Creative

3 STRATEGI KREATIF MENGURANGI POLUSI IBU KOTA LEWAT OJEK ONLINE

Kualitas udara di Jakarta makin hari makin menurun. Ternyata solusinya ada di keberadaan ojek online (ojol) yang bisa mengurangi polusi. Selengkapnya, baca di sini, Civs!

title

FROYONION.COMAkhir-akhir ini, langit ibu kota sedang nggak bersinar cerah seperti biasanya, Civs. Salah satunya disinyalir karena kualitas udara yang semakin buruk, ditambah dengan peningkatan polusi. Dikutip dari IQAir.com, semenjak 14-20 Juni 2022, kualitas udara Jakarta berada pada kategori “tidak sehat” (unhealthy).

Hal tersebut juga ditandai dengan penambahan konsentrasi partikulat halus (PM2.5) sampai dengan level 148 mikrogram per meter kubik yang pada akhirnya dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan, seperti ganguan paru-paru, dan gangguan kardiovaskular atau jantung.

Kabar tak mengenakan ini ditambah dengan tingkat kemacetan yang semakin semrawut seperti dilansir dari situs penyedia teknologi geo-lokalisasi, Tomtom, merilis data kemacetan rata-rata lalu lintas Jakarta pada pagi dan sore sama halnya seperti dengan periode awal 2020 alias persis sebelum pandemi Covid-19.

Faktanya, kemacetan yang kerap terjadi di Jakarta turut menyumbang konsumsi bahan bakar dan emisi kendaraan. Hal ini didasari dengan riset yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2018 yang menunjukkan besarnya proporsi pengguna mobil dan sepeda motor sebagai penyebab utama kemacetan di Jakarta.

Tapi, tahukah lo, Civs? Semakin tingginya kemacetan berarti ada banyak perubahan kecepatan dan kelambatan yang dilakukan oleh para pengemudi yang terjebak di situasi lalu lintas yang padat. Lalu, hal ini menyebabkan emisi kendaraan yang semakin besar. 

Sekian dari solusi yang bisa diterapkan adalah beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum dan transportasi daring berbasis ojek online (ojol). Terlebih, bagi lo yang berkarir di industri kreatif Indonesia dan harus bekerja di luar rumah, keberadaan kendaraan tersebut bak penyelamat yang turut ramah lingkungan juga kan, Civs?

Kolaborasi antara angkutan umum dan transportasi ojol dapat menjadi salah satu kunci untuk menurunkan kemacetan di emisi di Jakarta. Lantas, bagaimana strategi kreatifnya? Dilansir dari kajian ETH Zurich pada 2019, berikut adalah informasi selengkapnya untuk lo, Civs!

1. MEMBERLAKUKAN TARIF PROGRESIF 

Tarif progresif adalah satuan tarif pada angkutan yang dihitung berdasarkan jarak. Misalnya, keberadaan ojol yang bisa menerapkan tarif tersebut minimal 5 kilometer, kemudian naik secara progresif, misalnya 5-10 kilometer atau 10-15 kilometer, dan seterusnya.

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat agar segera beralih ke kendaraan umum atau ojol yang hanya diberlakukan untuk sebagai pengumpan atau feeder dari dan menuju terminal atau stasiun terdekat. Nah, bukan nggak mungkin masyarakat semakin tergerak untuk beralih dari kendaraan pribadi, ya Civs?

Oh ya, strategi tarif progresif juga dapat mendukung dalam upaya mengurangi fenomena pergerakan kosong (empty running) yang kerap terjadi saat pengemudi menjemput penumpang dan saat pengemudi kembali ke daerah asal setelah selesai mengantarkan penumpang ke suatu lokasi yang jauh.

2. MENYEDIAKAN KONSEP PERJALANAN “RIDE SHARING” ALIAS “NEBENG”

Saat ini terbilang banyak penyedia transportasi ojol yang menyediakan fasilitas perjalanan berbagi (ride sharing) atau sering disebut sebagai menebeng, sehingga memungkinkan pemudi dapat mengangkut beberapa penumpang yang berbeda dengan tujuan yang masih searah.

Ketentuan tarif yang ditetapkan dapat berupa tarif yang dihitung per kilometer, artinya jauh lebih murah dari perjalanan pribadi. Di samping itu juga bertujuan untuk meningkatkan keterisian setiap penyedia transportasi ojol dan pada akhirnya tercipta efisiensi energi maupun ekonomi yang berpengaruh terhadap pengemudi.

Konsep perjalanan berbagi juga bisa mengurangi kepadatan lalu lintas, lho Civs. Hal tersebut terjadi seiring banyaknya masyarakat yang sudah melek untuk melakukan perjalanan berbagi alias menebeng, misalnya pulang bersama dengan teman sekantor yang punya tujuan lokasi yang sama.

3. KOLABORASI ANGKUTAN UMUM DAN TRANSPORTASI DARING YANG TERINTEGRASI

Sekarang tuh eranya kolaborasi, sampai-sampai masuk ke sektor transportasi. Lihat saja perkembangan terkini, di mana angkutan umum dan ojol dapat bersatu untuk mewujudkan moda transportasi yang terintegrasi sebagai bentuk strategi jangka panjang.

Penyedia layanan ojol dapat menyesuaikan dengan jadwal keberangkatan atau kedatangan angkutan umum seperti bis yang ada di halte dan terminal. Kemudian, angkutan berbasis rel seperti kereta komuter di stasiun terdekat. Jadi, efisiensi waktu perjalanan juga semakin baik dengan biaya operasi yang jauh lebih hemat.

Tentu aja, semua strategi ini belum bisa dikatakan berjalan dengan sempurna tanpa didukung oleh komunikasi yang efektif antara pemerintah, penyedia angkutan umum, penyedia transportasi ojol, masyarakat, dan bahkan netizen Indonesa yang maha benar. Bukan begitu?

Jadi, beralih menggunakan angkutan umum atau ojol bisa menjadi tren anak muda Indonesia yang berpeluang menciptakan lingkungan dan kualitas udara yang semakin membaik. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Lukman Hakim

Penulis lepas yang menuangkan ide secara bebas tapi tetap berasas