Karung goni sebagai wadah beras dan hasil perkebunan, disulap jadi barang kerajinan yang beraneka ragam menjadi kebanggaan rakyat Indonesia dalam mengolah limbah jadi barang yang bahkan bisa lu jual.
Beragam cerita pengolahan limbah sampah yang selalu jadi sorotan wartawan hingga tertariknya mereka tentang kisah awal pemanfaatan limbah tak berguna jadi barang berpundi pundi. Mulai dari tas, sepatu, dan boneka yang harganya tak main-main dengan kualitas tinggi yang bahkan bikin lu tertarik.
Terdapat berbagai kisah dan cerita pengolahan limbah karung goni bekas dari berbagai tempat mulai dari forum karang taruna, muda mudi desa yang mulai berbisnis sendiri.
Edi Hidayat mampu menyulap limbah karung goni bekas jadi produk sepatu. Bersama sahabatnya sendiri produk sepatu buatannya mampu menggaet pasar hingga kota Malang, dengan penghasilan saat ini bisa lebih dari Rp3 juta.
Dilansir dari kumparan.com, kisah awalnya bermula saat Edi kuliah di UPI Bandung, di mana di pasar pasar banyak karung goni berserakan dibuang di kota asal kampusnya itu. Terbesit Edi berpikir bak Newton yang melihat jatuhnya apel, tentang ide cara menyulap karung goni bekas jadi barang berkualitas. Eitss, tapi dengan harga ekonomis yang tak lupa nilai seni. Pengembangan dalam pembuatannya yang mulai dari barang sederhana kian lama kian rumit hingga jadi barang branded. Produknya yang baru rilis di tahun 2017 berani bersaing bahkan dengan produk distro. Pengolahan limbah yang hanya bertempat di kosan pribadi, tak luput mematahkan semangat yang bahkan berharap demi tanah air tercinta.
Kegigihan Edi memamerkan produknya dalam acara yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Majalengka di Lapang Pujasera disambut baik oleh Karna Sobahi sebagai Bupati Majalengka. Hal ini menjadi dorongan Edi untuk tetap berkarya dan terus mengembangkan bisnisnya dibarengi dengan slogan “Response and Change”. Guna aksi nyata Edi dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang tak hanya sebatas wacana belaka. Produk Edi yang tampil beda dan eco friendly.
Jogja Jogja kota istimewa, yang saking istimewanya menjadi bagus kisah ceritanya. Sih Sujati sebagai warga Dusun Ngangkruk RT 01 RW 04 Desa Catuharjo Kecamatan Sleman Yogyakarta membuat tas yang tak biasa dan terbuat dari karung goni bekas. Tas Goni buatannya dikolaborasikan dengan bros bekas namun malah terlihat cantik elegan dan berharga mahal.
Kreasi buatan Sujati ini udah dilakoninya selama 2 tahun. Ide ide muncul saat ngegosip positif bareng temennya yang juga manfaatin limbah. Menjadi mudah bagi Sujati yang berumur 46 tahun mendapat karung goni bekas di daerah sekitar rumahnya. Harga perlembarnya pun murah bukan kepalang yang mulai dari Rp15.000-20.000 aja.
Karung goni ukuran bekas aja udah bisa dibikin 2 tas besar. Namun, tetap sebelum pembuatannya Sujati mencuci lima kali pake detergen demi mencegahnya rasa gatal yang disebabkan oleh karung goni bekas itu sendiri.
Dilansir oleh krjogja.com sendiri, pemasaran tasnya hanya berdasarkan pesanan pembeli dengan dibanderol seharga 75-100rb rupiah yang didominasi tas perempuan. Penjualannya ini, Bu Sujati bahkan mengirim tasnya hingga Pulau Seberang Padang dan Palembang.
Ketika teras rumah jadi kreativitas pemuda yang jadi pundi pundi berbuah. Karang Taruna Tulungagung, Jawa Timur membuat inovasi kreasi kerajinan boneka miniatur, cindera mata hingga permainan tradisional. Pesanan yang didapat tembus di sekitar kota Tulungagung dengan hanya berbekal gadget dan sosmed. Hasil produk Karang Taruna Kecamatan Kedungwaru ini berupa boneka miniatur, patil lele, egrang, dan bola kasti.
Bimbingan dari Samsul Arifin pemilik teras rumah, mengajari cara membongkar lembaran karung goni untuk diambil benang goni hingga mengukir bambu hias untuk jadi egrang. Pembuatan boneka goni memerlukan kawat sebagai kerangka yang kemudian dibelitkan oleh benang goni sampai jadi bagian boneka. Rambutnya dibuat dari serat halus buah palm. Alat permainan tradisional menemani boneka sebagai hiasan yang terkesan vintage tempo doeloe. Penyelesaian boneka dibutuhkan hanya dalam sehari saja. Dengan harga yang dibanderol Rp 100.000-250.000. Menurut gue segini udah puas banget, dengan penambahan mika penutup dan kain merah bak karpet Hollywood menjadikan boneka seperti barang museum bernilai tinggi.
Menurut salah satu anggota Karang Taruna yang diliput oleh wartawan madu.tv semuanya berasal dari festival permainan tradisional di daerahnya yang menuntut pemuda berkreasi, dengan kreasinya membuat boneka miniatur permainan tradisional. Boneka ini menjadi bentuk dan sarana melestarikan budaya lokal bagi anak anak kaum milenial yang kebiasaan liat gadget. Dukungan ini pun sampai ke kantor Kecamatan yang menyediakan bank sampah untuk daur ulang. Pengadaan dari kecamatan ini menjadi sarana kreativitas para pemuda untuk mengembangkan produk lokal yang positif dalam pelestarian budaya.
Itulah beberapa kisah mereka tentang pemanfaatan karung goni yang berguna dan worth it so pasti. Kebayang nggak lu mau buat apa dengan barang bekas yang ada di sekitar rumah lu? Kombinasi yang sempurna di saat limbah barang bekas jadi barang yang bahkan mengambil nilai budaya dan kearifan lokal.
Kita dilahirkan sebagai manusia tidak hanya untuk sekedar hidup. Tidak hanya berdiam ketika ada yang nggak beres dengan lingkungan dan kerusakan bumi. Cerita dan kisah inspiratif ini menjadi seruan dan aksi nyata kaum milenial untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya ramah lingkungan, salah satu caranya dengan memanfaatkan limbah jadi barang yang bernilai jual tinggi bahkan memunculkan nilai budaya. (*/)