Creative

MENCARI JAWABAN APAKAH NGARSOPURO NIGHT MARKET MERUPAKAN MALIOBORONYA SOLO

Mencoba menyusuri setiap sudut Ngarsopuro Night Market untuk melihat setiap jengkal aktivitas di dalamnya. Ada yang bilang jika Ngarsopuro merupakan Malioboronya Solo. Memang iya?

title

FROYONION.COM - Solo merupakan salah satu destinasi wisata utama di daerah Jawa Tengah. Solo menyuguhkan berbagai sektor wisata mulai budaya, kuliner, alam, kerajinan dan lain-lain. Dibanding kota-kota lain di Jawa Tengah, Solo seakan memiliki magnet sendiri untuk menarik perhatian wisatawan. 

Belakangan ini, salah satu destinasi wisata yang digandrungi masyarakat adalah Ngarsopuro Night Market. Terletak di pusat kota Solo membuat pasar ini mudah dijangkau oleh masyarakat. Lebih tepatnya, Pasar Ngarsopuro berada di depan Keraton Mangkunegaran, Solo. 

Hal ini sesuai dengan namanya yang diambil dari kata Ngarso yang dalam bahasa Jawa berarti depan dan Puro yang mengacu pada pura atau istana. Dapat dikatakan bahwa Ngarsopuro merupakan pasar yang terletak di depan Keraton Mangkunegaran. 

Gerbang utama Ngarsopuro, kota SUrakarta, Jawa Tengah.

Ngarsopuro Night Market ditujukan sebagai wisata malam, sementara untuk siang hari dan hari-hari biasa, di tepi Jl. Diponegoro terdapat Pasar Triwindu yang menjual barang-barang antik dan peralatan elektronik, sementara saat malam hari, giliran Ngarsopuro Night Market yang menyala, maka dibuatlah trotoar di tepi-tepi jalan untuk kenyamanan pejalan kaki. 

Dari pihak pemkot pun juga memberikan sentuhan estetika dengan adanya patung, tembok yang penuh mural, dan lampu jalan yang didesain seperti kurungan burung. 

Ngarsopuro Night Market menyajikan berbagai pilihan untuk dibeli, mulai dari baju, makanan khas solo, aksesoris, dan juga barang antik serta pertunjukan seni mulai dari musik, lukis, pantomime dan lain-lain. Ngarsopuro Night Market hadir tiap hari Jumat-Minggu mulai dari pukul 19:00 WIB hingga 22:00 WIB. 

Tepatnya, mulai dari jalan gang masuk Jalan Slamet Riyadi sampai depan Pura Mangkunegaran. Mengambil lokasi sepanjang Jl. Diponegoro, depan Istana Mangkunegaran membuat Ngarsopuro Night Market sekilas mirip dengan Malioboro yang berada di Jogjakarta. Bahkan Sebagian orang mengklaim bahwa Ngarsopuro merupakan Malioboronya Solo. 

BACA JUGA: 5 REKOMENDASI MAKANAN KHAS SOLO YANG BERSEJARAH UNIK

Seperti halnya Malioboro, Ngarsopuro Night Market juga dipenuhi oleh anak muda. Sejak pertama saya sampai di gapura utama Ngarsopuro, selain dipenuhi tenant-tenant yang menjajakan barang dagangan mereka, juga dipenuhi oleh anak-anak muda Solo yang sedang nongkrong, bersantai, atau sedang jajan. 

Ngarsopuro yang disulap menjadi lebih estetis menjadi salah satu destinasi wisata foto bagi anak muda. Tidak heran jika di Kawasan ini cukup mudah ditemukan spot-spot yang instagramable. 

Melihat fakta di atas, saya mencoba untuk berkunjung dan merasakan atmosfernya, dan mencoba menjawab versi diri sendiri apakah benar bahwa Ngarsopuro merupakan Malioboronya Solo. 

NGARSOPURO NIGHT MARKET, WADAH UMKM MASYARAKAT SOLO

Jauh sebelum menjadi seperti sekarang, mulanya Ngarsopuro merupakan pasar yang menyediakan tempat jual beli barang-barang antik. Namun seiring perkembangannya zaman, pihak pemerintah kota Surakarta membuat terobosan untuk membuat Ngarsopuro Night Market yang menyediakan lebih banyak jajanan dan barang yang dijual. 

Selain itu, di pasar ini kerap diadakan pertunjukan wayang kulit, campursari, musik keroncong, dan untuk anak muda diadakan pertunjukan musik/band. 

Kawasan Ngarsopuro di sepanjang Jl. Diponegoro menjadi pusat kegiatan baru bagi aktivitas sosial, ekonomi, dan seni-budaya untuk kebutuhan rakyat Solo, selain itu jalan ini juga menghubungkan antara Jl. Slamet Riyadi dengan Kompleks Mangkunegaran. 

Pasar ini diresmikan pada tahun 2009 oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang didampingi oleh Joko Widodo yang saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo beserta Wakilnya F.X Hadi Rudyatmo. Pasar ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menggabungkan toko-toko yang ada di pinggiran sepanjang Jl. Diponegoro. 

Sayangnya, Ngarsopuro Night Market sempat vakum akibat Pandemi Covid-19. Saat vakum, banyak UMKM yang akhirnya tidak bisa berjualan lagi di sekitar Ngarsopuro, namun seiring menurunnya angka Covid-19, di masa kepemimpinan Gibran Rakabuming sebagai Wali Kota Solo saat ini, Ngarsopuro Night Market Kembali dibuka dan berjalan seperti sedia kala. 

Hal yang kurang lebih sama diutarakan oleh Ginda Ferachtriawan anggota DPRD Surakarta saat diwawancarai di kesempatan lain, yang mengatakan bahwa Ngarsopuro Night Market ingin diberdayakan seperti tahun-tahun sebelumnya yang menjadi wadah UMKM masyarakat Solo untuk terus bergerak. 

Lebih lanjut, Ginda mengatakan bahwa walau sudah berjalan seperti sedia kala, Ngarsopuro Night Market perlu ditingkatkan lagi di beberapa sektor. Saat saya berkeliling, memang ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi seperti kebersihan dan penerangan di sudut-sudut tenant. 

Namun, di luar itu, Ngarsopuro Night Market memang perlu dipuji, salah satunya adalah bebas dari kendaraan bermotor jenis apapun, karena pasar malam biasanya untuk pejalan kaki yang ingin menikmati suasana malam sambil bersantai dan belanja sehingga membuat pengunjung nyaman dan betah selama berada di pasar malam.

APAKAH NGARSOPURO ADALAH MALIOBORONYA SOLO? 

Pertanyaan ini tidak saya telan sendirian, salah seorang pengunjung yakni Fathia (24) juga saya tanya dengan pertanyaan serupa. Menurutnya Malioboro dengan Ngarsopuro cukup banyak perbedaannya. Mulai dari keramaian, Malioboro jauh lebih ramai dibanding Ngarsopuro, selain itu Ngarsopuro lebih kepada car free night sementara di Malioboro kendaraan bebas berlalu lalang. 

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta ini juga menambahkan bahwa Ngarsopuro lebih beragam hiburannya karena ada mural, pentas akustik, dan pelaku seni Solo yang turut andil memeriahkan Ngarsopuro Night Market, sementara di Malioboro lebih kepada pusat oleh-oleh khas Jogjakarta. 

Setali tiga uang, saya sendiri juga memiliki pandangan kurang lebih sama. Malioboro lebih kepada pusat keramaian yang menjajakan oleh-oleh khas Jogja seperti bakpia, batik, dan gudeg, sementara Ngarsopuro menawarkan hal yang berbeda. 

Ngarsopuro lebih beragam secara transaksi karena memperjualbelikan banyak macam benda seperti aksesoris, pakaian, street food, makanan khas Solo, yang juga dipadukan dengan berbagai macam kesenian. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ngarsopuro cukup plural dan bukan merupakan Malioboronya Solo. Ngarsopuro, ya Ngarsopuro. Malioboro, ya Malioboro! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Juhan Suraya

Juhan Suraya. Suka baca buku, suka menulis, cenderung realistis.