Books

MENCARI KEHANGATAN DAN KEBAHAGIAAN MELALUI NOVEL ‘DI TANAH LADA’

Resensi singkat tentang novel Di Tanah Lada karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang menghangatkan hati.

title

FROYONION.COM - Dulu sewaktu masih anak-anak beberapa dari kita mungkin ingin cepat segera tumbuh dewasa dan merasakan kebebasan yang dimiliki orang tua. Namun, saat sudah dewasa, kita kini justru ingin kembali menjadi anak-anak lantaran sudah terlampau capek dengan hiruk-pikuk kehidupan dewasa. 

Sebagai orang dewasa, ada kalanya kita merindukan disuruh ibu untuk tidur siang. Coba bandingkan dengan sekarang, mau tidur siang saja sulit karena harus kuliah atau bekerja.

Jadilah anak kecil barang sebentar lagi. Lebih lama lagi. Bacalah banyak buku tanpa mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televisi tanpa takut jadi bodoh. Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu bisa mendapatkan semua itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat ini untuk hidup tanpa rasa takut. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2021: 197)

Melalui kutipan dalam novel Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang berjudul Di Tanah Lada mungkin akan membuat kita tertarik menyelaminya lebih jauh. Novel ini bisa memanggil memori masa kecilmu yang menyenangkan dengan membaca kisah di dalamnya.

BACA JUGA: REKOMENDASI KARYA FIKSI YANG WAJIB KAMU BACA SEBELUM NIKAH

Ziggy dalam novelnya selalu memiliki cara yang unik untuk menyampaikan gagasannya. Di novel ini contohnya, ia mengemasnya menggunakan bahasa anak-anak sehingga ketika membaca buku ini yang kamu rasakan seperti sedang membaca novel teenlit yang mudah dicerna. 

Menggunakan sudut pandang pertama, novel ini menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Salva.  Bersama Salva, kamu akan diajak berkelana di dalam kisah-kisahnya yang menghangatkan hati. 

Selama menceritakan sosok Salva, Ziggy menyampaikannya dengan unik dan novel ini seolah-olah yang bercerita memang sosok ‘Salva’ yang masih berusia sepuluh tahun. Lebih tepatnya novel ini semacam buku harian Salva. 

Dalam novel ini, Salva diceritakan sebagai sosok bocah yang unik. Berkat kamus pemberian kakeknya, Salva tumbuh menjadi anak yang pandai berbahasa Indonesia. Memang hampir semua dari kita sudah mahir berbahasa Indonesia, tetapi berbeda dengan Salva. 

Gadis cilik itu selalu menggunakan bahasa yang baku ketika berbicara dengan orang lain. Bahkan, ketika ada kata-kata yang tidak dipahaminya, ia langsung membuka kamus bahasa Indonesia dan mencari makna dari kata yang membuatnya bingung.

Meskipun tumbuh menjadi anak yang unik, Salva tumbuh dengan lingkungan yang berbeda dari anak-anak yang lainnya. Gadis kecil itu hanya mendapat kasih sayang dan perhatian dari ibunya saja, sedang ayahnya justru kerap bersikap kasar dan seenaknya kepada dirinya dan ibunya. Perlakuan ayahnya pun membuat Salva berpikir skeptis jika semua ayah di dunia ternyata jahat.

Cerita kian menarik ketika Salva dan kedua orang tuanya pindah rumah ke rumah susun Reno, sebuah tempat tinggal kumuh yang mempermudah ayah Salva untuk bermain judi. Di perumahan kumuh itu, Salva bertemu dengan anak laki-laki bernama ‘P’. Bocah laki-laki yang seusia dengan Salva menjadi lebih akrab mengingat keduanya memiliki nasib keluarga yang serupa. 

Keduanya memiliki ayah yang jahat dan suka melakukan kekerasan kepada keluarganya. Berkat pertemuan itulah, pemikiran Salva yang tadinya sempit menjadi lebih luas. Salva dan P akhirnya menyadari bahwa mereka saling memiliki satu sama lain dan bisa saling berbagi kebahagiaan.

Kamu boleh sayang siapa saja yang kamu mau, meskipun orangnya nggak ada di dekat kamu. (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2021: 206)

Kutipan itu menjadi salah satu kutipan menarik yang meninggalkan rasa hangat di hatimu dan tentu saja buku ini membuatmu lebih menyadari tentang kebahagiaan dan kehangatan. 

Berbicara tentang kebahagiaan, dalam novel ini kakek Salva pernah mengatakan, “ketika kita merasa hangat karena orang lain, berarti orang itu membuat kita merasa ‘hangat’. Rasa hangat adalah kebahagiaan.” (Zezsyazeoviennazabrizkie, 2021: 233)

Novel ini selain membuatmu ingin kembali ke masa kanak-kanak yang sederhana juga membuat pembaca merasa getir dengan nasib yang mereka alami. Tertarik membacanya? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Inas Alimaturrahmah

Bibliophile yang nyaris nganggur. Tinggal di Yogyakarta. Sesekali menggambar di IG @nonagambar.