Creative

BAGAIMANA MASA DEPAN PEREMPUAN DI INDUSTRI KREATIF?

Pada “Women at the Helm: Excelling in Design and Beyond” di IdeaFest 2024, Astri Purnamasari, Cita Tahir, Inggrid Wenas, dan Osrithalita Gabriela memberikan pendapat mereka tentang masa depan perempuan di industri kreatif.

title

FROYONION.COM - Menjadi perempuan yang bekerja di agensi desain pastinya bukan hal yang mudah. 

Berbagai pitching harus dilalui dan sering kali harus mengorbankan waktu istirahat. Saat masih single, mungkin hal ini akan berdampak kepada diri sendiri saja. Namun bagaimana saat sudah berkeluarga?

Bukan hanya waktu istirahat yang harus dikorbankan, namun juga quality time sama keluarga, waktu bermain sama anak, dan mungkin waktu senggang untuk explore resep-resep makanan baru. 

Melihat kenyataan ini, Froyonion berkesempatan untuk berbincang bersama perempuan-perempuan hebat di bidang desain dan arsitektur: Astri Purnamasari (Co-Founder Cipsi Studio), Cita Tahir (Creative Director of Milestone Branding Solutions & Vice Chairman, Treasurer of ADGI), Inggrid Wenas (Founder & Creative Director of Ideologie), dan Osrithalita Gabriela (Co-Founder of AGo Architects & Co-Initiator Ibu Arsitek). 

BACA JUGA: MENGENAL WORKAHOLIC, KECANDUAN KERJA YANG MENGANCAM KESEHATAN MENTAL

(Dari kiri) Cita Tahir, Osrithalita Gabriela, Astri Purnamasari, dan Inggrid Wenas pada Idea Fest 2024. (Foto: Froyonion/Grace Angel)
(Dari kiri) Cita Tahir, Osrithalita Gabriela, Astri Purnamasari, dan Inggrid Wenas pada Idea Fest 2024. (Foto: Froyonion/Grace Angel)

DISKRIMINASI MASIH TERJADI?

Menurut pengakuan Gaby yang sudah bertahun-tahun menggeluti dunia arsitektur, diskriminasi pada perempuan masih kerap terjadi. 

“Mungkin ada beberapa orang yang masih melihat seharusnya mendesain sebuah bangunan itu adalah pekerjaan seorang laki-laki. Padahal nyatanya, mata perempuan juga bisa mengisi kekosongan-kekosongan yang mungkin tidak dilihat oleh laki-laki.

Misalnya adanya ruangan menyusui di tempat umum. Hal ini kan tentunya lebih peka dirasakan urgensinya oleh perempuan,” jelasnya.

Sebaliknya, menurut Cita, Astrid, dan Inggrid yang bekerja di industri kreatif sebagai Creative Director, diskriminasi semacam itu jarang terlihat. 

“Kalau kita lihat, sebenarnya produk desain seperti desain packaging, kan nggak bisa kita tebak yang mana yang dibikin sama laki-laki atau perempuan. Pada akhirnya yang berbicara adalah karya kita,” aku Cita. 

Insights ini kemudian menjadi pilihan bagi para perempuan yang memilih industri kreatif sebagai jalan kariernya. Di mana diskriminasi, tanpa bisa dipungkiri, masih terjadi. Namun jika itu terjadi, bagaimana kita merespon menjadi hal yang paling penting. 

“Kalau saya dapat kata-kata yang kurang enak, misal tentang penampilan saya atau kemampuan saya, ya saya becandain aja. Prinsip saya adalah di bawa santai aja, dengan begitu kata-kata mereka nggak masuk ke hati dan pikiran kita,” kata Astrid.

BACA JUGA: MEMPREDIKSI MASA DEPAN MINUMAN JAMU DI TANGAN ANAK MUDA

Walau begitu, menurut mereka semakin ke sini industri kreatif menjadi industri yang semakin ramah perempuan. Semakin banyak perusahaan dan komunitas yang mendukung antar-perempuan, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi perempuan bisa berkarya. 

“Makanya saya bikin perusahaan saya sendiri, hahahahaha. Tapi saya tahu bahwa tidak semua orang punya privilese ini. Maka saran saya adalah cari kantor, cari lingkungan yang suportif. Yang tidak mengharuskan kamu untuk siapin pitching sampai begadang, yang bisa memberimu ruang untuk menikmati waktumu sebagai perempuan,” pesan Astrid. (*/) 

BACA JUGA: MENGOBATI GANGGUAN KECEMASAN TANPA EFEK KECANDUAN, EMANG BISA?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Bercita-cita menjadi seperti Najwa Shihab. Member of The Archipelago Singers.