Rumah joglo dengan latar dan ruang yang luas di Sidoarjo ini siap menerima Civilions yang mau berproses kesenian sebagai pelaku maupun apresiator.
FROYONION.COM - Sebuah rumah joglo memiliki pelataran yang begitu luas milik bapak Jumadi yang berada di dusun Pecantingan, kelurahan Sekardangan, Sidoarjo bernama Rumah Seni Pecantingan ini sedang gencar-gencarnya bergerak menjadi ruang berkesenian bagi orang-orang di Sidoarjo dan sekitarnya, terutama untuk kaum muda.
Rumah Seni Pecantingan menggelar pameran teks bertajuk Koclojc [73] dan dibuka dengan performance art yang berjudul sama seperti judul pameran teks yang sedang digelar yaitu Koclojc [73] oleh Satria Bela Insani serta pertunjukan musik tanpa pengeras suara bernama Lingsir Wengi oleh Canadra dan Rezza Lellyana pada Jumat malam, 12 Agustus 2022 kemarin.
Pameran Teks Koclojc [73] ini merupakan awal dari dibukanya Rumah Seni Pecantingan untuk khalayak umum berkegiatan seni maupun disiplin ilmu yang lain.
Sebelumnya, di Rumah Seni Pecantingan juga digelar pertunjukan bunyi bertajuk BUPALA, perkawinan antara seni pertunjukan drama beraliran non-realis dengan musik kontemporer.
Dibukanya Rumah Seni Pecantingan ini adalah awal dibukanya ruang untuk berkesenian, berproses kreatif, dan menciptakan hutan kota. Sebuah tanah lapang di belakang rumah yang sering digunakan sebagai tempat pembuangan sampah akan dialihkan menjadi hutan kota.
Zalfa Robi atau lebih akrab disapa Obi selaku kurator di pameran teks Koclojc [73] ini menjelaskan bahwa dengan diadakannya pameran teks yang berjudul Koclojc [73] yang berisi tulisan-tulisan satir maupun lelucon ini bisa menjadi autokritik, menjadi kritik kepada apapun dan siapapun termasuk dalam proses penciptaan hutan kota nantinya, teks-teks yang pada awalnya di-display di dalam rumah joglo akan dipasang di sekitar kawasan hutan kota nantinya.
Setelah presentasi dan peresmian dibukanya pameran teks koclocj [73] ini dilanjutkan dengan art performance dari Satria Bela Insani. Pemuda yang akrab disapa Satria ini menuturkan bahwa penampilannya kali ini adalah karya partisipatoris, dimana dirinya secara langsung maupun tidak langsung mengajak para apresiator untuk merespon dan berpartisipasi di dalam pertunjukannya, di dalam pertunjukannya ini yang ingin dia sampaikan juga tidak jauh dari konsep hutan kota yang akan diusung oleh kawan-kawan kolektif Rumah Seni Pecantingan.
Korelasi art performance yang dia suguhkan dengan pameran teks Koclojc [73] dan perencanaan hutan kota ini disampaikan melalui penampilannya yang dimulai dengan menarik sebuah karung besar, lalu membiarkannya di halaman rumah dan kemudian dirinya mengumpulkan sampah dedaunan kering untuk dilinting di dalam kertas berukuran besar lalu dihisap oleh Satria sendiri.
Satria juga menambahkan bahwa sesuai dengan judul pameran teks Koclojc [73] yang merupakan pelesetan dari kata koclok berarti gila atau konyol dalam bahasa Jawa, maka dia melakukan sesuatu hal yang cukup gila dengan membakar sampah dedaunan untuk dia jadikan rokok ukuran raksasa dan dihisap olehnya.
Seusai pertunjukan art performance oleh Satria, ketika waktu sudah mulai menuju tengah malam. Tepatnya pada pukul 22.00 WIB semua lampu di dalam rumah joglo yang juga digunakan sebagai studio pameran teks ini semua dipadamkan, hanya ada 1 lampu yang dibiarkan menyala di halaman depan rumah joglo untuk menyinari penampilan Rezza Lellyana dan Canadra di pertunjukan musik Lingsir Wengi.
Rezza Lellyana juga menyampaikan bahwa Lingsir Wengi ini adalah awal dari acara-acara musik akustik yang akan digelar di Rumah Seni Pecantingan ke depan dengan nama acara yang sama yaitu Lingsir Wengi. Sesuai dengan namanya, jadi kegiatan musik ini digelar malam hari menuju dini hari tanpa pengeras suara dan musisi lebih dekat dengan apresiator, tanpa jarak atau sekat seperti di tempat-tempat lain. Serta, pelaku musik siapa saja yang ingin perform di Rumah Seni Pecantingan ini dipersilakan dengan senang hati.
Tiga hari setelah pembukaan pameran teks di Rumah Seni Pecantingan, tepatnya tanggal 15 Agustus juga dibuka workshop gerak dasar untuk ekplorasi teater dan tari oleh Adam Forbes seorang koreografer dari Melbourne, Australia.
Kawan-kawan kolektif dari Rumah Seni Pecantingan sangat terbuka kepada siapapun untuk berproses bersama di Rumah Seni Pecantingan, hal ini dapat menjadi kesempatan bagi siapa pun terlebih untuk kaum muda di Sidoarjo dan sekitarnya.
Mulai dari pameran karya, pertunjukan musik, teater, workshop kesenian bahkan riset atau pembelajaran disiplin ilmu apa pun bisa dilaksanakan bersama-sama di Rumah Seni Pecantingan. Ditambah di halaman depan rumah ada kedai yang siap mengobati rasa lapar dan dahaga selama di Rumah Seni Pecantingan dengan berbagai macam menu yang ada. (*/)