Seberapa gagal kamu dalam menjalani hidup? Membunuh, diperkosa, kecanduan obat hingga membiarkan pasanganmu dinodai orang lain. Oba Yozo mencatat semuanya saat berusia 27 tahun.
FROYONION.COM - Dazai Osamu yang memiliki nama asli Tsushima Suji meninggal pada usia 38 tahun dengan cara yang persis ia tuliskan pada novel Gagal Menjadi Manusia. Tokoh utamanya yang bernama Oba Yozo diceritakan sempat melakukan percobaan bunuh diri dengan menenggelamkan diri bersama kekasihnya, namun hanya Yozo yang selamat.
Novel ini dibuka dengan kata pengantar dari seorang dokter spesialis kejiwaan. Dalam novel ini, kita akan berkenalan dengan dampak mengerikan dari mengabaikan perasaan. “Untuk menyembuhkan luka, kita butuh mengakui bahwa kita terluka, untuk mengakui kita terluka maka kita perlu bercerita”, tulis Jiemi Ardian, Sp. Kj.
Dengan gaya bercerita semi-autobiografi, Osamu menggambarkan kehidupan Yozo yang memiliki banyak kemiripan dengan dirinya. Berasal dari keluarga aristokrat, sang Ayah meninggal saat Yozo berusia remaja. Tidak mampu menyelesaikan pendidikan, fase depresi hingga cara percobaan bunuh diri yang sama.
Perlu penulis ingatkan bahwa novel Gagal Menjadi Manusia memiliki alur cerita yang depresif. Sepertinya novel ini memang tidak diperuntukan semua kalangan, apalagi untuk kamu yang cukup sensitif dengan aura dari penulis.
Osamu memulai ceritanya dengan menggambarkan sosok Yozo yang menjijikan dan mengerikan. “(Anak lelaki) di foto ini membawakan ekspresi yang begitu aneh dan menjijikan dengan jidat berlipat, sampai membuat orang yang melihatnya merasa mual”.
Cerita berlanjut ke masa kecil Yozo yang diceritakan seorang anak yang riang dan ahli bercanda, walaupun dalam tiap monolognya Yozo membenci diri sendiri. Ia merasa takut menghadapi manusia dan dunia, sehingga bercanda adalah jalan yang dipilih untuk menutupi ketakutannya.
Masa kecil Yozo dihabiskan di rumah karena ia memiliki tubuh yang lemah, walau sering sakit dia tetap berprestasi di sekolah. Masa kelamnya sudah dimulai semenjak ia sering digunakan oleh para pelayan wanita di rumahnya.
Beranjak dewasa, kehidupan Yozo semakin kelam sekaligus gemerlapan di pelukan pekerja seks komersial. Ada satu paragraf yang menarik untuk dikutip “Mereka (pekerja seks komersial) menawarkan kebaikan yang betul-betul tanpa perhitungan. Kebaikan yang tidak memaksa, kebaikan yang ditujukan kepada orang-orang yang mungkin hanya akan datang sekali dan tidak akan pernah lagi”.
Sampai pada kutipan di atas, penulis sempat mempertanyakan. Seberapa sering kita menawarkan kebaikan tanpa harapan imbalan? Seberapa banyak orang yang merasa terbantu dengan kebaikan yang kita tawarkan? Seberapa sering kita menghargai teman, keluarga, pasangan seakan-akan mereka hanya datang sekali dan tidak akan kembali lagi?
BACA JUGA: BUKU THE ALPHA GIRL GUIDE: INSPIRASI MENJADI PEREMPUAN ALPHA DI ERA MODERN
Cerita berlanjut sampai Yozo mulai merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Berhubungan gelap dengan madam pemilik toko, dengan wanita cacat pemilik toko obat agar bisa mendapat morfin. Hingga mengajak pasangannya bunuh diri - walau hanya Yozo yang selamat.
Setiap penggalan kisah hidup Yozo menggambarkan betapa putus asanya ia menjalani hidup yang dipenuhi dengan kepalsuan. Ketakutannya terhadap manusia membuatnya semakin terpuruk. Memendam semua kisahnya, hanya menyiksa dirinya semakin lama.
Hingga usia ke 27, Yozo telah hidup di berbagai tempat dengan uang seadanya bahkan seringkali membayarnya dengan tubuhnya sendiri. Hingga suatu hari ia menghilang dari kota dan mengirimkan catatannya ke Ibu penjaga Bar.
Gagal menjadi manusia adalah novel terakhir karya Dazai Osamu yang memutuskan mengakhiri hidup dengan menenggelamkan diri di sungai bersama kekasihnya. Sama seperti yang Yozo lakukan sebelumnya.
Sebelumnya, Osamu juga dilaporkan menderita depresi sehingga sempat bergantung kepada obat terlarang. Hal ini juga diceritakan oleh tokoh Yozo. Beberapa kemiripan ini akhirnya menunjukan spekulasi bahwa besar kemungkinan Osamu sedang menuliskan cerita hidupnya sendiri.
Bayangkan betapa mengerikan hidup sebagai anak yang selalu merasa takut menghadapi manusia sehingga untuk menyelamatkan diri, ia memanipulasi keadaan dengan bertindak sebagai lelucon.
Sebagai penulis resensi novel ini, kiranya ada beberapa pelajaran hidup yang bisa kita ambil.
Pertama, sebagai manusia kita harus mau belajar memilih ketakutan yang nyata dan tidak nyata.
Ketakutan ada untuk dihadapi bersama orang lain, untuk memilikinya kita harus terlebih dahulu terbuka kepada orang lain.
Ketakutan tidak akan selesai dengan memanipulasi keadaan. Pelajaran terakhir dari novel ini mempercayai bahwa setelah hal baik maupun buruk yang terjadi - semuanya berlalu.
Karena isi novel yang cukup banyak mengandung kalimat eksplisit, novel ini tidak cocok untuk usia di bawah 18+ dan bagi orang yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap topik tertentu.
Diterbitkan oleh penerbit Mai, kamu bisa mendapatkan buku ini secara online atau check halaman instagram @penerbitmai. (*/)