Mlete Sejak Maba kembali meramaikan skena musik “college rock” Surabaya dengan tema “Still Lives” setelah sempat vakum dua tahun. Situasi yang kembali normal membuat kampus kembali sebagai ruang ekspresi mahasiswa.
FROYONION.COM - Bukan kampus tanpa mahasiswa dan bukan mahasiswa tanpa kebebasan. Ya, selain sebagai tempat mengenyam pendidikan, kampus dijadikan tempat bagi mahasiswa untuk mengekspresikan diri diluar urusan akademis. Bentuk ekspresi tersebut bervariasi mulai dari berdiskusi dengan duduk melingkar, beraktivitas fisik dengan olahraga, atau bernyanyi riang dengan teman-teman.
Antara musik dan kampus tidak bisa dipisah. Banyak band dari berbagai genre berawal dari kampus dan mulai meniti karir sejak mahasiswa. Silampukau misalnya yang terkenal dengan album Dosa, Kota, dan Kenangan. Asli produk Kota Pahlawan, salah satu personil bernama Kharis Junandharu merupakan lulusan dari Fakultas Sastra Universitas Airlangga dan bersama Eki Tresnowening dari kampus Universitas Surabaya membentuk band dengan nuansa folk bernama Silampukau.
Musik menjadi terapi alami bagi mahasiswa untuk menghilangkan rasa jenuh setelah beraktivitas seharian. Dengan musik, segala beban pikiran yang ada di kepala menjadi kosong terutama ketika kita bernyanyi bersama teman-teman satu frekuensi. Semua itu diwujudkan di hari jumat kemarin (30/10) ketika skena musik college rock bernama Mlete Sejak Maba (MSM) kembali digelar di Universitas Airlangga (Unair).
Setelah dua tahun vakum, Am312 And Co sebagai penyelenggara acara kembali mengadakan gigs kampus di Pendopo Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Gigs kali ini mengusung tema “Still Lives” sebagai jawaban dari kembalinya acara yang terakhir kali digelar tahun 2019. Dua tahun merupakan waktu yang cukup lama bagi mahasiswa penikmat gigs kampus, terutama mereka dari mahasiswa Universitas Airlangga. Segala keterbatasan akibat pandemi Covid-19 membuat gigs sulit digelar atas nama kesehatan dan keamanan.
MSM telah menghibur penonton sejak tahun 2017. Dari keterangan salah satu pihak Am312 And Co, selain menjadi wadah band gigs debutan untuk unjuk gigi, MSM hadir sebagai bentuk protes pada Event Organizer konser di Surabaya yang menjual tiket dengan harga tidak wajar.
Saat itu, mahasiswa Universitas Airlangga dari FISIP, FIB, dan FEB berinisiatif menggelar gigs sederhana untuk membuktikan bahwa menikmati hiburan tidak perlu sampai merogoh kocek besar. Mereka juga mengeluhkan hal yang sama tentang tidak adanya acara band kecil-kecilan di area kampus. Berkat dana patungan dan kemudahan akses menggelar acara, lahir skena musik bernama Mlete Sejak Maba yang pertama kali digelar di samping Museum Etno FISIP Universitas Airlangga.
Berhenti selama dua tahun membuat panitia khawatir jika penonton yang datang tidak sesuai ekspektasi. Maklum, MSM edisi terakhir pada 2019 mengambil tema “Final Phase” dengan pesan bahwa gigs harus diakhiri pada tahun itu juga. Agar berjalan sukses, panitia mengambil tindakan dengan promosi di media sosial dan menyebar pamflet poster di kawasan Kampus B Unair.
Selain itu, Am312 And Co bersama Klab 137 mengadakan sub-acara pada 22 September 2022 di Amphitheater Kampus B Unair sebagai ajang pemanasan sekaligus memantik masyarakat untuk hadir di gelaran gigs MSM nanti. Ini bertujuan untuk memastikan agar animo penonton tetap terjaga seperti MSM di edisi sebelumnya.
Strategi marketing tersebut berhasil. Di hari pelaksanaan, banyak kalangan dari mahasiswa serta sebagian dari pelajar dan pekerja datang menikmati skena musik mulai dari awal hingga akhir. Acara ini tidak hanya dinikmati masyarakat lokal saja, namun juga hadir penonton dari luar daerah seperti Gresik, Sidoarjo, dan Jombang untuk merasakan sensasi nge-gigs di area kampus. Penonton pun bebas mengekspresikan emosinya dalam acara. Entah itu dalam bentuk circle pit, headbang, two-step, dan bentuk moshing lainnya.
Tahun ini, MSM dimeriahkan oleh enam band lokal Surabaya mulai dari Croud, Ratshit, Raousse, Educate, Brunobauer, dan Seeds dengan ciri khas masing-masing. Dua di antaranya bahkan berasal dari mahasiswa Universitas Airlangga sendiri (Croud dan Raousse) yang sedang mencari panggung di setiap gig maupun konser.
Bagi panitia, kembalinya MSM patut disyukuri karena merasa relate sebagai mahasiswa dan berhasil mewujudkan mimpi untuk mengadakan gigs di kampus. Perjuangan untuk menggelar MSM juga tidak mudah. Kita tahu bahwa mengurus perizinan acara di kampus cukup sulit untuk ditembus jika tidak punya dasar yang kuat, terutama menggelar acara sekelas gigs.
Pihak kampus khawatir dengan faktor kenyamanan dan keamanan karena setiap gelaran gig berpotensi menimbulkan kericuhan. Beruntung, panitia berhasil meyakinkan kampus untuk memberikan izin dan MSM berhasil berjalan dengan kondusif tanpa kerugian materi dan non-materi. Tahun ini, MSM dibantu oleh BEM FIB Unair untuk mengurus perizinan acara agar dapat berjalan mulus.
Sumber pendanaan MSM terbagi menjadi dua. Pertama, dilakukan secara kolektif dengan panitia saling patungan membiayai kebutuhan gigs mulai dari sewa sound system, konsumsi, dan kebutuhan gigs lainnya. Kedua, MSM mendapatkan sponsor untuk menambah pemasukan acara mulai dari Warteg Orens Bahari, Huisklos, Kubikal Pop, dan Studio Atensi. Selain itu, Am312 And Co juga membuka donasi untuk mendukung kesuksesan acara di edisi berikutnya.
Oiya, bagi yang belum tahu, Mlete Sejak Maba sebenarnya adalah bahasa Jawa yang jika dibahasa Indonesiakan berarti “sok-sokan/ sombong sejak mahasiswa baru”.
Kenapa nama maba dicatut? Karena MSM digelar pada bulan-bulan awal (sekitar Agustus-Oktober) saat para maba masuk menjadi warga baru kampus. Oleh karena itu, tujuan MSM juga untuk menyambut maba yang akan merasakan hawa baru di lingkungan kampus dengan beragam multikultur dan kebebasannya.
Karena juga bertujuan untuk menyambut maba, MSM hanya digelar sekali dalam setahun dan itu belum pasti apabila terdapat kendala seperti pendanaan. Maka dari itu, MSM mengundang maba untuk ikut menikmati gigs kampus sekaligus melanjutkan estafet agar MSM tidak kembali mati seperti edisi 2019.
MSM berhasil menghidupkan kembali skena musik kampus Surabaya yang vakum selama dua tahun. Harapannya, kampus-kampus lain juga mengikuti langkah sama seperti Am312 And Co untuk membuat ruang ekspresi masyarakat baik band/musisi dan penonton dalam meluapkan emosi. Dengan itu, dijamin college rock masih hidup dalam beberapa tahun ke depan. (*/)