merasakan dampak dari proyek itu kalau-kalau ada kegagalan. 

Dia menjabarkan ada tiga isu yang punya urgensi lebih tinggi buat diselesaikan pemerintah lewat dana tersebut: 

1. Stimulus UMKM agar bisa berkembang

Di masa sekarang ini, lo harus sadar juga Civs kalau banyak anak muda yang menggeluti bisnis UMKM. Maka dari itu, sebenarnya bantuan langsung dari pemerintah di sektor bisnis ini seharusnya bisa jadi digencarkan sama pemerintah. 

Fyi, UMKM di Indonesia jadi salah satu lini bisnis perekonomian yang cukup terdampak pandemi Covid-19. Banyak dari mereka yang empot-empotan buat bertahan selama masa krisis ekonomi sekarang ini. Ragam kesulitan yang dihadapi pun juga bervariasi, mulai dari gaji pekerja, pengeluaran tetap, pembayaran utang usaha, pembayaran tagihan, dll. 

Hal itu nggak lepas dari daya beli yang semakin menurun selama krisis sehingga UMKM menghadapi masalah non-keuangan seperti berkurangnya pesanan, sulitnya distribusi, hingga perolehan bahan baku. 

BACA JUGA: 4 HAL YANG BIKIN LO MERASA BERSYUKUR BISA BEKERJA DI IBUKOTA

2. Pengendalian harga barang sehingga lebih terjangkau

Akibat krisis ekonomi yang terjadi pasca pandemi, beberapa harga barang pun mengalami kenaikan beberapa waktu terakhir. Banyak juga sih kalau lo peka yang jadi pemicunya, misalnya perang antara Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan harga komoditas melonjak. 

Nah, lonjakan harga ini juga berpengaruh banget sama kehidupan anak muda era sekarang. Buat memenuhi kebutuhan sehari-harinya mereka jadi harus berpikir dan kerja ekstra supaya bisa menutupi kenaikan harga yang nggak diikuti kenaikan upah secara signifikan. 

Memang sih, pemerintah sudah mengeluarkan beberapa 'jurus' buat menghadapi situasi krisis itu. Mislanya bantuan langsung tunai. Tapi sektor ini dianggap sama Bhima harus dapat perhatian lebih sekarang ini soalnya lebih urgen buat diselesaikan.

3. Ketersediaan lapangan pekerjaan

Nah, hal urgen yang terakhir ini berkaitan dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang mendorong persaingan kerja jadi makin kompetitif. Kalau kita merujuk ke data yang diterbitkan sama Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2022 kemarin Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 5,83 persen atau 8,4 juta orang. 

Memang sih, jumlah ini masih kalah banyak sama waktu Covid paling ganas-ganasnya di tanah air pada Agustus 2020 dimana TPT meningkat drastis ke level 7,07 persen atau 9,77 juta orang yang menganggur. 

Data-data itu menunjukkan kalau masalah pengangguran di Indonesia itu benar adanya. Lo pun harus jadi pintar-pintar merancang strategi ketika berkarir sekarang-sekarang ini Civs. Nah, peran pemerintah buat ningkatin potensi masyarakat secara utuh juga seharusnya jadi hal yang lebih diperhatikan buat saat ini. 

"Risiko buat anak muda, dana proyek IKN harusnya bisa digunakan untuk penciptaan lapangan pekerjaan di sektor produktif justru banyak terbuang. Proyek IKN juga berisiko jadi proyek mangkrak," jelas dia. 

Nggak cuma itu, salah satu yang bakal secara nyata dirasakan adalah kenaikan pajak. Mengingat nggak semua pembiayaan IKN itu berasal dari investor dan crowdfunding, maka akan ada biaya negara yang turut digelontorkan.

Jika negara terus berutang dan tidak bisa memenuhi kewajibannya untuk pembayaran, maka pemerintah bisa saja menaikkan pajak untuk mengerek pembayaran tersebut. Itu jadi salah satu pandangan Bhima tentang dampak langsung pembangunan IKN jika bermasalah nantinya kepada anak muda.

BANYAK FAKTOR PERLU DIPERTIMBANGKAN

Bukan tanpa sebab Bhima memandang keberhasilan proyek ini dari sudut pandang pesimistis. Menurut doi, langkah yang paling rasional buat diambil pemerintah sekarang ini memang menghentikan atau menunda penggarapan IKN Nusantara.

Gembar-gembor soal padatnya minat investor di IKN Nusantara pun riuh terdengar belakangan ini. Orang nomor satu di RI itu mengklaim kalau sekarang ini investasi di sana sudah over-subscribed hingga 25 kali lipat.

Wedeeh, itu seharusnya bikin kita anak muda tenang kan ya. Seharusnya nggak bakalan ada warisan utang gara-gara proyek IKN ini bermasalah nantinya. 

Tapi benar nggak tuh lo harus tenang-tenang aja sekarang ini? 

Media Singapura The Straits Times mengulas tentang rencana pembangunan proyek IKN dengan tulisan bertajuk ‘Ambitious plans to build Indonesia brand new capital city are falling apart. Mereka pun menyebut kalau proyek tersebut sebagai sebuah ambisi. Selain itu, ada beberapa masalah yang dinilai bisa timbul dari pembangunan proyek itu. 

Media ini turut menyoroti tidak adanya penandatangan kontrak untuk mengikat komitmen investasi di sana. Situasi itu dianggap nantinya bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. 

Ada beberapa alasan menurut Bhima.

Pertama, Bhima menyoroti ancaman resesi itu sebagai hal yang nyata. Apalagi, banyak negara-negara besar yang sudah menghadapi resesi itu sendiri. 

Belum lagi situasi ekonomi global yang turut mempengaruhi keadaan di Indonesia. Sehingga inflasi hingga suku bunga yang terus meningkat. Dampaknya apa? Dari sisi investasi, mereka akan memilih buat menempatkan aset-aset di sektor yang aman.

Balik lagi ke poin pertama, masih ada ketidakpastian dari penggarapan IKN tersebut meski sudah punya payung hukum berupa UU. 

"Dibandingkan berspekulasi di proyek yang bahkan tahap pembangunannya aja belum dimulai. Investor juga akan memilih proyek-proyek yang lebih aman dibandingkan masuk ke IKN," ucapnya. 

Kedua, situasi ekonomi yang nggak pasti sekarang ini berdampak banget sama proses realisasi proyek tersebut. Pembangunan, kata dia, akan memakan waktu yang lebih lama. 

Selain itu juga pemerintah perlu melakukan kalkulasi secara tepat terhadap penempatan penduduk yang ideal ke lokasi baru itu sehingga sesuai ekspektasi kita. 

Satu alasan terakhir menurut Bhima adalah karena realisasi investasi di Indonesia sangat kecil. Boleh saja pemerintah mengklaim kalau minat investasi tinggi, tapi selama ini komitmen cuma jadi sebatas komitmen tanpa realisasi. 

Itu sih, kata Bhima, bisa kita pelajari dari investasi yang sudah-sudah. 

Bhima mengingatkan pemerintah kalau nilai investasi yang mangkrak (setidaknya sampai Oktober 2022) itu sebesar Rp708 triliun. Bayangin cuy, nilai sebesar itu nggak jadi terealisasi padahal mungkin sudah dipersiapkan buat membangun sesuatu. 

"Investor punya komitmen, tapi nggak dilakukan realisasi. Apalagi proyek IKN," jelasnya. "Risiko dari berlanjutnya proyek IKN ini dirasa sangat tinggi bagi investor."

Nah makanya, balik lagi nih sebagai anak muda kira-kira lo siap nggak buat terima skenario terburuk dari gagalnya proyek IKN? Mengutip lagi kata Bhima di perbincangan gue di atas itu: IKN bisa jadi beban lintas generasi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!