The Little Prince, sebuah novel yang sangat laris, bahkan konon sudah disadur lebih dari 300 bahasa, dan telah mendapat adaptasi film animasi juga anime. Kalian akan terkagum bagaimana sang penulis menyampaikan isi hatinya pada novel ini dengan permainan diksi juga simbol yang luar biasa. Cocok untuk kalian penikmat buku atau novel filsafat.
FROYONION.COM – The Little Prince atau Le Petite Prince (judul asli) adalah sebuah novel berbahasa Perancis karya Antoine de Saint-Exupéry, yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1943. Novel ini katanya telah diterjemahkan lebih dari 300 bahasa dan terjual lebih dari 140 juta copy sampai saat ini.
Sang penulis, Antoine de Saint-Exupéry adalah seorang pilot berkebangsaan Prancis pada saat PD II berlangsung yang membuatnya mendapat gelar pahlawan.
Dalam pengantar novelnya Antoine de Saint-Exupéry berharap bahwa novel ini jangan dilihat layaknya buku anak-anak secara tekstual, walaupun tampilannya mengatakan seperti itu.
Bagi Antoine de Saint-Exupéry novel ini ditujukan untuk orang dewasa yang tidak ingin atau masih belum menjadi “dewasa”. Le Petite Prince berusaha memberikan perspektif kehidupan orang “dewasa” yang membuatnya risih.
Mereka terlalu berfokus pada hal-hal spesifik dan detail namun kehilangan kepolosannya dan genuisitasnya.
Selain itu Le Petite Prince akan membawa makna-makna filosofis juga idealis tentang bagaimana dunia dan masyarakat “dewasa” bekerja.
BACA JUGA : CATAT! INILAH 4 SERIAL ADAPTASI NOVEL YANG AKAN RILIS 2023
SINOPSIS NOVEL LE PETITE PRINCE
Cerita novel ini bermula ketika tokoh utama masih menjadi seorang anak-anak. Saat itu ia menggambar ular boa yang menelan seekor gajah.
Namun, ketika ia memperlihatkannya ke orang dewasa, mereka tidak mengerti dan malah menyuruh sang anak untuk berhenti menggambar.
Orang dewasa itu menyarankan untuk belajar hal-hal seperti aritmatika, geografi, atau geometri. Intinya hal-hal yang membuat orang dewasa tertarik.
Sang anak pun tumbuh besar dengan bakatnya yang menjadi seorang pelukis terpendam.
Ia menjadi seorang pilot dan menunjukan gambar tersebut ke orang dewasa lainnya, sayangnya, mereka masih tidak paham dengan maksud gambar tersebut.
Suatu saat orang dewasa yang pernah menjadi anak-anak ini terdampar di gurun sahara saat mengendarai pesawatnya.
Saat ia tengah memperbaiki pesawatnya datanglah seorang pangeran cilik yang datang dari planet nan jauh, memintanya menggambar seekor domba.
Sang pilot pun mengaku tak bisa menggambar seekor domba dan menunjukan gambar ular boa yang memakan gajah tersebut. Heran, sang pangeran ternyata mengerti maksud gambar itu lalu tetap meminta dibuatkan gambar seekor domba.
Sang pilot menunjukan keahliannya dan menggambar berbagai macam domba namun tetap ditolak oleh sang pangeran.
Lalu sang pilot akhirnya menggambar sebuah kotak dan mengatakan bahwa ada domba di dalamnya, sang pangeran akhirnya menerima dengan gembira gambar tersebut.
Waktu terus berlalu akhirnya sang pilot paham dari mana pangeran cilik berasal. Bagaimana kehidupannya berjalan di sebuah planet yang sebesar rumah saja, dengan hanya tinggal sendirian ditemani oleh mawar kesayangannya.
Pertemuan dengan sang pangeran memberikan banyak pembelajaran di kehidupannya yang sudah tua ini.
REVIEW JUJUR
Tidak seperti novel pada umumnya, novel ini lebih mengarah pada asumsi bahwa Antoine de Saint-Exupéry sedang menulis autobiografinya sendiri, namun dengan tambahan opini dan argumen pribadi pada hal-hal tertentu.
Novel ini tak bisa hanya dibaca secara harfiah dan tekstual, namun perlu pemahaman secara kontekstual tentang siapa Antoine de Saint-Exupéry dan bagaimana kehidupan pribadinya berjalan.
Penggunaan diksi yang kompleks namun tetap ringan untuk dibaca adalah kelebihan dari novel ini.
Kalian akan sangat mudah untuk mengerti tiap baris dan kalimat yang dibaca pada novel ini.
Namun cukup rumit untuk memaknainya secara mendalam agar mengetahui inti pesan yang berusaha disampaikan oleh Antoine.
Banyak perspektif yang didapat ketika membaca satu bab saja dalam novel ini, kalian bisa mendapat bermacam interpretasi, namun dengan benang merah yang sama.
Kemampuan magis sang penulis mampu memaksa pembacanya untuk terus membaca hingga akhir novel.
Setidaknya kalian harus membaca lebih dari dua atau tiga kali untuk memahami secara utuh apa maksud dari novel ini.
Disatu sisi semakin kalian membaca novel ini, sedikit demi sedikit akan muncul perasaan haru juga hangat pada diri kalian. Kalian akan terkagum juga dengan penggunaan simbol-simbol atau permainan diksi yang cantik ala Antoine.
Seakan-akan dalam satu novel ini sebuah puisi panjang, yang bahkan kalian bisa menikmati kesastraannya. Mengutip kalimat dari novel ini:
“The most beautiful things in the world cannot be seen or touched, they are felt with the heart.”(*/)