Design

CARI CIRCLE YANG ENAK BUAT SHARING DESAIN, YANG BISA JELEK-JELEKIN HASIL DESAIN LO!

Proses kreatif seorang desainer grafis nggak sederhana. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Termasuk saat menerima masukan. Tapi ingat, bukan sembarang masukan!

title

FROYONION.COM - Semenjak gue bekerja di Digital Agency, akhir-akhir ini gue mulai penasaran dan mulai suka sama proses dari sebuah desain kreatif.

Gue yang notabenenya seorang penulis biasanya mencari ide hanya melalui bacaan-bacaan, podcast, dan sebagainya. Lain halnya dengan seorang desainer yang menurut gue proses dalam mencari dan membuat sebuah desain complicated banget.

Untungnya ada Akmal, partner satu kantor gue berbaik hati mau menjelaskan mengenai bagaimana ia memulai proses desain hingga ia berbaik hati berbagi tips bagi para orang-orang yang ingin terjun di dunia desain.

Cerita ini dimulai di suatu sore yang tenang di sebuah taman kecil kantor kami. Akmal sharing terkait pengalamannya sebagai seseorang yang kuliah di jurusan Desain Grafis dan juga sebagai seorang senior gue, karena ia termasuk orang yang udah cukup lama menjadi seorang desainer di kantor gue.

 

PROSES SEBELUM MULAI DESAIN

Akmal memulai cerita ini dengan bagaimana ia memulai proses sebelum desain. Ternyata saat proses menulis ataupun proses desain salah satu hal yang pertama dilakukan adalah brief.

“Dimulai dari brief, pahami brief dari Client dan atasan. Kalo belum jelas briefnya tanyain lagi ke Client, ini akan mempermudah proses desain supaya lebih lancar dan (lebih) cepat” Tutur pemuda yang kini berprofesi sebagai seorang Graphic Designer di sebuah Digital Agency.

Setelah memahami brief dengan jelas, maka proses selanjutnya adalah riset. Menurut Akmal, riset ini nggak melulu harus melalui internet, bisa melalui wisata visual alias jalan-jalan ke museum, pameran, dan lain sebagainya.

Nah, jika dua proses di atas dirasa udah cukup barulah memulai proses desain!

 

PROSES SAAT MENDESAIN

Akmal menuturkan bahwa saat memulai proses desain langkah pertama adalah membuat mind mapping. Ia menuturkan bahwa mind map itu penting banget! 

Mind map ini berguna agar desainer menemukan sebuah keyword. Mungkin Bahasa sederhana perlu adanya mind map adalah agar para Desainer tidak off track dalam mendesain.

Kemudian proses selanjutnya adalah membuat moodboard. Jadi, moodboard itu lebih ke langkah dalam pemilihan warna, gambar, tone warna, elemen visual. Bagi yang kurang paham mengenai moodboard, bahasa sederhana dari moodboard adalah referensi dalam satu papan.

“Sebenernya moodboard itu yang paling bagusnya adalah ya lo print. Supaya lo pajang deket lo ketika lo mendesain supaya lu bisa melihat gitu, (jadi) nggak asal dikumpulin gitu. Jadi moodboard itu sebagai guideline dalam mendesain” kata Akmal.

Setelah itu barulah masuk ke proses sketsa awal. Untuk bagian ini, Akmal menjelaskan bahwa sketsa itu tergantung output apa nantinya. Sketsa bisa dalam bentuk storyboard kalau output-nya video, bisa dalam bentuk sketsa pensil jika output-nya nanti ilustrasi atau logo.

Setelah proses sketsa awal selesai, lalu masuk ke tahap selanjutnya, yakni proses digitalisasi. Saat proses digitalisasi ini bergantung pada moodboard yang telah dipilih tadi.

Jika proses digitalisasi telah selesai maka hasilnya dipresentasikan ke client, kalau ada revisi dari client atau atasan ya direvisi lagi. Dan jika hasilnya sudah “ok” maka masuk proses finalisasi.

Proses finalisasi/final artwork ini berbeda-beda, tergantung media yang akan digunakan. Semisal hasil desain itu untuk keperluan sosmed, maka finalisasinya hasil desain itu dishare ke tim sosmed agar bisa segera di-upload ke sosial media.

Oh, iya, kata Akmal ternyata dunia desain itu masih luas! Ia menambahkan juga bahwa dunia desain itu bukan hanya branding dan logo aja, masih ada motion graphic, magazine, ads video, dan masih banyak lagi. Tergantung media apa dan output seperti apa yang akan digunakan.

Selain ngobrolin seputar desain, gue juga penasaran sama si Akmal ini, gue nanya-nanya jugalah kenapa sih doi suka banget sama dunia desain.

 

ALASAN SUKA DAN TERJUN KE DUNIA DESAIN GRAFIS

“Awalnya gue nggak tau dunia desain, yang gue tau dari dunia desain itu hanya (dari) YouTube, Kayak (nonton) video cinematic, dan lain-lain.” Ungkap Akmal.

Namun, ternyata ekspektasi dunia desain tak seperti yang ia bayangkan. Saat kuliah desain untuk pertama kali, ternyata cukup jauh dari yang ia bayangkan.

Selain itu, motivasi Akmal masuk jurusan desain karena saat itu di tahun 2017 cukup banyak YouTuber-YouTuber yang yang background-nya DKV. 

Setelah Akmal terjun dan mulai mendalami dunia desain, ia menemukan rasa cintanya ke media yang konvensional seperti media cetak, kertas, layoutbranding, dan pembuatan logo.

Alasan Akmal lebih suka ke media konvensional seperti itu, karena saat melakukan proses desain seperti yang sudah disinggung di awal tulisan tadi, ia merasakan sebuah journey atau petualangan.

Anjir gue harus riset dulu maknanya, apa yang mau gue angkat, kenapa gue mau ngangkat ini, kenapa gue mau masukkin elemen-elemen tertentu pada branding-nya, gitu kan. Itu ada ceritanya, jadi gue seru (suka) aja.” Ungkap Akmal.

Selain itu, Akmal juga menuturkan kalau semua hasil digital yang telah ia buat lalu di-print, ada kesenangan tersendiri dalam dirinya ketika memegangnya.

Selain ngebahas hal-hal di atas, di akhir obrolan gue dan Akmal, ia juga menyelipkan beberapa pesan bagi orang yang ingin terjun ke dunia desain.

 

PESAN BUAT LO YANG INGIN TERJUN KE DUNIA DESAIN

“Biasanya yang sering ditanyain anak DKV itu adalah (bagaimana) cara nemuin style, cara nemuin taste, cara supaya desain kita bagus gitu, kan,” kata dia.

Menurutnya semua itu tergantung pada diri kita sendiri, seberapa banyak kita berlatih, seberapa banyak kita melihat referensi yang bagus.

“Yang di awal gue bilang (tadi) wisata visual itu tujuannya bukan hanya untuk meriset nanti ke desain kita nanti, tapi sebagai perbendaharaan desain di otak kita gitu,” imbuhnya.

Lanjut Akmal menuturkan bahwa dulu dosennya pernah menjelaskan mengenai teori 10 ribu jam. “Dulu dosen gue bilang ada teori 10 ribu jam, makin banyak dan makin sering lo ngelakuin hal yang lo lakuin lo (bakalan) ahli di bidangnya,” terang Akmal mengenai teori 10 ribu jam.

Namun, teori 10 ribu jam ini bukan hanya berlaku dalam dunia desain, ini juga berlaku bagi semua aspek, karena semakin sering lo berlatih melakukan hal yang lo suka, lo bakalan ahli di bidang tersebut. Kata sederhananya adalah lo harus terus konsisten melakukan hal yang lo suka agar ahli di bidangnya.

Kemudian pesan Akmal selanjutnya yaitu banyak-banyakin melihat desain yang bagus. Apalagi sekarang udah banyak banget hasil-hasil desain bagus yang dapat dilihat di sekitar, kayak di iklan-iklan baliho yang sering ditemuin kalau lagi jalan keluar rumah.

Kalau di internet lebih banyak lagi hasil-hasil desain bagus yang bisa dilihat, kayak website-website portofolio seperti BehanceDribblePentagramAds of The World, dan website-website lain semacamnya.

Selanjutnya, ia juga memberi pesan agar memperbanyak sharing seputar desain sama temen-temen lo yang juga belajar desain. “Coba cari sirkel lo yang enak buat sharing soal desain, yang bisa jelek-jelekin hasil desain lo. Ibaratnya ngasih masukkan ke desain lo.” 

Karena menurut Akmal, kalau lo sharing hasil desain ke orang awam ya bakal bilang bagus-bagus aja, beda halnya kalau lo sharing hasil desain sama orang yang ngerti desain juga, bisa jadi berbeda hasilnya di mata mereka.

Nah, jadi itulah sedikit obrolan antara gue dan Akmal mengenai dunia desain. Yang dapat gue ambil pelajaran dari obrolan gue dengan Akmal sore itu adalah konsisten kunci dari segalanya.

Di tulisan gue sebelumnya pun gue sempat menyinggung mengenai konsisten adalah kunci gue bisa menjadi seorang penulis. Begitupun di tulisan ini, Akmal pun menyinggung mengenai konsisten dengan mengutip teori 10 ribu jam dari dosennya.

Jadi buat lo nih yang ingin berhasil dan ahli di bidang yang sekarang lo geluti, kuncinya cuma satu, yaitu konsisten! Semangat! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rifky Aritama

Pencari cuan lewat tulisan, content writer di sebuah digital agency