Melanjutkan cerita seorang Franky dari artikel sebelumnya, kini kita berusaha menilik jatuh-bangunnya saat mendirikan bisnis kuliner pertamanya: Lapo Rampak.
FROYONION.COM - Siapa yang nggak kenal Haris Franky? Cowok yang dikenal sebagai host Frodcast ini, sering muncul di video-video Froyonion, bahkan kadang masih rela bantu jadi videographer, dan punya persona yang keren banget. Seakan-akan dia ini ‘palu gada’, apa yang lo mau, dia ada.
Tapi siapa sangka, kalo banyak talenta yang ia miliki saat ini adalah hasil belajar secara otodidak. Misal ngurusin Frodcast. Kalo podcaster lain mungkin punya latar belakang public speaking yang bagus, belajar audio secara profesional, dan segudang portofolio yang bikin mereka credible.
Kalau Franky, semuanya dipelajari sendiri. Dia yang tadinya nggak se-PD itu buat ngomong di depan umum, harus belajar dan mendorong diri supaya berani. Bahkan dia juga baca-baca buku tips dan trik stand up comedy supaya bisa ngelucu. Per-audio-an juga ia pelajari langsung di lapangan.
Usut punya-usut, ternyata cowok yang nggak suka makan sayur ini ternyata emang hobi belajar.
“Seru atau enggaknya belajar itu tergantung minat lo sebenarnya,” kata Franky.
Kalo ngomongin soal belajar pasti nggak bisa lepas dari masa-masa sekolah. Ternyata ketika ditanya soal masa-masa sekolahnya, terutama kuliah, masa-masa menimba ilmu yang ia jalani nggak semulus Tol Cipali. Sempat kuliah selama 3 tahun di Universitas Gunadarma dan belajar Teknologi dan Informasi, Franky akhirnya memutuskan untuk nggak nyelesain kuliahnya karena merasa itu bukan passion-nya.
“Semua berawal karena orang tua gue punya bisnis warnet. Terus nyokap gue ngeliat gue bisa benerin komputer. Yaudah akhirnya diarahkan untuk kuliah IT aja. Sampai di semester 6 dimana gue harus bikin Tugas Akhir, ternyata susah. Gue coba buat bayar joki, ternyata mahal juga. Akhirnya gue cari kerjaan buat bayar joki. Salah satu kerjaan yang gue lakoni adalah sebagai photographer. Ternyata dari situ ditawari kerjaan lain dan akhirnya gue memutuskan untuk drop kuliah aja,” cerita cowok yang born and raised di Medan ini.
Setelah itu banyak hal yang Franky lakukan. Masih di bidang fotografi, yang notabene dia pelajari secara otodidak juga, ia sempat menekuni cityscape photography yang kurang lebih kerjaannya naik ke atas gedung-gedung tinggi dan fotoin kota Jakarta dari atas. Hasil karyanya masih bisa lo nikmati di Instagramnya. Tapi siapa sangka kalo Franky sempat diancam penjara karena hal ini.
Ternyata petualangan Franky nggak sampai situ aja. Selanjutnya dia pernah kerja di salah satu production house di Kelapa Gading. Melewati banyak hal dan ‘gambling’, Franky pun kini berkarier di Froyonion.
BACA JUGA: ‘GAMBLING’ TERBESAR GUE YANG TERNYATA BERHASIL (PENGALAMAN FRANKY DI FROYONION)
Semangat Franky buat belajar ini ternyata merambat juga ke arah bisnis. Berangkat dari iseng-iseng di tengah sulitnya pandemi, lahirlah bisnis kuliner Lapo Rampak.
WARUNG KEBERSAMAAN
Nama Lapo Rampak sendiri udah kedengeran Batak banget. Berasal dari bahasa Batak, ‘lapo’ berarti warung dan ‘rampak’ berarti kebersamaan.
Cerita awal kenapa akhirnya Franky bersama kedua partnernya, Nando dan Sandy, memutuskan untuk membuka Lapo Rampak adalah saat pandemi Covid-19 melanda. Saat itu, tantenya Sandy (Kak Risma) yang sebelumnya bekerja sebagai guru TK terkena layoff sebagai dampak pandemi yang bikin ekonomi jadi nggak stabil.
Suatu hari Franky berkunjung ke rumah mereka dan merasakan masakan yang disajikan. Ternyata enak buanget. Dari situlah Franky dan kedua partnernya ngide untuk ngejual makanan ini dan buka pre-order. Selain itu realita pandemi yang bikin dia mikir kalo kayaknya nggak bijak cuma punya satu pekerjaan di masa kini, mendorong Franky, Nando, dan Sandy membuka bisnis kuliner.
Responnya ternyata cukup positif. Singkat cerita, di Agustus 2020 Franky memutuskan untuk menyewa rumah untuk dijadikan dapur Lapo Rampak. Sejak itulah lahir tiga menu awal yang jadi andalan Lapo Rampak: babi panggang karo, babi saksang, dan babi kecap.
Setelah mencoba berjualan, ternyata masih banyak perjuangan dan pembelajaran yang harus Franky lalui.
JATUH BANGUN
Berbisnis rupanya nggak semudah dan semenyenangkan yang Franky bayangkan. Biasa, anak muda. Awal berbisnis pasti semangat 45, makin dijalani dan ngeliat banyak hambatan, bikin Franky pusing tujuh keliling juga.
“Awal-awal berbisnis gue stres banget nentuin harga jual. Gue bahkan rugi karena pakai duit pribadi untuk berbisnis. Selain itu ternyata ada banyak hal yang harus gue pikirin. Mulai dari bayar kontrakan, air, listrik, belum lagi kebutuhan dapur. Itu semua gue pelajari along the way,” tuturnya.
Selain itu Franky juga harus belajar caranya marketing supaya jualannya laku. Nggak dapet orderan berhari-hari udah pernah Lapo Rampak alami sebelumnya. Tapi, dapet orderan membludak di saat belum siap, ternyata jauh lebih bikin pusing.
“Dulu satu sampai dua bulan pertama orderan yang kita terima paling 10 seminggu. Tiba-tiba karena pandemi bisa naik jadi 80 pesanan sebulan. Ternyata dateng rezeki segede ini malah bikin kita goyang karena nggak siap. Dari situ keuangan gue juga terkena dampaknya. Akhirnya gue juga belajar untuk mengelola keuangan dan buat sistem yang works di Lapo Rampak,” jelasnya.
Ngerasa kalo bisnis ini nggak memungkinkan diteruskan juga pernah dialami Franky. Kerja kantoran sekaligus punya bisnis ternyata bikin Franky tersadar kalau ada banyak hal yang harus dia pikirin. Nggak jarang dia harus mengorbankan beberapa hal supaya keduanya ini tetap berjalan.
“Gue juga pernah burn out waktu ngerasa pekerjaan gue di Froyonion, bisnis di Lapo Rampak, dan hubungan cinta gue sama-sama menyita perhatian gue. Pasti ada aja salah satu yang harus gue korbanin. Belom lagi waktu itu masih boncon (rugi). Akhirnya gue sempet nyeletuk kalo gue udah nggak kuat dan pengen keluar aja dari Lapo Rampak. Tapi untungnya partner-partner gue bisa memahami dan kasih waktu satu bulan untuk mikir. Ternyata semuanya bisa berjalan lancar sampe sekarang,” ceritanya.
Setelah jatuh dan bangun untuk ke sekian kalinya, keputusan Franky untuk mempertahankan Lapo Rampak ternyata membuahkan hasil.
Kini nama Lapo Rampak termasuk salah satu restoran yang jual menu-menu Batak paling dicari di daerah Bintaro dan sekitarnya. Testimoninya udah di mana-mana, bahkan gue juga ngiler cuma dengan liat fotonya.
Walaupun nggak belajar bisnis secara formal seperti anak-anak lain, nggak juga berbekal warisan bisnis keluarga yang bisa dilanjutin, Franky membuktikan kalo ada kemauan untuk belajar semuanya pasti bisa dilakuin.
Franky juga ngasih pesen untuk kalian yang baca, yang mungkin pengen berbisnis, tapi masih takut untuk melangkah.
“Temukan orang-orang yang tepat untuk berbisnis, milikilah alasan yang tepat, dan tahu kapan harus berhenti. Selama masih muda, jalanin aja dulu. Karena semakin muda lo memulai, lo masih punya jatah gagal yang banyak. Selain itu, PD aja sama produk yang lo jual. Kalo lo bangga sama produk lo, lo akan dengan bangga juga menjual itu ke orang lain.” (*/)