Creative

PAMERAN TEMPORER ANJUK LADANG AJAK GENERASI MUDA MENGENAL SEJARAH DENGAN KREATIF

Mengunjungi museum dan belajar sejarah tentang Indonesia kadang memang membosankan bagi generasi muda, tapi kali ini melalui Pameran Temporer Anjuk Ladang berusaha mengenalkan sejarah kepada generasi muda dengan cara yang berbeda dan unik, Civs.

title

FROYONION.COM - Bagi anak muda yang lahir di tahun 2000an ke atas belajar sejarah mungkin adalah hal yang kuno dan membosankan, tapi kali ini melalui Pameran Temporer Anjuk Ladang, Dinas Kepemudaan, Olahraga,Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur mencoba merubah stigma bahwa belajar sejarah itu nggak selamanya membosankan dan kuno terutama bagi generasi muda.

Kegiatan pameran yang bertema “Jejak Sejarah Era Kolonial di Jawa Timur” itu digelar di Museum Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk, Jumat (5/8/2022) hingga Minggu (7/8/2022) dengan tiket masuk free pengunjung akan disambut oleh penjaga stand yang berpakaian adat Jawa batik dan nuansa tempoe dulu.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda karena zaman sekarang sesuatu yang antik dan vintage  ini justru terlihat keren dan unik serta jarang dijumpai, karena berseberangan dengan tren anak muda Indonesia selama ini yang kebarat-baratan. Ketika mereka melihat sesuatu yang tradisional justru hal tersebut menjadi sesuatu yang bernilai tinggi Civs.  

Gerbang masuk pameran (sumber foto:Dokumentasi penulis)
Gerbang masuk pameran (sumber foto:Dokumentasi penulis)

Plt alias Pelaksana Tugas yaitu Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi mengatakan, Bahwa dewasa ini sejarah sangat penting bagi generasi muda. Diharapkan, melalui pameran museum tersebut para generasi muda dapat belajar tentang sejarah di masa lalu sebagai bekal saat ini dan masa akan datang.

“Ingatlah dengan Jasmerah yakni jangan melupakan sejarah, Kami berharap museum tidak hanya sekedar pameran yang dikunjungi dan difoto, namun juga sebagai media kreatif pembelajaran di luar bangku sekolah bagi siswa  PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan masyarakat umum,” kata Marhaen.

Banyak dari anak muda tertarik dengan konsep pameran ini terutama bagi pelajar. (sumber foto: Dokumentasi penulis)
 

Dijelaskan juga oleh Marhaen Djumadi bahwa sekarang perlu ada inovasi dan kreasi untuk menarik minat pengunjung di Museum Anjuk Ladang terutama bagi generasi muda. Sejarah bisa digambarkan dan diajarkan dengan cara yang lebih kekinian dan menarik. “Akan tetapi hal itu tidak boleh mengurangi originalitas dan keaslian dari sejarah itu sendiri,” ucap Marhaen.

Seperti dalam pameran ini dikemas dengan cara yang lebih milenial seperti memberikan beberapa spot foto yang estetik, live musik dari musisi lokal dan juga mengadakan lomba untuk menarik minat generasi muda seperti kreativitas di bidang seni,fotografi sejarah,mendongeng, dll. 

Sepeda dan perangkat media jurnalis yang digunakan pada zaman kolonial (sumber foto: Dokumentasi penulis)
Sepeda dan perangkat media jurnalis yang digunakan pada zaman kolonial (sumber foto: Dokumentasi penulis)

Sementara Kepala Disporabudpar Nganjuk, Gunawan Widagdo menjelaskan, tujuan diadakannya Pameran Temporer Museum Anjuk Ladang ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan minat masyarakat  terutama generasi muda untuk mengunjungi museum.

“Dengan melestarikan dan mengenalkan benda-benda museum kepada pengunjung agar tidak lupa dengan sejarah di daerahnya,” kata Gunawan.

Pameran Temporer Museum Anjuk Ladang kali ini diikuti oleh 15 peserta yang menampilkan berbagai macam peninggalan sejarah yang mampu mengulas cerita masa lalu era kolonial di Jawa Timur.

Dari 15 peserta tersebut empat di antaranya berasal dari luar Nganjuk, di antaranya Museum Daerah Kabupaten Tulungagung, Museum Mpu Tantular Buduran Sidoarjo, Museum Airlangga Kota Kediri dan Museum 10 November Surabaya.

“Tidak ketinggalan juga bahwa kegiatan pameran ini juga diikuti Komunitas Pecinta Sejarah dan Cagar Budaya Kolektor Benda Antik atau Kuno, mereka kami undang secara khusus untuk kesediaan mengisi stand dalam pameran,” ucap Gunawan.

Foto bagaimana kesemangatan pelajar dalam menuntut ilmu di era kolonial (sumber foto: Dokumentasi penulis)
Foto bagaimana kesemangatan pelajar dalam menuntut ilmu di era kolonial (sumber foto: Dokumentasi penulis) 

Kusnoto Indro Susilo salah satu peserta pameran sekaligus perwakilan dari persatuan guru daerah Nganjuk menjelaskan bahwa ide mengadakan pameran yang dikemas secara kekinian untuk menarik minat generasi muda terhadap sejarah harus terus ada.

“Kami para guru sangat senang dengan adanya pameran seperti ini, kami juga bisa mengetahui apa yang menjadi ketertarikan anak muda agar mau belajar sejarah. Ternyata ketika sejarah dikemas dalam bentuk pameran dan kesenian, anak muda sangat senang dan antusias untuk datang serta belajar,” ucap Kusnoto. 

Kegiatan seperti ini sangat menarik diadakan oleh setiap daerah untuk  mengenalkan sejarah kepada generasi muda agar mereka tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri, dan juga bagi generasi muda sendiri juga perlu untuk mengenal sejarahnya agar tidak mudah diakui oleh bangsa lain, karena budaya Indonesia ini merupakan aset yang sangat berharga. Sebuah seni kearifan lokal yang tidak ternilai harganya dan wajib bagi kita untuk melestarikannya Civs. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Irfan Kusbiantoro

Warga sipil biasa yang kebetulan menjadi mahasiswa sastra arab tapi selalu merasa salah jurusan