Food

SWIKE KODOK: STIGMA MAKANAN HARAM NAMUN JADI PRIMADONA BAGI MASYARAKAT PURWODADI

Swike Kodok atau nama lainnya ‘ayam air’ ini adalah makanan khas yang berasal dari daerah Purwodadi, Jawa Tengah. Makanan yang berbahan dasar daging kodok ini menjadi salah satu makanan khas dan primadona bagi warganya sendiri.

title

Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kodok? Pasti hewan menjijikkan yang melompat-lompat di depan pintu rumah ketika musim hujan tiba. Ada yang masih kecil, ada pula yang sudah jadi bapak-bapak bukan?

Namun hewan yang satu ini menjadi bahan dasar makanan khas dari suatu daerah kecil di Jawa Tengah loh Civs. Ya, betul sekali, Swike. Makanan yang satu ini menjadi salah satu makanan yang khas dan layak dicicipi ketika kalian berkunjung ke daerah Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. 

ASAL MULA SWIKE

Swike adalah masakan Tionghoa Indonesia yang berbahan dasar paha kodok. Istilah ‘Swike’ berasal dari kata ‘sui’ yang artinya air dan ‘ke’ yang artinya ayam. Seperti yang udah gue sebutkan tadi di atas, nama lain dari Swike yaitu ‘ayam air’.

Makanan ini pada umumnya berbahan dasar kodok hijau yang tidak beracun. Dahulu orang-orang mencarinya di area sawah pada malam hari dengan membawa senter  dan tongkat panjang yang terbuat dari bambu. Dulu gue sering banget kaget gara-gara lihat orang di sawah lagi nyari kodok, gue pikir hantu wkwk.

Swike ini dimasak menggunakan kuah campuran tauco dan bumbu bumbu lainnya yang menggugah selera, tidak lupa juga taburan bawang putih goreng dan daun seledri. Tekstur dagingnya sendiri pun mirip daging ayam, hanya saja lebih lembut.

Namun sekarang seiring perkembangan zaman, kodok hijau ini dibudidaya untuk memenuhi permintaan pasar. Banyaknya warung penjual swike menjadi awal budidaya kodok hijau. Terkadang gue masih beberapa kali lihat ada orang yang lagi nyari kodok, mungkin lagi nyari indukankodok untuk budidaya.

Menurut Wikipedia sendiri, Indonesia termasuk pengekspor kaki kodok terbesar di dunia. Lebih dari lima ribu ton kaki kodok diekspor ke luar negeri setiap tahunnya, termasuk Perancis, Belgia, dan Luksemburg.

SWIKE CIK PING, SWIKE LEGENDARIS PALING TERKENAL

Rasanya kurang afdal jika ke Purwodadi belum mampir ke rumah makan yang satu ini. Sudah lebih dari satu abad rumah makan ini berdiri, terhitung sudah 5 generasi sejak tahun 1901.

Generasi pertama yakni Kong Giring sendiri yang berjualan keliling menggunakan pikulan pada awal tahun 1900. Menurut Shanty Tjandra Wati atau akrab disapa Cik Ping, setelah beberapa tahun berkeliling, leluhurnya ini mangkal di tempat yang saat ini berdiri rumah makan miliknya.

Dulu waktu kecil, gue dan keluarga gue sering makan di rumah makan ini. Selain jarak rumah yang cukup dekat, rasa yang disajikan pun sangat lezat. Gue inget banget dulu suka pesan swike kodok sama pepes kodok.

STIGMA MAKANAN HARAM

Seperti yang disebutkan di awal, kodok memang salah satu hewan yang cukup menjijikkan bagi beberapa orang. Terdapat beberapa masalah mengenai konsumsi kodok di Indonesia, yaitu masalah agama dan lingkungan.

Dalam agama Islam, ada beberapa yang menghalalkan daging kodok, ada juga yang mengharamkan. Umumnya ulama yang mengharamkan kodok disebabkan kondisi kodok yang hidup di dua alam. Ada juga yang beralasan, kodok termasuk binatang menjijikkan. Juga karena banyak ditemukan kodok yang beracun.

Dilansir dari Islam NU (5/11/2019), semua ulama telah menyepakati kalau membunuh kodok hukumnya haram berdasarkan nash hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Utsman:

"Suatu ketika ada seorang tabib yang berada di dekat Rasulullah menyebutkan tentang obat-obatan. Di antaranya disebutkan bahwa kodok digunakan untuk obat. Lalu Rasul melarang membunuh kodok." (HR Ahmad: 15757).

Sementara yang menghalalkan bertumpu pada pada surah Al-An'am. Selama tidak ada penjelasan dari nash Al Qur'an dan hadits tentang keharaman suatu binatang, binatang itu halal dimakan. Menurut MUI, mereka tidak menghalalkan atau mengharamkan memakan daging kodok, namun mengambil jalan tengah dengan membolehkan masyarakat memilih satu dari dua pendapat tersebut.

Menurut gue sendiri permasalahan utamanya yaitu karena jika kita mengkonsumsi kodok secara berlebihan dapat merusak ekosistem lingkungan. Para aktivis lingkungan pun juga mendesak dibatasinya konsumsi kodok, terutama kodok liar yang bukan hasil peternakan, karena arti penting kodok bagi ekosistem.

Para ahli konservasi mengingatkan bahwa kodok dapat mengalami nasib sama seperti ikan kod, permintaan kuliner yang berlebihan dapat mengurangi populasi kodok regional secara hebat sehingga tidak dapat dipulihkan seperti sedia kala. Seperti kebanyakan hewan amfibi, mereka rentan terhadap pengaruh lingkungan dan pencemaran.

Namun, swike bagi masyarakat Purwodadi sendiri menjadi makanan yang wajib dijadikan list makan siang. Gue yang masyarakat asli Purwodadi sendiri juga sering melihat warung swike di pinggir jalan selalu ramai ketika siang hari. Padahal masyarakat sini mayoritas penganut agama Islam. Ini menunjukkan betapa cintanya masyarakat dengan makanan yang satu ini.

Gimana? Masih mau nyoba swike nggak? Kalau gue sih masih pengen, karena udah lama banget nggak makan swike. Terakhir makan swike 8 atau 9 tahun lalu karena alasan yang gue sebutkan tadi dan harganya sekarang lumayan mahal wkwkwk. 

Menurut gue selama daging kodok itu berasal dari kodok hijau yang budidaya, gue bakal nyoba lagi, karena sama sekali gue nggak jijik sama kodok, itu yang gue percaya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dynasti Savira

Investor Reksadana, pro player Blossom Blast Saga, pegiat hidup monoton, dan penikmat seni tapi bukan air. Motto hidup : Semua masalah pasti akan berlalu, iya berlalu lalang.