Creative

MENYELAMI JALAN KREATIVITAS DAN SPIRITUALITAS DI DALAM KITAB PINK JASON RANTI

Wisnu Nugroho berhasil mendokumentasikan obrolannya bersama Jason Ranti melalui buku berjudul Kitab Pink Jason Ranti. Buku ini mengulas kehidupan Jason Ranti dari sisi kreativitas dan spiritualitasnya yang menjadikan dirinya begitu otentik.

title

FROYONION.COM - Kitab Pink Jason Ranti merupakan buku yang ditulis oleh jurnalis Wisnu Nugroho dari hasil obrolannya bersama musisi cum seniman yang akrab disapa Jeje. Memiliki 96 halaman dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) pertama kali pada Juni 2022, Kitab Pink Jason Ranti menjadi seri perdana “Beginu: Bukan Begini Bukan Begitu”

Di dalam bagian awal buku ini, Jason Ranti mengaku tidak suka diwawancarai dengan pihak yang hanya menjadikan dirinya sebagai konten belaka tanpa mau mengulik terlebih dulu. Oleh karenanya, Wisnu Nugroho gue rasa udah tepat kalo datang ke studionya untuk mengajak ngobrol panjang lebar. Terbukti Jason Ranti begitu sangat terbuka dan rileks ketika ditanya apapun oleh Pemimpin Redaksi KOMPAS.com itu. BTW, obrolan ini juga tayang sejak 9 Maret 2022 di kanal YouTube Kompas.com. 

Setidaknya ada dua poin penting di dalam buku ini. Adalah terkait jalan kreativitas dan spiritualitas dari seorang Jason Ranti yang dibicarakan secara mengalir. Pun dari situ membuat dirinya kini dikenal sebagai musisi dan juga seniman yang begitu otentik. 

Menurut Jeje, sepak terjang dalam berkaryanya sangat terinsipirasi oleh Nyanyian Angsa, sebuah sajak karya penyair Indonesia alm. W.S Rendra yang tercipta pada 1965 dengan makna betapa orang-orang kehidupan ini cenderung selalu menghakimi. 

Sedikit gambaran singkat, Nyanyian Angsa memusatkan perhatian kepada sosok bernama Maria Zaitun. Seorang pelacur yang ke sana kemari mencari perlindungan karena dirinya mengalami penyakit kulit. 

“Kisah Maria Zaitun yang datang ke dokter karena penyakitnya, datang ke pastor karena dosanya, itu gambaran apa menurut lo?,” tanya Wisnu Nugroho (hlm 6). 

“Itu gambaran betapa dunia, anjing, menghakimi lo!!!,” jawab Jason Ranti (hlm. 6). 

BACA JUGA: BIBLIOTHERAPY: KETIKA BUKU JADI OBAT UNTUK MENGATASI KEKHAWATIRAN DALAM HIDUP

TIDAK BERNIAT UNTUK MENGGERAKKAN HATI 

Dalam perjalanan di belantika musik, Jason Ranti kini memiliki 3 album. Antara lain adalah Akibat Pergaulan Blues (2017), Sekilas Info (2019), dan Jalan Ninja (2022). 

Pun walau Jason Ranti sudah lama terjun ke dunia musik, beragam karyanya itu tidak dimaksudkan secara langsung untuk menggerakan hati para pendengarnya. 

Biarlah pendengar mengintepretasikannya secara bebas. Tergerak atau enggak hatinya biarlah itu urusan masing-masing saja. 

“Gua enggak pernah berpikir ini bisa menggerakkan hati orang. Gua buat apa yang pengin gua buat, apa yang gua suka, apa yang gua bisa, apa yang gua yakini. Udah….. Gua mencurahkan semua di situ. Perkara mengerakkan hati orang, gua enggak tahu,” tutur Jason Ranti (hlm. 19). 

Dari ungkapan itu, membuat karya-karya dari Jason Ranti sangat memiliki ragam sekali penafsiran. Bahkan kalau kita mendengarkannya, banyak sekali hal-hal yang begitu susah sekali untuk dihubung-hubungkan. Tapi menurut gue hal itu nggak terlalu masalah, toh layaknya lagu pada umumnya yang cukup dinikmati saja dengan segala kepelikan di setiap liriknya. 

Ngomongin beragam lagu dari Jason Ranti, menurut gue antara album pertama dan kedua sedikit-banyak memiliki persamaan. Sama-sama merespon fenomena yang ada di luar dirinya secara satir.

Namun untuk album ‘Jalan Ninja’, Jason Ranti justru lebih fokus kepada hal-hal yang sifatnya kontemplasi. Bahwa semua orang harusnya memiliki “jalan ninjanya” masing-masing. Seperti lirik di salah satu lagunya berjudul Jalan NinjaTak semua orang jalannya itu// Jalani sendiri jalan ninjamu// Lagipula hidup sebebas itu// Jadilah apapun yang kamu rindu//. 

Jason Ranti juga mengkonfirmasi pertanyaan Wisnu Nugroho bahwa album Jalan  Ninja berasal dari hati. Jeje menambahkan bahwa untuk saat ini dirinya tidak tertarik lagi membicarakan politik pada karya-karyanya. 

Seperti contohnya kalo kita mendengarkan lagu-lagu di luar album Jalan Ninja seperti Bahaya KomunisNakal Boleh Jahat JanganAnggurman212, dan lain sebagainya yang memuat lirik begitu vulgar dan juga satir. 

“Jadi gua sampai di titik nggak bisa marah. Buat apa sih marah? Gua mau bicara soal hal mendasar: kasih sayang,” jawab Jason Ranti (hlm. 21). 

Tapi yang jelas, banyaknya karya yang tercipta dari pria yang lahir pada 22 Oktober 1984 ini terilhami dari yang namanya perjalanan. Otak kreatifnya bisa lebih berjalan ketika dirinya tidak hanya berkutat di dalam kamar untuk sekadar mencari inspirasi. Dirinya harus keluar ke mana saja secara nomaden. Karena dengan begitu, antara satu dan lainnya bisa saling terkoneksi. 

“Gua merasa karya itu kayak fermentasi. Jadi, mesti mengendap dulu. Pengalaman puluhan atau belasan tahun lalu, butuh mengendap lama dulu. Itu yang gua rasa mungkin pentingnya perjalanan,” ungkap Jeje (hlm. 25). 

“Kalau buat gua, waktu terbaik untuk menciptakan lagu adalah sewaktu di atas motor, karena di perjalanan ada angin, ngelihat awan, ngelihat orang, pikiran ke mana-mana,” imbuhnya. 

INGIN JADI DIRI SENDIRI

Oleh banyak orang, Jason Ranti acap kali diasosiasikan dengan Iwan Fals. Namun mengenai hal itu, dirinya justru menolak secara terang-terangan. Jeje ingin menjadi dirinya sendiri. Singkatnya Iwan Fals, ya, Iwan Fals, Jeje, ya, Jeje. Begitu. 

“Dengan segala hormat terhadap Iwan Fals. Dia legend. Dia punya jalan sendiri. Gua juga mau punya jalan sendiri. Gua enggak mau ikut jalan dia,” kata Jason Ranti (hlm. 57). 

Tetap jadi diri sendiri itu penting. Tidak harus menjadi yang lain. Pun ketika hidup kita tidak usah terlalu mencari apa itu yang disebut makna hidup. Mengutip perkataan Jason Ranti di halaman 84 pada buku ini adalah, “Orang sibuk dengan pencarian makna hidup. Tapi kita enggak tahu, kalau mati, ya mati aja. Ya itu, gua enggak mau dibebani oleh makna.”

Nah itulah ulasan mengenai Kitab Pink Jason Ranti. Kalo kalian tertarik untuk membacanya lebih detail, buku ini bisa kalian dapatkan di berbagai toko buku offline maupun online. Untuk harga normalnya adalah Rp77.000 (khusus P. Jawa). 

Selain kalian bisa membaca tulisan dari hasil obrolan antara Jason Ranti dengan Wisnu Nugroho, buku ini disertai dengan artwork dari Jason Ranti yang menurut gue begitu ciamik. Oleh karenanya membuat para pembaca tidak bosan untuk menatap buku yang tidak hanya berisikan tulisan saja. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khoirul Atfifudin

Masih berkuliah di Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Saat ini sedang memiliki ketertarikan pada dunia musik dan tulis-menulis.