Gerakan siberkreasi beberapa waktu yang lalu menggelar acara di Surabaya dengan pemateri Edho Zell dan Ida Ayu Prasasti. Acara ini digelar sebagai wujud dukungan bagi para content creator. Seperti apa acaranya?
FROYONION.COM - Industri media kreatif digital berkembang pesat semasa pandemi hingga sekarang ini. Kemajuan ini ditandai dengan lahirnya banyak content creator yang juga merangkap sebagai influencer di berbagai platform media sosial. Melihat potensi ini, pemerintah yang berkolaborasi dengan banyak pihak, menciptakan wadah bagi komunitas dan pegiat literasi digital bernama siberkreasi.
Froyonion melalui kontributornya di Surabaya, berkesempatan menghadiri salah satu acara yang diadakan oleh siberkreasi di Vasa Hotel. Acara dengan hashtag #bedagapapa dan #makincakapdigital ini menghadirkan dua narasumber yang sudah banyak makan asam garam di dunia content creator yaitu, Edho Zell (CEO Social Bread dan influencer) juga Ida Ayu Prasasti (Ketum Into The Light Indonesia dan podcaster).
Acara yang diselenggarakan pada tanggal 6 Mei lalu, dari pagi hingga sore hari ini, berlangsung seru dan menghibur. Banyak ilmu yang dibagikan di sini dengan cara yang anti mainstream. Salah satunya melalui game-game seru yang memberi kami gambaran soal formula umum dari konten viral. Sekaligus juga untuk melatih dan menguji kreativitas kami dalam berinovasi dan berpikir secara kreatif.
Sesi pertama dalam acara ini diisi oleh Ida Ayu Prasasti yang merupakan Ketum 'Into The Light Indonesia' (intothelightid.org). Organisasi 'Into The Light Indonesia' sendiri merupakan organisasi yang dibentuk dengan tujuan buat memberi edukasi soal pencegahan bunuh diri. Sebelum memulai, para peserta diajak buat melenturkan tubuh dengan olahraga ringan untuk menjaga semangat.
Pada sesi ini, Kak Sasti memberi edukasi mengenai pondasi utama yang perlu dimiliki sebagai content creator. Seorang content creator bisa dibilang sama halnya dengan pengguna internet lainnya. Dan sebagai pengguna internet, ada setidaknya empat pilar yang harus kita terapkan saat menggunakan internet.
Empat pilar yang dimaksud berupa Cakap, Aman, Budaya dan Etika yang disingkat dengan CABE. Cakap di sini maksudnya kita mesti mengenal perangkat elektronik yang kita gunakan buat mengakses internet. Selain itu kita juga mesti paham betul mengenai platform-platform digital yang ada sekarang ini.
Sementara itu, Aman menekankan kita agar memperhatikan keamanan saat kita menggunakan internet. Jangan sampai kita mengalami kebocoran data pribadi yang bisa disalahgunakan. Kak Sasti membagikan beberapa tips untuk menjaga keamanan data kita saat menggunakan internet, antara lain seperti:
Selanjutnya adalah Budaya yang dimaksudkan agar saat kita menggunakan internet, entah untuk memposting ataupun berkomentar, kita dapat mencerminkan karakter dari bangsa Indonesia. Pilar yang satu ini erat kaitannya dengan pengamalan kelima sila dari Pancasila.
Lalu yang terakhir adalah Etika yang artinya saat kita menggunakan internet, kita dapat menjaga etika seperti yang kita terapkan di dunia nyata. Teori sederhana untuk penerapannya adalah: jangan lakukan apa yang tidak ingin orang lain lakukan kepadamu.
Keempat pilar CABE ini dapat kamu akses dan pelajari secara gratis dengan mengunjungi linktr.ee/4pilarcabe. Di situ disediakan modul hingga klip video yang bakal memudahkanmu buat mempelajari literasi digital secara lebih terperinci.
Setelah istirahat dan makan-makan, kami melanjutkan sesi kedua dengan pemateri Edho Zell yang tentunya sudah tidak asing lagi di telinga para penonton Youtube. Di siberkreasi, Edho Zell berperan sebagai waketum yang bertugas memberi edukasi bagi para content creator.
Sesi dimulai dengan Kak Edho menjelaskan apa arti dari konten viral. Lewat bantuan layar slide, Kak Edho menjelaskan bahwa konten viral bukanlah konten yang meledak dalam sekali waktu saja. Pengertian konten viral yang diusung Kak Edho tak hanya bersifat momentum atau sementara saja. Melainkan juga konten viral yang mampu bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Secara garis besar, pengertian konten viral tersebut adalah konten yang akan mempertemukanmu dengan audience yang baru. Sehingga mampu membantumu untuk mengembangkan komunitas audience yang menyukai konten buatanmu
Agar lebih mudah dipahami, Kak Edho memberi gambaran yang menarik. Anggaplah ada seribu orang yang menyukai Jisoo Dance karena sempat viral di media sosial.
Dengan memasukkan Jisoo Dance dalam kontenmu–tentunya dengan cara sekreatif mungkin–dan menyertakan hastag tentang itu, kemungkinan pihak platform digital akan merekomendasikan kontenmu kepada mereka yang menyukai Jisoo Dance. Meskipun sebelumnya mereka sama sekali tidak mengenal kontenmu dan kontenmu tak pernah membahas soal Jisoo sama sekali.
Melihat gambaran tersebut, itu artinya salah satu faktor untuk membuat konten viral adalah dengan memanfaatkan apa yang sedang trending. Sebab dengan begitu konten buatanmu bakal terlacak dengan mudah oleh para audience. Untuk mengetahui apa saja yang sedang trending, kamu dapat memanfaatkan Google Trends.
Tak hanya soal keahlian dalam memanfaatkan trending, membuat konten viral juga soal memahami apa yang dibutuhkan audience kamu. Dengan begitu kamu dapat membuat konten yang isinya memberi solusi atau jawaban bagi kebutuhan para audience tersebut.
Kka Edho juga menjelaskan bahwa semua konten yang dibuat itu bersifat story telling atau bercerita. Tujuan sebuah konten tersebut dibuat adalah untuk bercerita tentang sesuatu.
Setidaknya ada tiga tahapan yang menyusun sebuah konten, antara lain:
1. Introduction
Sebagaimana cerita pada umumnya, selalu ada subjek atau tokoh utamanya. Oleh karenanya dalam setiap konten, kamu perlu memperkenalkan subjek yang akan bercerita di sana.
Namun perkenalan di sini kamu tidak perlu menjelaskan siapa dirimu lewat kata-kata. Seperti mengatakan: "Perkenalkan, nama saya Arnold, dan saya seorang chef."
Cukup berikan latar belakang yang akan menggambarkan siapa kamu tanpa perlu kamu mengatakannya. Sebagai misal, jika kamu seorang chef, beri latar belakang di kontenmu berupa dapur. Jika kamu seorang gamer, tunjukkan beberapa instrumen yang berkaitan dengan game seperti PC gaming, headset, bahkan kursi gaming.
2. Problem
Setiap konten yang dibuat berisi tentang masalah yang bakal diselesaikan oleh subjek di atas. Bisa dibilang, inti dari sebuah konten adalah soal bagaimana subjek menyelesaikan masalah yang ada.
Sebagai misal jika subjek kamu adalah anak kosan yang gemar berhemat, masalah yang tepat buat diselesaikan adalah soal menemukan tempat makan yang murah. Atau jika kamu adalah seorang chef, masalah yang cocok adalah soal bagaimana cara membuat suatu masakan.
3. Solusi
Pada bagian inilah, kamu memberi solusi atas masalah yang ada kepada audience. Tepatnya inilah hasil akhir juga jawaban dari masalah yang kamu hadirkan di kontenmu.
Untuk mengasah dan menguji kreativitas peserta atas tiga tahapan tersebut melalui game-game yang seru. Game tersebut dimulai dengan para peserta diminta untuk menuliskan kata-kata secara random di selembar kertas.
Nantinya MC akan memilih peserta untuk dipanggil ke depan dan mengarang bebas sebuah cerita. Tantangannya, peserta diminta menyelesaikan cerita yang clue-nya diambil dari kata-kata di kertas yang dipilih secara acak.
Selain game tersebut, banyak game lainnya yang juga menguji kreativitas dan mental peserta sebagai content creator. Bahkan di game puncak, para peserta diminta untuk membuat konten dadakan yang hadiahnya berupa smartphone.
Acara akhirnya usai menjelang pukul lima sore. Di penghujung acara, Kak Edho membeberkan alasannya membuat gerakan siberkreasi ini. Alasannya tak lain adalah sebagai sarana edukasi, juga sebagai sebuah komunitas yang dapat menjadi badan perlindungan hukum bagi para content creator. Hal ini tentunya bertujuan untuk memajukan industri media kreatif, khususnya di Indonesia dan di kalangan anak muda. (*/)