Creative

TRIBUTE TO RENDRA: RINDUNYA PERISTIWA KEBUDAYAAN DAN EKOSISTEM KESENIAN YANG SEHAT

Sastra Pare menginisiasi helatan "Tribute to Rendra" untuk mengenal lebih jauh W.S. Rendra dan karya-karyanya.

title

FROYONION.COM - Sebagai warga Kediri, saya sangat begitu senang ketika melihat ekosistem kesenian yang semakin sehat dan banyak wajah-wajah baru, khususnya anak muda yang di luar radar saya. Bahkan beberapa seniman senior pun terlihat memberikan ruang untuk anak muda tampil dalam beberapa helatan yang diadakan oleh seniornya.

Mungkin inilah proses yang harus dilalui dalam menghidupkan ruang-ruang yang dulunya mati dan rusak, dengan merangkul anak-anak muda yang tertarik dengan kesenian. Proses merangkul ini terbilang berhasil ketika Sastra Pare menginisiasi helatan "Tribute to Rendra", karena banyak sekali anak muda yang hadir saat itu, bahkan mayoritas yang hadir adalah anak muda.

Helatan yang diadakan pada 6 Agustus 2023 di Pendopo Pare bertepatan pada W.S. Rendra dikebumikan. Mungkin hal inilah yang membuat beberapa pegiat sastra maupun seniman tergerak untuk mengikuti helatan yang diinisiasi oleh Sastra Pare.

Selain itu, "Tribute to Rendra" berhasil mengajak masyarakat serta anak muda untuk mengenal lebih jauh W.S. Rendra dan karya-karyanya, serta sebagai jantung sastrawan Indonesia. Dalam helatan "Tribute to Rendra" juga mengajak beberapa penampil seni, tepatnya kolaborasi antara komunitas dan individu di Kediri.

BACA JUGA: WIDAYAT, SEORANG MAESTRO YANG SEDANG BERJUANG UNTUK EKSISTENSI KETOPRAK RADIO DI YOGYAKARTA

Penampilan Sanggar Pankreas di helatan "Tribute to Rendra"
Penampilan Sanggar Pankreas di helatan "Tribute to Rendra". (Sumber foto:  Anwaril Jalali)

Komunitas maupun individu yang jadi penampil di "Tribute to Rendra" ada Sastra Pare, Zinau, Amoeba, Sang Sembung, Halaman Baca, Teater Kanda, Rumah Anak Bangsa, Sanggar Pankreas, Pare Street, Fahmi Lazarus, Yusuf Kun, Farid Muhammad, dan Dzikron Rachmadi. Sedangkan karya-karya seni yang disuguhkan mulai dari Pertunjukan Tari Kontemporer, Pantomim, Musikalisasi Puisi, Tari Kreasi, Deklamasi Puisi, Dongeng Musikal, Kirim Puisi Bersama, serta Musical Performance. 

Selain banyak yang mencintai Rendra, rindu akan peristiwa kebudayaan yang sempat vakum karena pandemi melanda, serta banyaknya ragam karya seni yang disuguhkan inilah yang menarik publik dan anak muda untuk hadir di helatan ini.

Farid Muhammad yang menampilkan karya seni Pantomim di helatan "Tribute to Rendra"
Farid Muhammad yang menampilkan karya seni Pantomim di helatan "Tribute to Rendra". (Sumber foto: Anwaril Jalali)

Seperti halnya Hafis, salah satu mahasiswa di Blitar yang menyempatkan hadir di sela-sela libur kuliahnya. Menurut Hafis yang lebih dulu hadir ketimbang saya ini, Ia mengaku sangat rindu akan helatan kebudayaan seperti ini, meskipun masih sebagian komunitas ataupun individu yang berhasil di rangkul, tapi awal yang bagus dan di konsep sangat rapi.  

Ia juga mengatakan selain rindu akan peristiwa kebudayaan, "Tribute to Rendra" menurutnya berhasil mencontohkan bentuk kerukunan antar komunitas dan masyarakat, tanpa adanya mengkotak-kotakkan cabang kesenian.

"Bagiku "Tribute to Rendra" sangat bagus. Selain saya rindu, melalui helatan ini saya bisa melihat tumbuhnya ekosistem kesenian yang semakin sehat, tanpa adanya yang mengkotak-kotakkan," kata Hafis yang ketika itu duduk sambil ngerokok disamping saya, Minggu, 6 Agustus 2023.

"Ya, meskipun membutuhkan proses yang lama, tapi semoga saja hal-hal yang positif dari "Tribute to Rendra" ini bisa menular tak hanya di Kediri, tapi bisa sampai di daerah-daerah tetangga", tambah Hafis.

Saya pun ikut terpukau akan helatan ini, bahkan sampai acara selesai, tanpa sadar perut saya sudah mengajak untuk pulang lalu makan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ricky Alfandi

Content writer, freelance jurnalist, suka musik dan suka nonton konser.